Selasa, 26 Maret 2019

Taiwan Perkuat Kerja Sama dengan Pemerintahan Indonesia


Taiwan Perkuat Kerja Sama dengan Pemerintahan Indonesia
Taiwan Perkuat Kerja Sama dengan Pemerintahan Indonesia

TAIPEI - Taiwan menjadikan Indonesia sebagai salah satu mitra strategis. Hal ini tidak hanya sebatas dilakukan dengan memperkuat hubungan dagang maupun investasi semata, tapi juga memperluas hubungan di bidang lain, seperti pertanian, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan lainnya.

Langkah baru yang diambil negeri kepulauan tersebut merupakan implikasi dari kebijakan Taiwan memformat kembali strategi Asianya dari go to south yang semata berorientasi bisnis menjadi the New Southbound Policy yang fokus pada enam negara. Selain Indonesia, negara lainnya adalah Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Singapura, India, dan Australia.

Kebijakan ini memiliki tiga karakter penting hubungan, yakni menekankan hubungan antara warga negara (people-centeredness), membangun hubungan regional yang terbuka (regional inclusiveness), serta memperdalam dan memperluas bidang kerja sama (deepening and diversifying partnership).

“Pemerintah berharap langkah-langkah tersebut akan mampu mendorong terwujudnya perdamaian di kawasan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat secara bersama-sama,” ujar Nick K.Ni, Chierf Secretary Bureau of Foreign Trade Ministry of Economic Affair saat menerima kunjungan sejumlah wartawan dari negara-negara the New Soutbound.

Reorientasi kebijakan secara konkret di antaranya melalui kerja sama Talent Exchange yang dilakukan dengan Indonesia, juga negara-negara yang masuk the New Southbound lain. Dengan Indonesia, misalnya, Taiwan membangun Comprehensif Demonstration Zone. Di tempat ini dilatih 100 kader instruktur pertanian untuk memanfaatkan peralatan mesin penanaman bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian Indonesia.

Secara luas dalam bidang pertanian, Taiwan juga mengenalkan teknologi pemupukan berkualitas tinggi, mesin-mesin pertanian, penanaman bibit, dan teknologi manajemen pertanian, dengan mendirikan zona demonstrasi pertanian di Indonesia. Melalui program ini, Taiwan berharap petani bisa meningkatkan kemampuannya dan taraf hidupnya.

Perdagangan dan investasi tentu tetap menjadi tumpuan utama. Penguatan di sektor tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan. Taiwan misalnya, bersama-sama dengan negara-negara the New Southbound menggelar the Industry Link Summit Forums untuk memikirkan langkah bersama ke depan mendorong pertumbuhan. Forum ini juga diharapkan akan mengakselerasi kerja sama bilateral bidang perindustrian dan memfasilitasi kerja sama supply chain.

“Saat ini wilayah kerja sama antara Taiwan dengan negara-negara the New Soutbound Policy termasuk kerja sama pengembangan zona industri serta sebuah kawasan teknologi dan sains internasional, mengenalkan solusi kampus smart campus, membuat situs demonstrasi smart city, mengenalkan sertifikasi halal, pembangkit listrik terbarukan, dan lainnya,” kata Nick.

Selain itu, Taiwan juga bekerja sama dengan pemerintahan lokal dan kalangan swasta menggelar Taiwan Expo yang mengenalkan berbagai produk Taiwan beserta keunggulannya, yakni pelayanan kesehatan, pendidikan, tourisme, dan kebudayaan. Ekspor diharapkan akan mendongkrak citra Taiwan dan industrinya serta memfasilitasi kerja sama dan hubungan antar negara. 

Memperkuat dan memperluas kerja sama dengan Indonesia sangat penting bagi Taiwan. Sebab Indonesia negara dengan potensi pertumbuhan ekonomi luar biasa. Pemikiran ini berdasar pertimbangan di antaranya jumlah penduduk sebesar 270 juta merupakan pasar yang besar, memiliki bahan baku berlimpah, ekonomi pertanian dan industri yang tumbuh cepat, memilik kelompok usia muda sangat besar dan dibutuhkan lapangan kerja, serta memiliki pertumbuhan ekonomi stabil di atas 5%.

Lebih dari itu Taiwan juga melihat Indonesia merupakan pemimpin ASEAN dan negara terbesar di kawasan, baik dari sisi jumlah penduduk maupun kapasitas perekonomian. Sebagai informasi, jumlah penduduk Indonesia meliputi 40% penduduk di kawasan ASEAN. Sedangkan secara kapasitas ekonomi, sejak 2017, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai USD1triliun dan pada 2018 melampaui USD1,77 triliun.

Pada 2030, negeri ini diprediksi menjadi top 10 negara dengan perekonomian terbesar. “Bagaimanapun Indonesia diyakini menjadi negara sangat penting dalam mendorong terwujudnya strategi Indo-Pasifik,” kata Nick. Dari pihak Indonesia, mantan perwakilan Indonesia di Taiwan, Robert James Bintaryo, pada kesempatan Indonesia Investment Forum diTaichung pada Juli 2018 lalu, menyebut Taiwan sebagai salah satu pilar komersial dunia.

Dia juga mengatakan Taiwan sebagai salah satu partner penting bisnis Indonesia. Hal ini berdasar nilai investasi dan perdagangan antardua negara yang terus menunjukkan tren kenaikan. Berdasar data, investasi Taiwan ke Indonesia pada 2017 sebesar USD397 juta naik 166% dibandingkan tahun sebelumnya. Investasi meliputi 530 proyek, hampir 80% di antara proyek infrastruktur.

Nilai perdagangan juga terus menunjukkan kenaikan, yakni senilai USD8 miliar pada 2017 atau naik 15% dibanding tahun sebelumnya. Lebih dari itu, Indonesia juga menjadi penyumbang tenaga kerja migran untuk Taiwan, yakni mencapai 261 ribu orang atau 38% dari keseluruhan jumlah pekerja migran di negara itu.

The New Southbound Policy

Inisiatif the New Soutbound Polici diluncurkan Presiden Tsai Ing Wen pada 2016 lalu. Dia menyebut, dengan the New Soutbound Policy, Taiwan tidak hanya sebatas berinvestasi, tapi juga membangun kerja sama jangka panjang yang membawa keuntungan bersama untuk saat ini dan ke depan.

Negara yang dimaksudkan dalam paket kebijakan ini adalah negara-negara yang selama ini sudah menjalin kerja sama erat dengan Taiwan, bahkan menempati peringkat nomor dua dalam konteks kapasitas hubungan perekonomian. Pada 2017, misalnya, total perdagangan antara Taiwan dengan negara-negara the New Soutbound sebesar USD110,9 miliar.

Pada 2018, angkanya meningkat 5,7%, yakni mencapai USD117,1 miliar. Pada periode sama, investasi Taiwan ke negara-negara ini menyentuh USD2,42 miliar, sedangkan sebaliknya investasi ke Taiwan sebesar USD391 juta, baik 43,3% year on year. Hsin-Huang Michael Hsiao dari Taiwan-Asia Exchange Fundation (TAEF) menyebut, kebijakan the New Soutbound Policy merupakan redefinisi kebijakan Go South Policy yang dicanangkan pada 1990 dalam menjalin hubungan dagang dan investasi dengan negara-negara ASEAN.

“Perubahan ini merefleksikan fakta bahwa multihubungan yang terjalin di antara masyarakat Taiwan dengan negara-negara tetangga sudah pada taraf matang, dan the New Soutbound Policy menjadi katalis hubungan-hubungan yang sudah terjalin baik tersebut,” ujar dia. Hsiao melihat, kebijakan the New Soutbound yang fokus pada inovasi industri, kerja sama kesehatan dan supply chains, pengembangan talent, kerja sama pertanian, forum bersama, dan platform pertukaran generasi muda sebagai langkah strategis.

“Rasionalisasi kebijakan ini bukan sekadar diplomasi uang, tapi juga kerja sama pemerintah yang jujur dan pengembangan pengalaman serta sumber daya dengan rekan Taiwan di kawasan untuk menyediakan solusi masalah yang ada dan menghadapi persoalan mendatang,” katanya.




Credit  sindonews.com