Tampilkan postingan dengan label INDIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label INDIA. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 April 2019

Dikritik NASA Soal Senjata Anti-Satelit, India Tutup Mulut


Dikritik NASA Soal Senjata Anti-Satelit, India Tutup Mulut
Pemerintah India menolak untuk memberikan komentar apapun atas kritik yang disampaikan oleh NASA, terkait sistem anti-satelit yang dimiliki oleh New Delhi. Foto/Istimewa

NEW DELHI - Pemerintah India menolak untuk memberikan komentar apapun atas kritik yang disampaikan oleh badan antariksa Amerika Serikat (AS), NASA. Kritik NASA terkait dengan sistem anti-satelit yang dimiliki oleh New Delhi.

Juru bicara Kementerian Pertahanan India, Kolonel Aman Anand seperti dilansir Russia Today pada Kamis (4/4), mengatakan tidak akan ada tanggapan resmi dari India terhadap pernyataan kepala NASA, Jim Bridenstine.

Seperti diketahui, awal pekan ini Bridenstine menyebut uji coba rudal anti satelit India baru-baru ini sebagai hal yang mengerikan. "Kegiatan semacam itu tidak sesuai dengan masa depan pesawat antariksa manusia. Itu tidak bisa diterima dan NASA harus sangat jelas tentang apa dampaknya bagi kita," ucapnya.

Bridenstine mencatat bahwa penghancuran satelit India menciptakan lebih dari 400 keping puing dan NASA saat ini melacak 60 di antaranya. Sebagian dari mereka benar-benar melayang ke orbit di atas ISS, berpotensi membahayakan stasiun dan para astronot di dalamnya jika bertabrakan dengan stasiun luar angkasa internasional itu.

Dia mengatakan, risiko ke Stasiun Luar Angkasa Internasional meningkat 44 persen. Namun, meski ancaman meningkat, Bridenstine menyebut astronot dan Stasiun Luar Angkasa Internasional masih aman.

Bridenstine menambahkan, jika ISS mengalami masalah, ia dapat digerakkan sedemikian rupa sehingga menghindari potensi tabrakan. "Pada akhirnya kita harus jelas juga bahwa kegiatan ini tidak berkelanjutan atau kompatibel dengan spaceflight manusia," tukasnya. 



Credit  sindonews.com



Senin, 01 April 2019

Mantan Jenderal India: Pakistan Pemenang 'Perang Generasi Kelima'



Mantan Jenderal India: Pakistan Pemenang Perang Generasi Kelima
Para personel pasukan khusus militer Pakistan saat mengikuti parade. Foto/REUTERS


ISLAMABAD - Seorang mantan jenderal India mengakui bahwa Islamabad telah mengalahkan New Delhi dalam perang hibrida atau dia sebut sebagai "perang generasi kelima". Dia menyarankan militer negaranya untuk belajar dari militer Pakistan.

Mantan jenderal bernama Syed Ata Hasnain pernah menjadi komandan militer India. "Mereka (India) harus belajar dari Inter-Services Public Relations (ISPR—sayap media militer Pakistan), bagaimana cara berperang dalam perang generasi kelima," kata Hasnain kepada sebuah think tank Inggris, seperti dikutip Sputnik, Sabtu (30/3/2019).

Menurutnya, ISPR telah membuktikan bahwa media tetap menjadi alat yang sangat efektif dalam perang hibrida, termasuk konflik informasi. "Pakistan menunjukkan keterampilan profesional yang hebat," katanya.

Hasnain mengklaim bahwa tidak mungkin memenangkan perang tradisional di medan perang di zaman modern. Bahkan, kata dia, Amerika Serikat pun memerlukan waktu 18 tahun untuk menyadari kenyataan seperti itu.

Komentar Hasnain muncul beberapa hari setelah Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan bahwa mereka telah menyelidiki secara menyeluruh dokumen India terkait dengan serangan teror di Pulwama 14 Februari. Menurut kementerian tersebut tidak menemukan bukti adanya kamp teror di lokasi yang disebutkan oleh New Delhi, atau dari siapa pun yang disebutkan dalam dokumen yang dapat dikaitkan dengan serangan itu.

"Sementara 54 orang yang ditahan sedang diselidiki, sejauh ini tidak ada rincian yang menghubungkan mereka dengan (serangan di) Pulwama. Demikian pula, 22 lokasi pin yang digunakan bersama oleh India telah diperiksa. Tidak ada kamp seperti itu. Pakistan bersedia mengizinkan kunjungan, atas permintaan, ke lokasi-lokasi ini," lanjut kementerian tersebut.

Kementerian itu menegaskan kembali bahwa informasi dan dokumen tambahan dari India akan sangat penting untuk melanjutkan proses penyelidikan dan bahwa Pakistan tetap berkomitmen untuk membawa proses ini ke kesimpulan logis.

Pekan lalu, Presiden Pakistan Arif Alvi menuduh India memiliki sikap "tidak bertanggung jawab" dan memuji tanggapan langsung dan efektif Islamabad atas apa yang ia sebut sebagai "agresi India".

“Setelah serangan (di) Pulwama, India menyalahkan Pakistan tanpa bukti. India tidak mematuhi hukum internasional dan melanggar wilayah udara Pakistan," kata Alvi, merujuk pada serangan 14 Februari terhadap konvoi keamanan India di wilayah Kashmir dikuasai India oleh militan Islam yang berbasis di Pakistan, yang menewaskan lebih dari 40 polisi paramiliter India. 

Jaish-e-Mohammed (JeM), sebuah kelompok teror yang berbasis di Pakistan, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan Angkatan Udara India melakukan serangan udara di sebuah kamp JeM di Pakistan pada 26 Februari. Namun, Islamabad bahwa pesawat-pesawat jet tempur India tdak pernah menargetkan kamp-kamp yang dimaksud.

Kebuntuan pun meningkat, yang mengakibatkan pertempuran udara pada 27 Februari antara pesawat tempur kedua negara.


Credit  sindonews.com


Kamis, 28 Maret 2019

India Tembak Satelit di Luar Angkasa, Pakistan Meradang


India Tembak Satelit di Luar Angkasa, Pakistan Meradang
Ilustrasi rudal India. (REUTERS/Indian Defence Research and Development Organisation)




Jakarta, CB -- India dilaporkan berhasil menembak jatuh salah satu satelit milik mereka dengan rudal. Hal itu membuat Perdana Menteri Narendra Modi mengklaim mereka kini sejajar dengan negara-negara lain dalam hal penjelajahan antariksa, tetapi membuat Pakistan meradang.

Modi memuji keberhasilan itu yang dianggapnya sebagai prestasi bersejarah dan menunjukkan perkembangan besar dalam teknologi luar angkasa India.

Modi menuturkan India menjadi negara keempat setelah Amerika Serikat, Rusia, dan China yang berhasil menggunakan peluru kendali anti-satelit semacam itu.


"Beberapa waktu lalu, para ilmuwan kita menembak jatuh sebuah satelit yang berjarak 300 kilometer di luar angkasa, di orbit rendah bumi," tutur Modi dalam pidatonya, Rabu (27/3).


"India telah membuat prestasi yang sebelumnya tidak pernah terjadi hari ini. Dengan ini, India menyatakan diri sebagai negara yang memiliki kekuatan di luar angkasa."

Pengumuman itu disampaikan Modi dalam pidato nasional yang ditayangkan secara serempak di seluruh negeri melalui televisi.

India telah memiliki rencana membangun teknologi luar angkasanya sejak bertahun-tahun lalu.

Pakistan sebagai negara tetangga langsung menanggapi pernyataan Modi. Mereka berharap kemampuan India tidak menjadi ancaman bagi pihak lain.

"Luar angkasa adalah warisan umat manusia dan setiap negara wajib bertanggung jawab untuk menghindari aksi yang bisa memicu militerisasi di antariksa," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan.

"Kami berharap negara lain yang di masa lampau mengecam keras unjuk kemampuan seperti itu bisa mempersiapkan aturan main untuk mencegah ancaman militer di ruang angkasa," lanjut pernyataan itu.

China yang merupakan tetangga India belum memberikan tanggapan.

Relasi Pakistan dan India baru-baru ini terus menegang setelah kedua negara kembali terlibat bentrok militer di perbatasan Kashmir.

Sementara itu, dikutip Reuters, China juga pernah menghancurkan sebuah satelit di luar angkasa menggunakan teknologi serupa pada 2007 lalu.


Berdasarkan Secure World Foundation, penghancuran itu menghasilkan sampah luar angkasa terbesar dalam sejarah yakni sebanyak 3.000 material.

Sedangkan Amerika Serikat pertama kali melakukan uji coba rudal anti-satelit pada 1959. Rusia melakukan uji coba serupa sekitar 1960 dan 1970.




Credit  cnnindonesia.com




Uji Coba Senjata Anti-Satelit India Dikritik Partai Oposisi



Satelit (ilustrasi)
Satelit (ilustrasi)
Foto: wreckamovie.com

Senjata anti-satelit India dikritik untuk alat politik.



CB, NEW DELHI -- Pemimpin oposisi India, Mamata Banarjee mengkritik uji coba senjata anti-satelit yang diumumkan oleh Perdana Menteri Narendra Modi. Banarjee menilai, uji coba senjata anti-satelit tersebut dimanfaatkan sebagai alat politik menjelang pemilihan umum (pemilu).

"Pengumuman hari ini adalah sebuah drama dan publisitas oleh Modi yang berharap bisa mendapatkan keuntungan politik saat pemilu," ujar Banarjee, Rabu (27/3).

Banarjee mengatakan, hal tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap kode etik pemilu. Selanjutnya, Banarjee akan mengadukan keluhan ini kepada Komisi Pemilihan Umum India.

"Kami akan mengajukan keluhan ini kepada Komisi Pemilihan Umum," ujar Banarjee.

Juru bicara Komisi Pemilihan Umum India tidak menanggapi komentar atas pernyataan Banarjee maupun uji coba senjata anti-satelit tersebut. Pemilu India akan dilangsungkan pada 11 April 2019 mendatang.

India telah menembak sebuah satelit di luar angkasa dengan rudal anti-satelit. Hal itu merupakan terobosan besar dalam program luar angkasa India.

Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan penembakan satelit tersebut melalui siaran televisi. Dalam pidatonya, Modi mengatakan, India akan menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit setelah Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Cina.

"Beberapa waktu lalu para ilmuwan kami telah menembak satelit sejauh 300 kilometer di luar angkasa, di orbit rendah bumi. India telah membuat prestasi luar biasa hari ini, India mendaftarkan namanya sebagai kekuatan luar angkasa," ujar Modi.

India telah memiliki program luar angkasa selama bertahun-tahun. Seorang pakar keamanan di Pusat Kebijakan Riset New Delhi, Brahma Chellaney mengatakan, AS, Rusia, dan Cina sedang berlomba-lomba membuat senjata anti-satelit (ASAT).

"Ruang angkasa sedang diubah menjadi medan pertempuran, dalam hal ini keberhasilan India dengan senjata ASAT merupakan hal penting," kata Chellaney.

Seorang pakar dari Institute for Defence Studies and Analyses, Ajay Lele mengatakan, India didorong untuk membuat program anti-satelit yang diuji oleh Cina. Sebelumnya, para ilmuwan pertahanan India telah meminta persetujuan politik untuk melakukan uji coba secara langsung. Namun, pemerintah berkali-kali menentangnya karena khawatir terhadap kecaman internasional.

Lele mengatakan, India kemungkinan besar telah menghancurkan satelitnya sendiri dalam rangkaian uji coba yang dilakukan selama tiga menit. Menurutnya, India menggunakan rudah yang tidak memiliki hulu ledak.

"India telah menggunakan rudal yang tidak memiliki hulu ledak, sehingga hanya ada strip logam di atas rudal atau bagian logam dan rudal menembakkan logam itu ke ruang angkasa, dan energi kinetik yang dihasilkan menciptakan dampak lebih lanjut," ujar Lele.



Credit  republika.co.id


Modi : India ukir terobosan besar dengan tembak jatuh satelit


Modi : India ukir terobosan besar dengan tembak jatuh satelit

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi saat foto bersama menjelang pertemuan keduanya di Hyderabad House di New Delhi, Kamis (11/12). Presiden Rusia Putin mengunjungi India dalam upayanya untuk menghidupkan kembali hubungan sejarah yang pudar selama bertahun-tahun, mencoba memperbarui kerja sama energi, pertahanan dan nuklir. (REUTERS/Adnan Abidi)




New Delhi (CB) - Perdana Menteri Narendra Modi, Rabu, mengatakan India berhasil menembak jatuh satelit di luar angkasa dengan peluru kendali anti-satelit, memuji uji coba tersebut sebagai terobosan besar dalam program luar angkasa mereka.

Dalam pidato yang disampaikan di TV, Modi mengatakan bahwa India akan menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit setelah Amerika Serikat, Rusia dan China.

Kemampuan seperti itu meningkatkan kekhawatiran persenjataan luar angkasa sekaligus memicu persaingan di kalangan musuh negara adikuasa.

"Beberapa waktu lalu, para ilmuwan kami, menembak jatuh satelit, 300 kilometer jauhnya di luar angkasa, di orbit rendah bumi," ujar Modi, menyebutnya sebagai prestasi bersejarah.

"Hari ini India mengukir prestasi yang luar biasa," kata Modi dalam bahasa Hindi. "India mencatatkan namanya sebagai salah satu kekuatan luar angkasa."

Modi, yang akan menghadapi pemilu pada April, sebelumnya mencuit di Twitter bahwa akan ada pengumuman penting yang hendak ia sampaikan.

India memilik program luar angkasa selama beberapa tahun, menciptakan satelit pencitraan bumi dan meluncurkan kapabilitas sebagai alternatif yang lebih murah dari program Barat.

Ahli keamanan di Centre of Policy Research di New Delhi, Brahma Chellaney mengatakan Amerika Serikat, Rusia dan China sedang mengejar senjata anti-satelit (ASAT).

"Ruang angkasa sedang berubah menjadi medan pertempuran, menjadikan kemampuan angkasa menjadi hal yang penting. Dengan ini, India berhasil "membunuh" dengan senjata ASAT yang signifikan."

Tidak ada komentar yang langsung diberikan dari musuh lama mereka, Pakistan. Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan China pun juga tidak menanggapinya.



Credit  antaranews.com



India Uji Coba Senjata Anti-Satelit di Luar Angkasa


Peluncuran satelit pertahanan India pertama, GSAT-7 dengan roket Eropa, Ariane 5, di Pelabuhan Kourou, Guiana Prancis, Jumat (30/8).
Peluncuran satelit pertahanan India pertama, GSAT-7 dengan roket Eropa, Ariane 5, di Pelabuhan Kourou, Guiana Prancis, Jumat (30/8).
Foto: ibnlive.in.com

India akan menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit.




CB, NEW DELHI -- India telah menembak sebuah satelit di luar angkasa dengan rudal anti-satelit. Hal itu merupakan terobosan besar dalam program luar angkasa India.

Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan penembakan satelit tersebut melalui siaran televisi. Dalam pidatonya, Modi mengatakan, India akan menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit setelah Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Cina.

"Beberapa waktu lalu para ilmuwan kami telah menembak satelit sejauh 300 kilometer di luar angkasa, di orbit rendah bumi. India telah membuat prestasi luar biasa hari ini, India mendaftarkan namanya sebagai kekuatan luar angkasa," ujar Modi, Rabu (27/3).

India telah memiliki program luar angkasa selama bertahun-tahun. Seorang pakar keamanan di Pusat Kebijakan Riset New Delhi, Brahma Chellaney mengatakan, AS, Rusia, dan Cina sedang berlomba-lomba membuat senjata anti-satelit (ASAT).

"Ruang angkasa sedang diubah menjadi medan pertempuran, dalam hal ini keberhasilan India dengan senjata ASAT merupakan hal penting," kata Chellaney.

Sebelumnya, menurut Secure World Foundation, Cina telah menghancurkan sejumlah satelit pada 2007. Hal tersebut menimbulkan awan puing orbital terbesar dalam sejarah dengan lebih dari 3.000 objek.

Seorang pakar dari Institute for Defence Studies and Analyses, Ajay Lele mengatakan, India didorong untuk membuat program anti-satelit yang diuji oleh Cina. Sebelumnya, para ilmuwan pertahanan India telah meminta persetujuan politik untuk melakukan uji coba secara langsung. Namun, pemerintah berkali-kali menentangnya karena khawatir terhadap kecaman internasional.

Lele mengatakan, India kemungkinan besar telah menghancurkan satelitnya sendiri dalam rangkaian uji coba yang dilakukan selama tiga menit. Menurutnya, India menggunakan rudal yang tidak memiliki hulu ledak.

"India telah menggunakan rudal yang tidak memiliki hulu ledak, sehingga hanya ada strip logam di atas rudal atau bagian logam dan rudal menembakkan logam itu ke ruang angkasa, dan energi kinetik yang dihasilkan menciptakan dampak lebih lanjut," ujar Lele.

Di sisi lain, India khawatir bahwa Cina akan memberikan bantuan pertahanan kepada Pakistan, termasuk untuk program luar angkasanya. Sejumlah analis mengatakan, kekhawatiran dan ketakutan India adalah apabila Pakistan meminta bantuan Beijing untuk melakukan uji coba dalam program luar angkasa.

"Saya pikir Pakistan tidak mungkin mencapai tingkat pencapaian tersebut dengan sendirinya. Pakistan dan Cina memiliki kemitraan strategis yang sangat dalam, sehingga kemampuannya tidak dapat diabaikan," ujar Direktur Society for Policy Studies, Uday Bhaskar.

Sebelumnya, AS melakukan uji anti-satelit pertama pada 1959. Pada 1985, AS menguji AGM-135 yang diluncurkan dari pesawat tempur F-15, dan menghancurkan satelit Amerika bernama Solwind P78-1.


Setelah itu, AS tidak melakukan uji coba selama lebih dari 20 tahun hingga 2007. Setelah Cina menembakkan senjata anti-satelit, AS kembali melakukan Operasi  Burnt Frost, menggunakan rudal SM-3 yang diluncurkan untuk menghancurkan satelit mata-mata yang mati.



Credit  republika.co.id



Rabu, 27 Maret 2019

PM Pakistan: Kemungkinan Perang dengan India Masih Terbuka Lebar



PM Pakistan: Kemungkinan Perang dengan India Masih Terbuka Lebar
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan berpendapat bahwa kemungkinan perang dengan India belum berakhir. Foto/Istimewa


ISLAMABAD - Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan berpendapat bahwa kemungkinan perang dengan India belum berakhir. Dia menyebut, ini dikarenakan Perdana Menteri India, Narendra Modi masih melanjutkan retorika anti-Pakistan untuk menguatkan sentimen publik mengenai situasi di perbatasan sampai pemilihan di India berakhir.

Menyatakan keprihatinan serius atas ketegangan yang terus-menerus terjadi di perbatasan, Khan memperingatkan bahwa bahaya perang dengan India belum berakhir. Khan meramalkan bahwa hubungan kedua negara akan tetap tegang sampai pemilihan umum di India berakhir.

"Bahayanya belum berakhir. Situasinya akan tetap tegang sampai pemilihan umum mendatang di India. Kami sudah siap untuk mencegah segala agresi dari India," kata Khan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (27/3).


Pernyataan itu muncul di tengah laporan masih terus terjadi penembakan lintas perbatasan oleh pasukan kedua negara, baik itu menggunakan mortir atau senapan mesin berat. Kedua negara juga dilaporkan memperkuat posisi di sepanjang perbatasan dengan sistem rudal pertahanan udara dan jet tempur.

Pakistan sendiri masih belum membuka wilayah udaranya untuk penerbangan sipil India sejak 26 Februari, ketika Angkatan Udara India melakukan serangan "non-militer pre-emptive" di Balakot di Pakistan dan mengklaim telah menghancurkan infrastruktur teror yang dioperasikan oleh Jaish-e-Mohammed.

Serangan India ini direspon oleh Angkatan Udara Pakistan yang melakukan serangan ke wilayah India sehari setelahnya dan terlibat dalam pertempuran udara dengan Angkatan Udara India.












Credit  sindonews.com





Senin, 25 Maret 2019

Pakistan Pasang Rudal Anti-Serangan Udara, Incar Jet Tempur India




Pilot Angkatan Udara India, Abhinandan Varthaman, tertangkap mliter Pakistan setelah pesawat MIG-21 Bison tertembak jatuh F-16. 92newshd
Pilot Angkatan Udara India, Abhinandan Varthaman, tertangkap mliter Pakistan setelah pesawat MIG-21 Bison tertembak jatuh F-16. 92newshd

CBKarachi – Militer Pakistan telah mengerahkan sistem rudal jarak menengah anti-serangan udara buatan Cina di sejumlah kota dan markas militer.

Ini dilakukan untuk mencegah aksi serangan udara lintas batas oleh angkatan udara India, yang pernah melakukan ini pada Februari 2019 ke Kota Balakot untuk menyasar kamp pelatihan milisi Jaish-e-Mohammed.
Ada lima unit sistem rudal darat ke udara LY-80 (HQ-16) dan unit radar pemantauan serangan udara IBIS – 150, yang diaktifkan.

“Sistem rudal anti-serangan udara ini dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah dan menembak jatuh target begerak dalam radius 40 kilometer,” begitu dilansis media DNA India dan dikutip RT pada Sabtu, 23 Maret 2019.
Mengutip seorang pejabat intelijen India, media DNA India melansir militer Pakistan mengerahkan sistem anti-serangan udara untuk mengantisipasi serangan yang lebih besar dari India di masa depan.
Sistem HQ-16 itu diproduksi oleh China Precision Machinery Import and Export Corporation atau CPMIEC.

Sistem anti-serangan udara LY-80 ini dilengkapi dengan baterai radar IBIS – 150, yang merupakan sistem radar pelacak 3 dimensi.

“Sistem ini bisa melacak target bergerak dari jarak 150 kilometer,” begitu dilansir DNA India. Tiap radar bisa melacak enam target bergerak sekaligus.

Mengutip sumber intelijen India, media ini juga melansir Cina bakal memperkuat dukungan kepada Pakistan dengan menjual drone jarak jauh Rainbow CH-4 dan CH-5. Drone ini bakal digunakan untuk pemantauan di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan dan perbatasan line of control.
Drone CH-4 dapat membawa 400 kilogram bahan peledak dan terbang selama 40 jam dan menjangkau wilayah sejauh 5000 kilometer. Sedangkan CH-5 dapat membawa 1000 kilogram bahan peledak dan terbang selama 60 jam diketinggian 17 ribu kaki. Saat ini, India dan Pakistan mulai menurunkan ketegangan. 




Credit  tempo.co





Pakistan Sebar Sistem Pertahanan Udara di Dekat Perbatasan India



Pakistan Sebar Sistem Pertahanan Udara di Dekat Perbatasan India
Pakistan sebar sistem pertahanan udara LY-80 buatan China di perbatasan dengan India. Foto/Istimewa


ISLAMABAD - Pakistan sebar sejumlah rudal pertahanan udara jarak menengah buatan China di beberapa kota dan pangkalan militer untuk mencegah serangan Angkatan Udara India (IAF). India sebelum melancarkan serangan terhadap sebuah kamp teroris di Pakistan pasca serangan bom bunuh diri di wilayah Kashmir.

Pertahanan udara, yang dilaporkan dikerahkan di dekat perbatasan India, termasuk lima unit rudal permukaan-ke-udara LY-80 (HQ-16). Pakistan juga mengerahkan baterai radar IBIS-150 yang mampu melacak dan menghancurkan berbagai target udara pada jarak lebih jauh yang terbang di ketinggian rendah dan menengah.

Selain itu, militer Pakistan dilaporkan mengerahkan drone Rainbow CH-4 dan CH-5 buatan China untuk melakukan pengawasan dan potensi serangan di sepanjang Garis Kontrol Kashmir seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (24/3/2019).

Perkembangan ini terjadi setelah Presiden Pakistan Arif Alvi menuduh India memiliki sikap tidak bertanggung jawab dan memuji tanggapan langsung dan efektif Islamabad atas apa yang ia sebut sebagai agresi India.

“Setelah serangan Pulwama, India menyalahkan Pakistan tanpa bukti. India tidak mematuhi hukum internasional dan melanggar wilayah udara Pakistan,” kata Alvi, pada Sabtu kemarin.

Alvi merujuk pada serangan 14 Februari terhadap konvoi keamanan India di daerah yang dikuasai India di Kashmir oleh militan Islam yang berbasis di Pakistan. Serangan tersebut merenggut nyawa setidaknya 40 orang petugas keamanan.

Serangan bunuh diri itu diikuti oleh serangan IAF pada 26 Februari terhadap sebuah kamp yang diduga dijalankan oleh kelompok teroris yang berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammed. Tembak menembak terjadi sehari kemudian antara pesawat-pesawat tempur India dan Pakistan.


Dalam perkembangan terpisah awal pekan ini, Beijing bergerak untuk mendukung Islamabad dengan latar belakang meningkatnya ketegangan India-Pakistan.

"Tidak peduli bagaimana keadaan berubah di dunia dan di kawasan ini, China akan dengan tegas mendukung Pakistan dalam menegakkan kemerdekaan kedaulatannya, integritas wilayah dan martabat wilayah," kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi. 





Credit  sindonews.com




Jumat, 22 Maret 2019

Tentara India Tembak Mati Tiga Rekannya di Kashmir


Tentara India Tembak Mati Tiga Rekannya di Kashmir
Ilustrasi tentara India di Kashmir. (AP Photo/Mukhtar Khan)




Jakarta, CB -- Seorang anggota paramiliter India menembak mati tiga rekannya di wilayah Kashmir yang dikontrol negara itu, Kamis (21/3).

Kepolisian menyatakan seorang anggota Central Reserve Police Force (CRPF) menembak kedua temannya menggunakan senjata dinas di kamp Udhampur, sekitar 200 kilometer dari selatan Kota Srinagar.

"Dia (pelaku) lalu menembak dirinya sendiri dan sekarang tengah berada dalam kondisi kritis," kata seorang pejabat kepolisian di wilayah Jammu Kashmir, MK Sinha, kepada AFP.


Sinha mengatakan bahwa pelaku kemungkinan berada di bawah pengaruh obat-obatan.

Insiden ini bukan yang pertama kali terjadi. Koalisi Masyakat Sipil Jamu Kashmir (JKCCS) melaporkan sedikitnya 20 tentara India bunuh diri pada 2018 lalu, terbanyak dalam satu dekade terakhir.

Sejak 2004, ada 80 insiden "pembunuhan saudara" dan 323 kasus bunuh diri yang dilakukan personel militer di Kashmir.

Sejumlah ahli mengatakan hal itu terjadi karena faktor stres, jam tugas yang berlebihan, hari libur sedikit, dan masalah domestik.

Pengamat mendorong aparat berwenang memulai inisiatif yang bisa mencegah para prajurit merasa tertekan, seperti kegiatan olahraga dan yoga.

Secara terpisah di hari yang sama, seorang tentara tewas ketika militer India-Pakistan terlibat baku tembak di perbatasan kedua negara di Kashmir.

Baku tembak itu merupakan yang terbaru sejak kedua negara terlibat bentrokan militer di wilayah sengketa itu pada Februari lalu.

Bentrokan militer antara Pakistan dan India terus memanas sejak bom bunuh diri menerjang konvoi personel India di wilayah Kashmir pada 14 Februari lalu. 

New Delhi menyalahkan Islamabad atas insiden yang menewaskan sedikitnya 40 personel militernya itu.

Sejak itu, kedua negara saling menembak jatuh pesawat militer di Kashmir hingga sempat memicu penangguhan penerbangan komersial lantaran alasan keamanan.

Pakistan juga sempat menahan dua pilot India akibat kejadian itu. Keduanya dibebaskan Islamabad sebagai bentuk "gerakan perdamaian." 





Credit  cnnindonesia.com



Kamis, 21 Maret 2019

Pakistan Kerahkan Semua Jet Tempur F-16 di Dekat India



Pakistan Kerahkan Semua Jet Tempur F-16 di Dekat India
Pesawat-pesawat jet tempur F-16 Angkatan Udara Pakistan. Foto/REUTERS


NEW DELHI - Angkatan Udara India (IAF) meminta pemerintah untuk segera membeli amunisi baru. Permintaan itu muncul setelah Pakistan mengerahkan semua jet tempur F-16 di dekat perbatasan India.

Islamabad juga dilaporkan telah memindahkan kamp-kamp teror keluar dari jangkauan serangan pesawat tempur IAF ke ujung barat di Wilayah Suku yang Dikelola Pemerintah Federal (FATA).

Laporan yang diterbitkan Economic Times, Rabu (20/3/2019) mengatakan ada aktivitas penerbangan yang sibuk di kedua sisi perbatasan, termasuk di malam hari. India terus mempertahankan kewaspadaan operasional yang tinggi dengan menerbangkan beberapa sorti tambahan dari sejumlah jet tempurnya.

“Rudal-rudal ini memiliki (masa) kehidupan tertentu. Ketika disimpan di dalam tabung, itu dihitung dalam hal usia sistem yang bertahun-tahun, tetapi ketika jet-jet tempur dikerahkan secara operasional, kehidupan rudal tergantung pada jumlah serangan yang dilakukan. Jadi kita perlu pengisian baru," kata sumber pejabat tinggi pemerintah India.

Amunisi yang dibutuhkan sebagian besar adalah rudal air-to-air (udara ke udara) yang dibawa jet-jet tempur yang sedang berpatroli untuk melawan pasukan udara Pakistan.

Apa yang membuat pihak India semakin kesal adalah bahwa terlepas dari semua konsultasi yang sibuk dengan Amerika Serikat setelah serangan di Balakot, Angkatan Udara Pakistan telah mengerahkan semua jet tempur F-16 di pangkalan-pangkalan terdepan di sepanjang perbatasan dengan India. Wilayah udara Pakistan juga belum sepenuhnya dibuka untuk lalu lintas sipil meskipun penerbangan normal telah dibuka kembali di pihak India.

Ketika serangan di Balakot mengejutkan Pakistan, yang mengantisipasi serangan di markas Jaish-e-Mohammad di Bahawalpur, input intelijen India menunjukkan bahwa setelah serangan "non-militer", kamp-kamp teror telah dipindahkan ke wilayah FATA. Tujuannya, untuk membawa mereka keluar dari jangkauan jet tempur India yang beroperasi dari dekat Garis Kontrol (Line of Control/LoC) Kashmir.

“F-16 telah didistribusikan di seluruh pangkalan udara Pakistan. Mereka terus melakukan penerbangan malam dan memiliki jaringan pertahanan udara dalam keadaan siaga," lanjut sumber tersebut kepada Economic Times. Sedangkan jet-jet tempur India juga masih dalam posisi untuk mencegah kesalahan atau agresi apapun.

Di pihak India, jet-jet tempur berada garis depan, termasuk Su-30MKI dan Mirage 2000. Dua jenis jet tempur itu ditempatkan untuk reaksi cepat dan kekuatan tempur telah meningkat di pangkalan udara di Jammu dan Kashmir. 

Militer maupun pemerintah kedua pihak secara resmi belum berkomentar atas laporan media tersebut.



Credit  sindonews.com


Rabu, 20 Maret 2019

Kematian pria di dalam tahan di Kashmir India picu unjuk rasa




Polisi India berusaha memblokir pendukung partai oposisi utama di Kashmir Partai Demokratik Rakyat (PDP) saat aksi unjuk rasa menentang pembatasan penjualan elpiji bersubsidi di Jammu, India, Jumat (12/10). Pemerintah India bulan lalu membatasi penjualan elpiji menjadi enam tabung gas per orang per tahunnya. (REUTERS/Mukesh Gupta )




Srinagar (CB) - Aksi-aksi unjuk rasa pecah di sejumlah bagian Kashmir yang dikuasai India pada Selasa, setelah polisi mengatakan seorang pria yang sedang diinterogasi terkait dengan penyelidikan keamanan meninggal dalam tahanan.

Protes tersebut merupakan gangguan-gangguan terbaru di salah satu kawasan yang dijaga paling ketat oleh militer di dunia.

Pria itu bernama Rizwan Asad Pandit, lulusan perguruan tinggi yang menekuni kimia dan mengajar di sekolah swasta, menurut keluarganya, telah ditahan sebagai bagian dari "investigasi kasus teror", kata seorang juru bicara polisi.

Menurut jubir itu, sebab-sebab kematiannya sedang diselidiki.

Zulkarnain Asad Pandit, saudara Rizwan, ragu bahwa investigasi akan mengungkap kebenaran.

"Kami menginginkan investigasi atas perkara itu tetapi kami tidak tahu apa-apa yang akan terjadi," katanya kepada Reuters. "Kami semua melihat investigasi-investigasi selama 20 tahun terakhir."

Para pemrotes melempar batu-batu ke arah polisi di beberapa bagian kawasan yang mayoritas berpenduduk Muslim setelah kabar mengenai kematian Rizwan. Toko-toko tutup di beberapa bagian kota utama Srinagar. Polisi menanggapi aksi-aksi itu dengan menembakkan gas air mata.

Ketegangan antara India dan Pakistan, dua negara tetangga yang memiliki senjata nuklir, meningkat setelah serangan bom bunuh diri dengan menggunakan mobil yang menewaskan sedikitnya 40 polisi paramiliter India pada 14 Februari. India dan Pakistan mengklaim Kashmir sebagai wilayah mereka tetapi memerintahnya masing-masing sebagian.

Satu kelompok militan yang berkedudukan di Pakistan mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pakistan membantah keterlibatan tetapi India yang sudah lama menuding negara tetangganya itu mendukung para militan separatis memerangi pasukan keamanan di bagiannya di Kashmir.

India dan Pakistan sudah berperang tiga kali sejak tahun 1947, dua kali menyangkut wilayah Himalaya, yang terbagi itu.

Rizwan berasal dari keluarga yang mempunyai hubungan dengan Jamaat-e-Islami (JeI), kelompok politik yang menginginkan kemerdekaan Kashmir dari India. kata Zulkarnain.

Pemerintah India baru-baru ini melarang kelompok itu yang menuduhnya memiliki hubungan dengan organisasi-organisasi militan.

Pasukan keamanan telah menangkap ratusan anggota Jel sejak serangan bom 14 Februari. Kelompok tersebut membantah terkait dengan para militan.

"Dia sama sekali tak bersalah dan tak punya afiliasi dengan organisasi militan," kata Zulkarnain.

Beberapa tokoh politik terkemuka di Kashmir mengutuk kematian pria tersebut.

"Hukuman harus dijatuhkan kepada para pembunuh anak muda ini," cuit Omar Abdullah, mantan menteri besar negara itu di Twitter.





Credit  antaranews.com


Senin, 18 Maret 2019

Sumber: India dan Pakistan Saling Ancam Hujani Rudal



Sumber: India dan Pakistan Saling Ancam Hujani Rudal
Seorang perwira polisi India menembakkan gas air mata ke arah demonstran selama protes terhadap pembunuhan di Kashmir, di Srinagar 8 Mei 2018. Foto/REUTERS/Danish Ismail/File Photo


NEW DELHI - Konflik singkat antara India dan Pakistan pada bulan lalu berlanjut pada aksi saling ancam untuk menghujani rudal satu sama lain. Lima sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan hanya intervensi para pejabat Amerika Serikat, termasuk Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, yang bisa mencegah konflik menjadi lebih besar.

Pada satu tahap, India mengancam akan menembakkan setidaknya enam rudal ke Pakistan, dan Islamabad mengatakan akan menanggapi dengan serangan rudal tiga kali lipat. Hal itu dipaparkan diplomat Barat, sumber-sumber pemerintah di New Delhi, Islamabad dan Washington, yang dilansir Reuters, Senin (18/3/2019).

Cara di mana ketegangan tiba-tiba memburuk dan mengancam akan memicu perang antar-negara bersenjata nuklir itu menunjukkan bagaimana wilayah Kashmir—yang diklaim keduanya dan merupakan inti dari permusuhan mereka—tetap menjadi salah satu titik api paling berbahaya di dunia.

Perseteruan itu belum melampaui ancaman, dan tidak ada pernyataan bahwa misil yang terlibat itu tidak lebih dari senjata konvensional, tetapi kedua negara itu menciptakan kekhawatiran di kalangan resmi di Washington, Beijing dan London.

Kantor berita Reuters telah menyatukan semua peristiwa yang menyebabkan krisis militer paling serius di Asia Selatan sejak 2008 itu, serta upaya diplomatik bersama untuk membuat kedua pihak mundur.

Pertikaian yang mendidih pecah menjadi konflik akhir bulan lalu ketika pesawat-pesawat tempur India dan Pakistan terlibat dalam pertempuran udara di Kashmir pada 27 Februari, sehari setelah serangan oleh para jet tempur India yang diklaim ditargetkan terhadap sebuah kamp militan di Pakistan. Islamabad membantah ada kamp militan di daerah itu dan mengatakan bom-bom India meledak di lereng bukit yang kosong.


Dalam bentrokan pertama mereka sejak perang terakhir antara kedua negara pada tahun 1971, Pakistan menembak jatuh sebuah pesawat jet tempur India dan menangkap pilotnya setelah sang pilot terlontar dari pesawatnya di Kashmir yang dikuasai Pakistan.

Beberapa jam kemudian, video-video pilot India yang berdarah, diborgol dan ditutup matanya, muncul di media sosial. Dalam video itu, sang pilot mengidentifikasi dirinya dengan para interogator Pakistan, yang memperdalam kemarahan di New Delhi.

Perdana Menteri India Narendra Modi yang menghadapi pemilihan umum pada bulan April-Mei berada di bawah tekanan untuk merespons. 


Malam itu, Penasihat Keamanan Nasional India, Ajit Doval, berbicara mengenai jalur aman kepada kepala Intelijen Antar-Layanan Pakistan (ISI), Asim Munir, untuk memberitahunya bahwa India tidak akan mendukung kampanye baru "kontra terorisme" bahkan setelah enangkapan pilot. Hal itu diungkap sumber pemerintah India dan diplomat Barat yang mengetahui tentang percakapan tersebut kepada Reuters di New Delhi.

Menurut para sumber, Doval mengatakan kepada Munir bahwa pertarungan India dengan kelompok-kelompok militan yang bebas beroperasi dari tanah Pakistan siap untuk ditingkatkan.

Seorang menteri pemerintah Pakistan dan seorang diplomat Barat di Islamabad secara terpisah mengonfirmasi ancaman khusus India untuk menggunakan enam rudal pada sasaran di dalam wilayah Pakistan. Mereka tidak menentukan siapa yang memberikan ancaman atau siapa yang menerimanya, tetapi menteri itu mengatakan badan intelijen India dan Pakistan "berkomunikasi satu sama lain selama pertempuran, dan bahkan sekarang mereka berkomunikasi satu sama lain".

Pakistan mengatakan akan membalas serangan rudal India dengan lebih banyak hingga tiga kali lipat. Hal itu diungkap menteri tersebut kepada Reuters, yang berbicara dengan syarat anonim.

"Kami mengatakan jika Anda akan menembakkan satu rudal, kami akan menembakkan tiga. Apa pun yang akan dilakukan India, kami akan merespons tiga kali untuk itu, "kata menteri Pakistan itu.

Kantor Doval tidak menanggapi permintaan komentar. Seorang pejabat pemerintah mengatakan dalam menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar bahwa India tidak mengetahui adanya ancaman rudal yang dikeluarkan untuk Pakistan.

Militer Pakistan menolak berkomentar dan Munir tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar. Kementerian luar negeri Pakistan juga menolak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar.






Credit  sindonews.com





Jumat, 15 Maret 2019

Eks Pejabat Militer India Sebut Jet Rafale Bisa Kalahkan Pakistan




Pilot Angkatan Udara India, Abhinandan Varthaman, tertangkap mliter Pakistan setelah pesawat MIG-21 Bison tertembak jatuh F-16. 92newshd
Pilot Angkatan Udara India, Abhinandan Varthaman, tertangkap mliter Pakistan setelah pesawat MIG-21 Bison tertembak jatuh F-16. 92newshd

CBNew Delhi – Bekas kepala staf angkatan udara India, Marsekal A. Y. Tipnis, mengatakan negaranya bisa mengalahkan jet tempur Pakistan jika telah mengoperasikan jet tempur buatan Prancis, Rafale.

India telah memulai pemesanan 36 jet tempur Rafale pada 2016. Namun, pengiriman jet tempur ini terhambat karena ada masalah pembayaran.
Tokoh oposisi Rahul Gandhi bahkan menuding PM India, Narendra Modi, terlibat korupsi dana pembelian jet tempur senilai US$8.7 miliar atau sekitar Rp124 triliun.

“Tujuan dari 24 jet tempur Pakistan adalah untuk menyerang Srinagar, pangkalan udara Awantipora. Jika India memiliki jet tempur Rafale saat itu, pilot angkatan udara dapat menghancurkan setidaknya 12 jet tempur Pakistan. Rafale akan menaikkan semangat pasukan,” kata Tipnis dalam sebuah forum seminar mengenai keamanan di New Delhi, India, pada Rabu, 13 Maret 2019.

Tipnis mengatakan ini terkait insiden pertempuran udara pada 27 Februari 2019 antara jet tempur MiG-21 Bison milik India dan Pakistan, yang diduga menggunakan F-26.

Pesawat tempur India menjatuhkan bom di wilayah Pakistan.[Aljazeera]


Pakistan mengklaim menembak jatuh dua jet tempur India dengan satu jet tempur mendarat di wilayah Kashmir yang dikontrol Islamabad. Satu pilot India berhasil ditahan dan kemudian dikembalikan ke New Delhi seperti dilansir Aljazeera.

Ini terjadi pasca serangan bom bunuh diri kelompok milisi ke pasukan paramiliter India di Kashmir, yang menewaskan sekitar 40 orang pada pertengahan Februari 2019. India menuding milisi itu berada di wilayah Pakistan dan mendapat perlindungan.
Baru-baru ini, dokumen mengenai kesepakatan pembelian jet tempur Rafale bocor ke publik setelah diberitakan oleh media The Hindu. Pemerintah India menuding media sengaja mempublikasikan informasi sensitif terkait kemampuan tempur jet Rafale.



Credit  tempo.co


Kamis, 14 Maret 2019

Pasukan India dan Pakistan Jual Beli Tembakan di Kashmir



Pasukan India dan Pakistan Jual Beli Tembakan di Kashmir
Pasukan India dan Pakistan terlibat baku tembak sengit di Jalur Kontrol (LoC), Kashmir. Foto/Ilustrasi


SRINAGAR - Pasukan India dan Pakistan kembali terlibat baku tembak sengit. Keduanya saling menargetkan posisi masing-masing di Jalur Kontrol (LoC), yang membagi wilayah Kashmir, kata para pejabat.

Kedua belah pihak terlibat baku tembak di distrik Poonch, sekitar 180 km barat daya Srinagar, Ibu Kota musim panas Kashmir yang dikuasai India.

"Pakistan hari ini kembali melepaskan tembakan tanpa sasaran yang menargetkan pos-pos terdepan pada pukul 10:00 waktu setempat di daerah Khari Karmara, sektor Gulpur," kata seorang pejabat. 

"Pihak kita juga memberikan balasan yang sesuai kepada pihak lain sebagai tanggapan," imbuhnya seperti dilansir dari Xinhua, Kamis (14/3/2019).

Baku tembak berlangsung selama beberapa jam dan kedua belah pihak menggunakan senjata kecil serta mortir untuk menargetkan posisi masing-masing.

Menurut para pejabat, sejauh ini tidak ada korban jiwa dalam pertempuran di kedua belah pihak.

Para pejabat mengatakan dua peluru, ditembakkan dari seberang LoC, mendarat di dekat pusat perdagangan di daerah Chakan da Bagh di Poonch, tetapi ledakan peluru itu tidak menyebabkan kerusakan.

Selama dua minggu terakhir, baku tembak kerap terjadi di LoC Kashmir. Aksi penembakan yang berlangsung setiap hari ini telah memaksa penduduk di kedua sisi untuk bermigrasi ke lokasi yang lebih aman.

Ketegangan terbaru antara New Delhi dan Islamabad tumbuh setelah India melakukan serangan udara di dalam Pakistan, memicu aksi balasan. Situasi ini telah menurun sampai batas tertentu setelah seruan untuk menahan diri dari beberapa negara.






Credit  sindonews.com






India Uji Coba Sistem Rudal Baru Dekat Perbatasan Pakistan



India Uji Coba Sistem Rudal Baru Dekat Perbatasan Pakistan
Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO) dilaporkan telah melakukan uji coba sistem rudal Pinaka di wilayah dekat dengan perbatasan Pakistan. Foto/Istimewa


NEW DELHI - Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO) dilaporkan telah melakukan uji coba sistem rudal Pinaka, di wilayah Pokharan di negara bagian Rajasthan, dekat dengan perbatasan Pakistan.

Senjata yang baru dikembangkan dan diuji ini dapat menghancurkan wilayah seluas 900 meter persegi pada jarak 20 hingga 90 kilometer. Sistem rudal Pinaka dapat menembakkan 12 roket dalam waktu 44 detik.

"Sistem senjata memengaruhi sasaran yang dituju dengan presisi tinggi dan mencapai akurasi yang diinginkan di semua misi. Sistem Telemetri melacak dan memantau kendaraan melalui jalur penerbangan. Semua tujuan misi telah dipenuhi," kata Kementerian Pertahanan India, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (13/3).

Sistem Pinaka ditenagai oleh motor berbahan bakar padat dan dapat dilengkapi dengan tiga hulu ledak, bahan peledak tinggi pra-terfragmentasi (PFHE), atau pembakar, atau hulu ledak ledak berkekuatan tinggi (RHE). Stabilisasi penerbangan disediakan oleh enam sirip sisi-lipatan-delta yang terpotong menuju bagian belakang roket.

Sistem Pinaka secara bertahap akan menggantikan SMERCH Rusia, yang dapat meratakan area seluas 1,1 kilometer persegi.

Dipercayai, meskipun tidak secara terbuka, bahwa sistem Pinaka mungkin telah dikembangkan untuk mengirimkan hulu ledak nuklir pada kisaran kecil. Waktu reaksi yang cepat dan laju tembakan yang tinggi memberikan keunggulan bagi tentara selama situasi konflik.

Menurut DRDO, kemampuan sistem untuk menggabungkan beberapa jenis hulu ledak membuatnya mematikan bagi musuh, karena bahkan dapat menghancurkan struktur padat mereka dan bunker yang tersebar di area seluas 900 meter persegi. 





Credit  sindonews.com



India dan Fiji Turut Larang Operasional Boeing 737 MAX 8


India dan Fiji Turut Larang Operasional Boeing 737 MAX 8
Ilustrasi Boeing 737 MAX 8. (Stephen Brashear/Getty Images/AFP)



Jakarta, CB -- Perintah larangan mengoperasikan pesawat Boeing tipe 737 MAX 8 terus menyebar di seluruh dunia, sebagai dampak kekhawatiran atas dua kecelakaan maut yang terjadi di Indonesia dan Ethiopia. Pemerintah India, Fiji, dan sejumlah maskapai turut memutuskan melarang penggunaan burung besi itu.

Seperti dilansir Reuters, Rabu (13/3), Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil (DGCA) Kementerian Penerbangan India memutuskan menghentikan sementara operasional Boeing 737 MAX 8. Perintah itu berlaku pada Selasa kemarin sejak pukul 21.55 waktu setempat.


"DGCA memutuskan untuk segera mengistirahatkan sementara Boeing 737 MAX 8. Pesawat itu tidak boleh mengudara sampai mendapat modifikasi dan langkah ini diambil untuk memastikan keselamatan penumpang dan operasional," demikian pernyataan Kementerian Penerbangan Sipil India melalui akun Twitter mereka, @MoCA_GoI.

Dua maskapai ternama India, Jet Airways dan SpiceJet, langsung menunda penerbangan menggunakan 737 MAX 8.

Karena hal itu, harga saham SpiceJet anjlok sebesar 5,5 persen, sedangkan saham Jet Airways turun 2,2 persen.

Pemerintah Fiji juga mengikuti keputusan India dengan melarang sementara penggunaan Boeing 737 MAX 8. Otoritas Penerbangan Sipil Fiji menyatakan mereka sebenarnya yakin dengan keamanan pesawat itu, tetapi mereka juga melihat kekhawatiran masyarakat dan sikap sejumlah negara lain.

Maskapai Fiji Airways menyatakan untuk sementara waktu tidak akan menggunakan 737 MAX 8. Sebagai gantinya, mereka bakal memakai Boeing 7373 dan Airbus SE A330.

Gelombang larangan terbang terhadap Boeing 737 MAX semakin luas. Negara-negara yang melarang adalah Australia, Oman, Singapura, China, Malaysia, Inggris, Indonesia, Ethiopia, Jerman, Prancis, Bermuda, Swiss, Uni Eropa, Kuwait, Selandia Baru, Korea Selatan, Turki, dan Uni Emirat Arab.

Larangan ini dikeluarkan setelah dua penerbangan yang menggunakan pesawat Boeing 737 MAX 8 mengalami kecelakaan mematikan dalam kurun waktu kurang dari lima bulan.

Kecelakaan terbaru terjadi di pada Minggu (10/3), ketika pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines jatuh tak lama setelah lepas landas dari Addis Ababa, menewaskan 157 orang di dalamnya.

Beberapa bulan sebelumnya, tepatnya Oktober 2018, pesawat jenis sama yang digunakan dalam penerbangan Lion Air JT610 jatuh di Laut Jawa dan menewaskan 189 penumpang dan awak yang dibawa.

Amerika Serikat dan Kanada memastikan bahwa mereka tak akan melarang penggunaan Boeing 737 MAX 8.

AS sendiri sudah menyatakan bahwa pesawat Boeing 737 MAX 8 layak terbang. Namun, AS meminta Boeing untuk memodifikasi pesawat jenis tersebut. 



Credit  cnnindonesia.com




Rabu, 13 Maret 2019

India Akan Bangun 110 Blast Pen Jet Tempur Dekat China dan Pakistan



India Akan Bangun 110 Blast Pen Jet Tempur Dekat China dan Pakistan
Pesawat tempur Su-30MKI andalan Angkatan Udara India, IAF. Foto/Istimewa


NEW DELHI - Pemerintah India akan membangun sekitar 110 blast pen (tempat perlindungan) jet tempur Angkatan Udara India, IAF, generasi berikutnya yang dilindungi dekat perbatasan Pakistan dan China. Tempat perlindungan itu akan digunakan untuk melindungi jet-jet tempur dari kehancuran akibat pemboman dan serangan rudal di pangkalan-pangkalan udara.

Kantor berita India, ANI melaporkan, mayoritas tempat perlindungan akan menampung jet tempur Sukhoi buatan Rusia yang merupakan andalan IAF.

"Pemerintah pusat telah menyelesaikan sebuah proyek untuk pembangunan sekitar 110 tempat penampungan yang keras yang juga dikenal sebagai blast pen yang melindungi pesawat-pesawat tempur dari rudal musuh atau serangan bom," kutip Sputnik dari ANI yang menyitir sumber-sumber pemerintah, Rabu (13/3/2019).

Menurut ANI, tempat perlindungan generasi berikutnya jet-jet tempur IAF akan dibangun secara bertahap di pangkalan udara yang dekat dengan perbatasan dengan China dan Pakistan.

Saat ini, IAF menyimpan Su-30MKI dan jet tempur lainnya di "lini belakang" selama operasi di dekat perbatasan Pakistan karena kurangnya tempat perlindungan. Karena kelemahan ini, IAF harus menerbangkan jet MiG-21 saat menanggapi serangan Angkatan Udara Pakistan pada 27 Februari karena jet tempur Sukhoi tidak siap untuk digunakan.

Sebelumnya, selama perang dengan Pakistan pada tahun 1965, IAF telah kehilangan beberapa jet tempurnya karena mereka tanpa tempat perlindungan, tambah laporan itu. 




Credit  sindonews.com


Berkonflik dengan India, Cina Sebut Pakistan 'Iron Brother'




PM Pakistan, Imran Khan (kiri) dan PM India, Narendra Modi (kanan), bertemu di rumah Modi pada 2015 sebelum Khan menjabat sebagai Perdana Menteri. Dailynews
PM Pakistan, Imran Khan (kiri) dan PM India, Narendra Modi (kanan), bertemu di rumah Modi pada 2015 sebelum Khan menjabat sebagai Perdana Menteri. Dailynews

CBBeijing – Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, menyebut Pakistan sebagai saudara yang kokoh atau ‘Iron Brother’ dan memintanya bekerja sama dengan India menurunkan eskalasi ketegangan.

“Cina memainkan peran vital dalam meredakan konflik antara Islamabad dan New Delhi, keduanya perlu bertemu untuk mendeeskalasi krisis,” kata Wang saat jumpa pers di sela-sela Kongres Nasional Rakyat ke – 13 seperti dilansir Sputnik News dan Samaa Tv pada Selasa, 12 Maret 2019.
Wang mengatakan Cina berharap Pakistan dan India mau memulai dialog untuk menyelesaikan perbedaan pendapat dan menciptakan kerja sama lebih baik untuk masa depan.

“Cina berharap Pakistan dan India mau menggunakan krisis ini sebagai kesempatan untuk saling bertemu. Kami menyarankan kedua negara untuk segera membalik lembaran ini dan membangun hubungan fundamental jangka panjang yang lebih baik,” kata Wang.

Wang juga menegaskan naga Cina dan gajah India tidak bakal bertempur karena keduanya bakal saling berdansa.
Komentar Wang ini muncul beberapa hari setelah Wakil Menlu Cina, Kong Xuanyou, mengunjungi Islamabad pada 6 Maret 2019. Kong menyatakan dukungan Beijing kepada Paksitan untuk membangun perdamaian dan stabilitas di wilayah ini. Beijing juga mengakui upaya Pakistan dalam menangani aksi terorisme.
“Cina memperhatikan situasi saat ini antara Pakistan dan India, dan mengapresiasi sikap Pakistan yang tenang dan mengendalikan diri sejak awal, serta berupaya menurunkan temperatur dengan India lewat dialog,” kata Kong saat mengunjungi Islamabad.

Cina merupakan sekutu dekat Pakistan lewat investasi puluhan triliun dengan membangun Koridor Ekonomi Cina dan Pakistan. Ini merupakan proyek infrastruktur yang menghubungkan antara Provinsi Xinjiang dan Pelabuhan Laut Arab di Kota Gwadar di Provinsi Balochistan.


Seperti dilansir Reuters, hubungan Pakistan dan India sempat memanas pada Februari 2019 menyusul terjadinya serangan bom terhadap pasukan paramliter India di Kashmir, yang menewaskan sekitar 40 orang. India membalas dengan menyerang lokasi yang disebutnya sebagai kamp pelatihan milisi Jaish-e-Mohammed di perbukitan Kota Balakot, Pakistan.

Pakistan membalas dengan menyerang target non-militer di wilayah Kashmir, yang dikuasai India. Angkatan Udara Pakistan menyebut menembak dua jet tempur MiG-21 Bison milik India, yang menyebabkan satu jet tempur jatuh di wilayah Kashmir yang dikontrol Pakistan. Satu pilot ditahan dan telah dikembalikan sebagai gestur perdamaian.




Credit  tempo.co





Selasa, 12 Maret 2019

Pemilu India, PM Modi Diuntungkan dari Konflik India - Pakistan


Perdana Menteri India Narendra Modi saat berbicara dalam pembukaan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 23 Januari 2018. REUTERS
Perdana Menteri India Narendra Modi saat berbicara dalam pembukaan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 23 Januari 2018. REUTERS

CB, Jakarta - Inkumben Perdana Menteri Narendra Modi diperkirakan meraup keuntungan dari ketegangan antara India dengan Pakistan soal Kashmir dalam pemilu tahun ini. Pemilu India yang dimulai pada 11 April mendatang akan menjadi pesta demokrasi terbesar di dunia karena 900 juta warga India akan menggunakan hak pilih. Selain itu. 15 juta di antaranya berusia 18 dan 19 tahun akan memberikan hak pilihnya untuk pertama kali.

"Untuk pertama kalinya saya akan memilih Narendra Modi, karena saya menyukai apa yang telah ia lakukan terhadap Pakistan," kata Anjali Tivari ketika ia menjemput putranya dari sekolah di Mumbai.
"Saya terkesan. Dia memberikan jawaban yang tepat untuk Pakistan," dikutip dari Reuters, Senin, 11 Maret 2019.

Ketua KPU Sunil Pemilu kepada wartawan mengatakan, pemilu akan digelar selama satu bulan lebih karena ini merupakan pemilu terbesar.
Sampai beberapa minggu lalu, lapangan pekerjaan langka dan turunnya harga pertanian membuat popularitas Modi menjadi kurang baik. Namun dari hasil jajak pendapat menunjukkan Partai BJP yang saat ini berkuasa memiliki keuntungan yang jelas setelah kontak senjata terjadi antara angkatan bersenjata India dengan Pakistan. Hal tersebut dikatakan memicu semangat patriotik India.
Inkumben Perdana Menteri Narendra Modi diperkirakan meraup keuntungan dari ketegangan India dengan Pakistan soal Kashmir dalam pemilu kali ini

Alhasil, sebanyak 543 kursi parlemen yang diperebutkan, 241 kursi di antaranya bisa beralih ke aliansi yang berkuasa yakni Modi, dibandingkan dengan 141 kursi aliansi oposisi yang dipimpin partai Kongres.
Pada survey yang dirilis pada Januari lalu sebelum ketegangan terjadi dengan Pakistan menunjukkan, BJP tidak mampu meraup jumlah suara mayoritas.
Pada pemilu 2014, BJP memenangkan 282 dari 543 kursi yang diperebutkan.Ini merupakan pertunjukan terkuat dalam tiga dekade pemilu parpol.

Partai oposisi utama, Kongres pada akhir tahun lalu mampu mengalahkan BJP di tiga daerah pedesaan dan sedang mencoba untuk menyatukan partai-partai tingkat regional dan berbasis kasta untuk menggulingkan Modi.
Partai Kongres yang dikendalikan oleh dinasti Nehru-Gandhi, mengandalkan kebencian pemilih untuk mendorong aliansi oposisi untuk mendapatkan kemenangan dalam pemilu India April mendatang.






Credit  tempo.co