Rabu, 13 Maret 2019

Nasib Boeing Setelah Larangan Terbang 737 MAX 8


Nasib Boeing Setelah Larangan Terbang 737 MAX 8
Ilustrasi Boeing 737 MAX 8. (Joe Raedle/Getty Images/AFP).




Jakarta, CB -- Indonesia, China, Singapura dan beberapa maskapai di seluruh dunia memutuskan untuk menghentikan sementara operasional (grounded) pesawat Boeing 737 MAX 8. Hal ini dilakukan Ethiopian Airlines jatuh dan menewaskan 157 orang, kurang dari lima bulan setelah pesawat jenis yang sama milik Lion Air jatuh di perairan Karawang.

Otoritas penerbangan China pada Senin (11/3) mengeluarkan kebijakan untuk mendaratkan semua pesawat Boeing 737 MAX 8 milik maskapai domestik mereka. Alasannya, perlu kontrol ketat terhadap risiko keselamatan.

Kebijakan serupa juga dikeluarkan Kementerian Perhubungan yang menyatakan perlu ada pemeriksaan menyeluruh terhadap pesawat jenis tersebut. Kebijakan Kemenhub dikeluarkan seiring diterbitkannya airworthines directive oleh FAA (Federal Aviation Administration).


Singapura bahkan mengeluarkan kebijakan melarang pesawat jenis itu keluar dan masuk negaranya untuk sementara waktu. Beberapa maskapai juga mengambil tindakan sendiri dengan mengandangkan pesawatnya meski tak ada kebijakan dari otoritas negara asal maskapai tersebut.

Kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines menewaskan 157 orang dalam penerbangan tersebut tak lama setelah lepas landas pada Minggu (10/3). Pada akhir Oktober, pesawat jenis sama yang diterbitkan Lion Air juga jatuh di Perairan Indonesia.

Kedua pesawat yang jatuh milik Ethiopian Airlines dan Lion Air merupakan pesawat baru dan jatuh beberapa menit setelah terbang.

Situasi mengancam reputasi Boeing terkait keselamatan dan menimbulkan keraguan pada pesawat produksi perusahaan asal AS ini. Saham Boeing (BA) anjlok 13,5 persen pada awal perdagangan di New York hari Senin (11/3), sebelum akhirnya pulih dan ditutup turun 5,33 persen.

"Penangguhan di China sangat signifikan, karena ini merupakan pasar utama bagi Boeing," kata Greg Waldron, redaktur pelaksana Asia di perusahaan riset penerbangan FlightGlobal, dikutip dari CNN, Selasa (12/3).

Berdasarkan data FlightGlobal, maskapai penerbangan China memiliki 97 pesawat Boeing 737 MAX pesawat, lebih dari seperempat dari total pesawat jenis itu yang beroperasi di seluruh dunia. Boeing sudah mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan kerusakan pada citranya.

Produsen pesawat itu juga telah menunda debut pesawat 777X, yang sebenarnya dijadwalkan minggu ini.

Regulator Uni Eropa mengatakan akan memantau situasi dengan cermat, tetapi belum mengambil langkah untuk memeriksa atau melarang terbang sementara pesawat Boeing 737 MAX. Sementara Administrasi Penerbangan Federal AS mengatakan pada Senin (12/3) bahwa pesawat Boeing 737 MAX layak terbang dan memungkinkan maskapai penerbangan AS untuk terus menerbangkannya.

Mary Schiavo, seorang analis penerbangan CNN dan mantan inspektur jenderal Departemen Transportasi AS,mengatakan itu akan menjadi ide yang baik bagi Boeing atau maskapai penerbangan untuk mendaratkan pesawat sebelum ada larangan dari pemerintah.

"Ada pertanyaan besar tentang pesawat ini. Saat ini sudah ada website yang bisa memberikan informasi kepada penumpang pesawat jenis apa yang akan mengankut mereka," jelasnya.

Beberapa maskapai penerbangan mengambil tindakan sendiri. Namun, itu membuat penumpang makin meragukan keselamatan dari pesawat Boeing.

Ethiopian Airlines mengumumkan akan menghentikan sementara operasional pesawat 737 MAX miliknya sebagai tindakan pencegahan keamanan ekstra. Operator lain yang mengikuti adalah AeroMexico, AerolĂ­neas Argentinas, Comair Afrika Selatan dan Cayman Airways, operator utama Kepulauan Cayman.

Pada saat yang sama, maskapai besar termasuk American Airlines (AAL), Southwest Airlines (LUV), FlyDubai dan Norwegian Air mengatakan mereka akan terus mengoperasikan 737 MAX pesawat mereka.

Tipe Laris
Pesawat Boeing tipe 737 MAX adalah versi terbaru dan salah satu yang terlaris dari produsen AS tersebut. Maskapai telah memesan ribuan pesawat jenis itu dari Boeing.

Pesawat Boeing 737 MAX 8 baru berusia dua tahun ini termasuk yang sangat populer. Boeing baru-baru ini mulai menjual MAX 9 dan belum mulai mengirimkan MAX 10.

Tahun lalu, Boeing telah mengirimkan 72 persen dari pesanan pesawatnya yang berjumlah 737 pesawat. Boeing berencana membuat 59 pesawat baru jenis 737 setiap bulannya di tahun ini. 

Berdasarkan data Boeing, Southwest Airlines memiliki pesawat terbanyak jenis 737 MAX, diikuti Ryan Air, dan FlyDubai. American Airlines dan United juga menerbangkan MAX. Sementara Delta tak memiliki pesawat jenis tersebut.

Di luar berita-berita buruk, Analis Penerbangan Teal Group Richard Aboulafia memperkirakan jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines sepertinya tak akan membuat laba bersih Boeing anjlok terlalu dalam. "Itu tergantung dari pendapatan perusahaan. Ini (kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines) tidak akan terlalu membebani dengan cara apa pun," jelasnya.

Boeing mencatatkan rekor penjualan sebanyak 806 pesawat komersial pada 2018, dan membukukan penjualan lebih dari US$100 miliar untuk pertama kalinya dalam 102 tahun berdiri.

Sebelum kehancuran Ethiopia, sahamnya telah naik 31 persen tahun ini.

Perusahaan sebelumnya menyampaikan belasungkawa atas kecelakaan Ethiopian Airlines 302. Namun, Boeing mengatakan tidak memiliki dasar untuk mengeluarkan panduan baru kepada maskapai.





Credit  cnnindonesia.com