Ilustrasi kerusuhan di Zimbabwe. (REUTERS/Siphiwe Sibeko)
Seperti dilansir CNN, Selasa (15/1), pemerintah Zimbabwe mengerahkan tentara dan polisi untuk menghadapi massa dalam aksi protes. Demonstran menutup jalan-jalan dan membakar ban di ibu kota Harare.
Banyak toko dan pasar swalayan masih tutup setelah terjadi penjarahan di pusat kota pada Senin kemarin.
Salah satu demonstran, Abigail Hupe mengatakan kepada CNN banyak warga yang kabur mencari tempat yang lebih aman setelah polisi akibat kerusuhan itu.
Unjuk rasa terjadi setelah Presiden Emmerson Mnangagwa mengumumkan kenaikan harga bahan bakar sebesar 150 persen pada Sabtu (12/1) malam pekan lalu. Alasan dia melakukan hal itu adalah untuk mempermudah akses penyediaan bahan bakar yang telah menipis selama beberapa bulan.
Mnangagwa berpendapat kekurangan bahan bakar disebabkan karena perekonomian yang sedang meningkat. Selain itu dia menyatakan nilai tukar mata uang yang rendah dan perdagangan bahan bakar ilegal turut menjadi pemicu kenaikan BBM.
Setelah pengumuman kenaikan harga itu, masyarakat menyalahkan pemerintahan Mnangagwa lantaran tingkat perekonomian Zimbabwe semakin menurun, yang merupakan imbas dari pemerintahan presiden sebelumnya, Robert Mugabe.
Mata uang Dolar Zimbabwe sudah tidak berharga sejak 2009 setelah terjadinya hiperinflasi. Sejak itu, Zimbabwe mengadopsi mata uang Dolar AS, Rand Afrika Selatan, dan mata uang lainnya.
Mnangagwa sekarang sedang melakukan tur ke luar negeri mengunjunggi beberapa ngara seperti Rusia, Kazakstan, Belarusia dan Azerbaijan dengan tujuan menarik pemodal asing. Ia direncanakan akan kembali setelah menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
Wakil Menteri Informasi Zimbabwe, Energy Mutodi mengatakan pihaknya juga khawatir terhadap dampak kenaikan harga BBM.
"Kami tidak punya masalah dengan siapapun yang memprotes kenaikan harga bahan bakar dan komoditas secara damai. Kami sama-sama khawatir seperti warga lainnya," kata Mutodi.
Mutodi menyatakan tidak ada yang bisa dilakukan pemerintah untuk menahan kenaikan harga bahan bakar. Sebab dia beralasan Zimbabwe merupakan negara yang menjual bahan bakar dengan harga termurah di Afrika.
Sementera itu, Menteri untuk Keamanan Nasional Zimbabwe, Owen Ncube menyalahkan lembaga non pemerintah, masyarakat sipil, organisasi pemuda, dan individu atas kerusuhan itu.
Saksi menunjukkan tembakan dilepaskan oleh aparat polisi saat aksi protes sedang berlangsung. Ncube juga mengkonfirmasi adanya korban.
Hanya saja jumlahnya belum diketahui.
"Sangat disayangkan, hal ini menyebabkan banyaknya kerugian nyawa dan harta benda termasuk satu petugas kepolisian dan orang sipil yang terluka," kata Ncube.
Dalam pernyataannya, Ncube mengusulkan supaya digelar pertemuan pada Jumat (18/1) mendatang oleh Koalisi Krisis untuk meredam gejolak di masyarakat. Koalisis Krisis adalah sebuah kelompok yang terdiri dari lebih dari 80 organisasi masyarakat sipil.
Credit cnnindonesia.com