Kamis, 24 Januari 2019

Singapura: Pembelian F-35 Tak Picu Lonjakan Besar Belanja Pertahanan


Singapura: Pembelian F-35 Tak Picu Lonjakan Besar Belanja Pertahanan
Pesawat jet tempur siluman F-35B produksi Lockheed Martin Amerika Serikat. Foto/REUTERS

SINGAPURA - Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan tidak akan ada lonjakan besar dalam pengeluaran pertahanan untuk anggaran tahun ini. Komentarnya itu muncul setelah kementerian memutuskan akan membeli sejumlah kecil pesawat jet tempur siluman F-35 Lockheed Martin Amerika Serikat (AS) untuk mengganti F-16 yang uzur.

Dia mengatakan bahwa penggantian jet tempur bagian dari keseluruhan rencana modernisasi Angkatan Bersenjata Singapura dan akan dilakukan dalam batasan anggaran pertahanan.

"Kami tahu bagaimana merentangkannya dan jika kami berencana sudah lama, kami akan dapat melakukannya," kata Ng di sela-sela acara Programme for Active Living di Bishan pada hari Minggu (20/1/2019).

"Jadi, itu selalu merupakan investasi yang signifikan dalam pertahanan, tetapi kami tidak melihat lonjakan besar dalam pengeluaran pertahanan untuk anggaran tahun ini," ujarnya.

Sekadar diketahui jet tempur F-35A yang bisa take-off dan landing konvensional harganya USD89,2 juta. Sedangkan model F-35B yang bisa landing vertikal harganya USD115,5 juta.

Mengutip Channel News Asia, Singapura sangat tertarik untuk membeli model F-35B, yang dapat lepas landas dari landasan pacu yang lebih pendek dan mendarat seperti helikopter.

Pada hari Minggu, Ng juga menyinggung sengketa maritim dan wilayah udara antara Singapura dan Malaysia.

"Pengambilan yang paling penting dari beberapa minggu terakhir sejak kapal pemerintah Malaysia memasuki perairan teritorial Singapura kami di Tuas, serta situasi di Seletar dan masalah tentang wilayah udara, adalah; Kami telah menghindari datang ke pukulan. Itu selalu lebih baik untuk menyelesaikan perbedaan pendapat melalui pembicaraan damai, negosiasi dan diskusi," ujarnya.

Ng menambahkan bahwa kedua pihak telah membuat kemajuan dan para menteri dan pejabat dari kedua negara sudah saling berbicara.

"Pada saat yang sama, agen keamanan kami (SAF, the Home Team) selalu waspada," katanya. "Kami menonton dengan sangat hati-hati. Kami tahu apa yang sedang terjadi. Kami dapat merespons dengan sangat cepat," katanya.

Singapura dan Malaysia telah terlibat dalam perselisihan mengenai kebijakan Singapura mengenai prosedur baru Sistem Pendaratan Instrumen untuk Bandara Seletar, yang menurut Malaysia akan menghambat pembangunan gedung-gedung tinggi di Pasir Gudang Johor, di sebelah utara bandara. Singapura tidak setuju dengan penilaian itu.

Perselisihan lainnya tentang masalah maritim yang dipicu oleh keputusan sepihak Malaysia untuk memperpanjang batas pelabuhan Johor Baru pada bulan Oktober.




Credit  sindonews.com