Senin, 03 September 2018

Turki Masukkan Tahrir al-Sham di Suriah dalam Daftar Teroris


Evakuasi orang-orang dari kota Kafraya dan Foa yang dikepung pemberontak di Provinsi Idlib di barat laut Suriahhingga Provinsi Aleppo selesai, Jumat, 20 Juli 2018, dilaporkan Kantor Berita Arab Suriah (SANA).
Evakuasi orang-orang dari kota Kafraya dan Foa yang dikepung pemberontak di Provinsi Idlib di barat laut Suriahhingga Provinsi Aleppo selesai, Jumat, 20 Juli 2018, dilaporkan Kantor Berita Arab Suriah (SANA).

CB, Jakarta - Turki memasukkan kelompok pemberontak Tahrir al-Sham di Suriah sebagai organisasi teroris. Informasi dari Official Gazette mengutip keputusan PBB pada Juni 2018 menyebutkan, Tahrir al-Sham masuk daftar orang dan organisasi yang asetnya dibekukan.
"Mereka dianggap memiliki jaringan dengan kelompok militan al Qaeda dan ISIS," Reuters melaporkan.


Dua keluarga Suriah meninggalkan kehidupan yang mereka kenal selama tiga tahun terakhir di Istanbul, untuk kembali ke rumah mereka di Aleppo. Hari itu jadi hari yang penuh dengan emosi bercampur haru bagi Yehya Omar Shughour dan dua anak lelakinya.
Tahrir al-Sham yang sebelumnya bernama Front Nusra, kelompok aliansi Jihadis paling kuat di Idlib, adalah kelompok bersenjata terakhir yang menguasai berbagai kawasan di Suriah.
Sementara itu pada pekan lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menanggapi pernyataan Rusia dan Suriah mengenai operasi militer di Idlib untuk mengusir pemberontak. Dia mengatakan akan menjadi bencana besar bila solusi militer digunakan di Idlib kendati di sana banyak kelompok militan.
Pejuang Al Qaeda's Nusra tengah mempersiapkan diri sebelum bertempur. Pasukan pemerintah telah ditarik dari Ariha, setelah pasukan pemberontak berhasil menguasai kota terakhir di Provinsi Idlib dekat perbatasan Turki. Al Qaeda's Nusra merupakan kelompok teror, yang berafiliasi dengan Al Qaeda yang dibentuk oleh mendiang Osama bin Laden. Idlib, Suriah, 28 Mei 2015. REUTERS / Ammar Abdullah
"Operasi militer di Idlib hanya akan menimbulkan gelombang pengungsi besar-besaran," kata Ankara yang menempatkan sejumlah kecil pasukannya di sana.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan rencananya akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Hassan Rouhani di Iran pada 7 September 2018 untuk membahas kondisi Idlib.




Credit  tempo.co