Senin, 18 Maret 2019

Rudal Canggih Zircon Rusia Diklaim Bisa Bikin Pertahanan AS Jadi Debu


Rudal Canggih Zircon Rusia Diklaim Bisa Bikin Pertahanan AS Jadi Debu
Penyiar berita Russia 1 mengejek militer Amerika Serikat saat menyiarkan laporan tentang rudal Zircon hipersonik, Minggu (17/3/2019). Foto/Twitter @JuliaDavisNews

MOSKOW - Russia 1, stasiun televisi pemerintah Rusia, menyombongkan rudal Zircon hipersonik terbaru yang diklaim akan membuat sistem pertahanan rudal Amerika Serikat (AS) menjadi debu. Misil canggih Moskow itu bisa terbang dengan kecepatan 6.000 mph.

Dalam siarannya hari Minggu (17/3/2019), televisi pemerintah tersebut mengejek militer Washington dengan nada ancaman. Misil Zircon atau Tsirkon pernah diuji terbang pada Desember lalu dan berhasil melesat dengan kecepatan 6.138 mil per jam (mph).

Keberadaan rudal itu telah lama menjadi rahasia umum di antara badan-badan intelijen AS. Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin baru mengonfirmasi pada pidato kenegeraan 20 Februari lalu bahwa negaranya memang mengembangkan misil Zircon.

"AS pernah mencari dominasi global melalui program misilnya. Mereka harus meninggalkan ilusi, kami akan selalu merespons dengan respons timbal balik," kata Putin dalam pidatonya sekitar tiga minggu lalu. Putin juga mengklaim bahwa kemampuan rudal hipersoniknya tak terkalahkan.

Pengamat Rusia dan jurnalis Washington Post, Julia Davis, menuliskan apa yang disiarkan dalam program berita Russia 1 di Twitter. "Sistem pertahanan rudal AS akan berubah menjadi debu," tulis dia, mengomentari laporan tentang rudal Zircon hipersonik.

Misil itu awalnya dirancang untuk menargetkan kapal. Namun, menurut laporan Fast Company, senjata itu sekarang diyakini juga memiliki kemampuan menyerang target di darat.

Laporan berita televisi pemerintah itu disiarkan jurnalis Dmitry Kiselyov. "Pembawa acara TV negara Rusia Dmitry Kiselyov membanggakan bahwa rudal jelajah hipersonik Tsirkon mampu mengatasi sistem pertahanan rudal AS, menjadikannya tidak berarti. Orang Amerika sendiri tidak percaya akan hal itu. Layar (televisi) berbunyi; 'Sistem pertahanan rudal AS berubah menjadi debu'," tulis Davis via akun Twitter-nya, @JuliaDavisNews.

“Saya tidak bisa terlalu menekankan seberapa sering saya mendengar para pakar, politisi, dan pejabat pemerintah berpengaruh di TV Rusia mengatakan; 'Amerika bukan teman kita', 'Kami tidak ingin menjadi teman mereka', 'Mereka tidak akan pernah menjadi teman kami', lanjut Davis, yang secara teratur memantau dan melaporkan di media pemerintah Rusia. "Percayalah, mereka bersungguh-sungguh," imbuh dia.

Sementara itu, mengutip laporan Newsweek, sebuah penilaian intelijen Amerika Serikat menyimpulkan bahwa rudal hipersonik Rusia dapat dikerahkan sepenuhnya pada awal 2022 dan bahwa pertahanan AS saat ini tidak mampu menghentikannya. 


Laporan tersebut juga mencatat bahwa laporan "penilaian ancaman" Kantor Akuntansi Umum pemerintah AS telah menyatakan bahwa AS tidak memiliki tindakan pencegahan yang ada untuk memerangi serangan rudal hipersonik, serangan yang bahkan dapat menghasilkan hulu ledak nuklir.

Pengumuman Putin yang mengonfirmasi pengembangan rudal Zircon hipersonik itu muncul tidak lama setelah pemerintahan Donald Trump mengumumkan bahwa AS akan menarik diri dari Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987. Rusia juga mengikuti jejak AS dalam upaya mengakhiri perjanjian pencegah perang nuklir tersebut.


Credit  sindonews.com