Kamis, 24 Januari 2019

Kudeta Venezuela, Opoisi Deklarasi sebagai Presiden, Maduro?


Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, mendeklarasikan diri sebagai Presiden interim negara itu menggantikan Presiden Nicolas Maduro pada unjuk rasa di Caracas, Venezuela, pada Rabu, 23 Januari 2019. Reuters
Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, mendeklarasikan diri sebagai Presiden interim negara itu menggantikan Presiden Nicolas Maduro pada unjuk rasa di Caracas, Venezuela, pada Rabu, 23 Januari 2019. Reuters


CB, Caracas – Pemimpin oposisi, Juan Guaido, menyatakan diri sebagai Presiden interim negara itu dalam upaya yang disebut pemerintah sebagai kudeta Venezuela. Dia mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan sejumlah negara Amerika Latin seperti Brasil.

 
Ini mendorong Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, memutuskan hubungan diplomatik dengan AS.
“Saya bersumpah akan memikul semua kekuasaan kepresidenan untuk menjamin berakhirnya perebutan kekuasaan,” kata Guaido, 35 tahun, yang merupakan Presiden Majelis Nasional atau lembaga semacam kongres, kepada ratusan ribu warga Venezuela yang berunjuk rasa pada Rabu, 23 Januari 2019 waktu setempat.
Pernyataan Guaido ini membuat kondisi politik Venezuela semakin tidak menentu karena ada kemungkinan oposisi menjalankan pemerintahan paralel, yang didukung negara asing, tapi tidak memiliki kontrol ke lembaga negara.

 
Menanggapi ini, Presiden Maduro menuding oposisi berusaha melakukan kudeta dengan dukungan AS. Dia menyebut oposisi berusaha memerintah Venezuela dari Washington.
“Kita sudah cukup menghadapi intervensi, kita punya harga diri, kurang ajar! Ini orang-orang yang bersedia membela Tanah Air,” kata Maduro, yang didampingi petinggi Partai Sosialis, saat berpidato dari istana kepresidenan Venezuela. Menteri Pertahanan dan sejumlah petinggi militer terlibat absen.
Perubahan pemerintahan Venezuela bisa terjadi jika militer mengalihkan dukungannya. Hingga kini, mereka masih mendukung Maduro setelah terjadi dua gelombang protes jalanan dan semakin melemahnya institusi demokrasi.

 
Seperti diberitakan, Maduro kembali menjalani masa kepresidenan kedua untuk enam tahun setelah dilantik pada 10 Januari 2019. Namun, legitimasi dirinya sebagai Presiden dipertanyakan karena pemilu yang dinilai curang dan diboikot oleh oposisi dan disebut penipuan oleh negara asing.
Konstitusi Venezuela mengatur jika posisi Presiden ditetapkan kosong, maka pemilu harus digelar dalam waktu 30 hari dan kepala kongres mengambil posisi sebagai Presiden interim.

Namun, Mahkamah Agung pro pemerintah Venezuela telah menyatakan semua tindakan kongres atau Majelis Nasional dianggap batal. Pemerintahan Maduro telah menuding Guaido melakukan kudeta dan mengancam akan menangkap serta memenjarakannya.
Media Express melansir unjuk rasa meluas setelah sekitar 25 tentara level bawah menyerang pos penjagaan Garda Nasional, yang terletak 0.6 kilometer dari istana kepresidenan Venezuela. Militer Venezuel mengatakan tentara pelaku kudeta telah ditangkap dan akan diproses secara hukum.





Credit  tempo.co