Kamis, 20 Desember 2018

AS Masuk Daftar Negara Paling Mematikan Bagi Jurnalis


 

Media Washington Post memasang iklan satu halama dengan gambar jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, untuk mendesak pengungkapan kasus pembunuhan ini. Politico
Media Washington Post memasang iklan satu halama dengan gambar jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, untuk mendesak pengungkapan kasus pembunuhan ini. Politico

CB, Jakarta - Amerika Serikat untuk pertama kali masuk dalam daftar 6 negara di dunia yang paling mematikan bagi jurnalis. Reporters Without Borders atau RSF dalam laporan tahunnya yang dirilis Desember 2018, menyebutkan keenam negara yang paling mematikan bagi jurnalis adalah Amerika Serikat, Meksiko, Afganistan, Suriah, Yaman, dan India.
Sepanjang 2018, sebanyak 6 jurnalis tewas di Amerika Serikat, 4 di antaranya tewas dibunuh dalam penembakan di kantor surat kabar Capital Gazette di Annapolisi, Maryland, pada Juni lalu. Dua jurnalis lainnya tewas dibunuh pada Mei lalu saat meliput cuaca berbahaya di North Carolina.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menurut RSF, merupakan salah satu figur global yang kerap melakukan serangan verbal kepada awak media.
Peristiwa mengejutkan adalah pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi pada 2 Oktober 2018 yang membangkitkan kemarahan masyarakat internasional. RSF menyebut kematian Khashoggi dampak dari metode penindasan putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
"Kekerasan terhadap jurnalis telah mencapai level yang tak terbayangkan sebelumnya pada tahun ini, dan situasinya sekarang kritis," kata Sekretaris Jenderal RSF, Christophe Deloire dalam rilis, seperti dikutip dari CNN, Selasa, 18 Desember 2018.

Kebencian pada jurnalis juga disuarakan dan disampaikan secara sangat terbuka oleh politisi tak bermoral, pemimpin agama dan pengusaha yang memberi konsewkensi tragis. Hal ini meningkatkan kekerasan terhadap jurnalis.
Setelah Amerika Serikat, RSF menyebut Afganistan sebagai negara paling mematikan tahun ini. Sebanyak 15 reporter terbunuh sepanjang tahun 2018, 10 di antaranya tewas bersamaan saat meliput rangkaian serangan di Kabul pada April lalu. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Perang di Suriah sepanjang tahun 2018 telah menewaskan 11 jurnalis. Begitu juga situasi perang di Yaman telah menewaskan 8 jurnalis dan enam jurnalis tewas di India.

Adapun Cina kembali diberi status sebagai negara paling banyak memenjarakan jurnalis. RSF melaporkan 60 jurnalis ditahan di Cina.
Setelah Cina, Mesir menjadi negara kedua di dunia yang paling banyak memenjarakan jurnalis tahun 2018, yakni 38 jurnalis.
Menyusul Turki yang memenjarakan 33 jurnalis, Iran memenjarakan 28, dan Arab Saudi juga memenjarakan 28 jurnalis.
Laporan RSF menambahkan pembunuhan jurnalis Slovakia, Jan Kuciak dan penangkapan 2 jurnalis Reuers oleh pemerintah Myanmar, Kyaw Soe OO dan Wa Lone, menunjukkan upaya sejumlah orang berusaha membungkam jurnalis.
Data RSF juga menyebutkan, sebanyak 80 jurnalis terbunuh, termasuk jurnalis amatir dan pekerja media. Sebanyak 61 persen dari jurnalis yang dibunuh tersebut menjadi target akibat reportase mereka, dan 39 persen jurnalis terbunuh saat meliput.
Sedangkan jumlah jurnalis dipenjara, menurut RSF, ada sebanyak 348 jurnalis dipenjara dan 60 jurnalis ditawan sepanjang 2018.




Credit  tempo.co