Jumat, 14 September 2018

Suriah dan Rusia Bombardir Idlib, Perang Berakhir?


Personel Tentara Pembebasan Suriah bersiap berpatroli di pinggiran Kota Jisr al-Shughur, Idlib, Suriah, Ahad, 9 September 2018. Ugur Can/DHA via AP
Personel Tentara Pembebasan Suriah bersiap berpatroli di pinggiran Kota Jisr al-Shughur, Idlib, Suriah, Ahad, 9 September 2018. Ugur Can/DHA via AP

CB, Jakarta - Angkatan bersenjata Suriah didukung sekutu Iran dan Rusia menyiapkan serangan besar untuk mengambil alih kembali benteng terkuat pemberontak di Provinsi Idlib.
Gempuran jet tempur dan kekuatan darat, tulis AP, dapat mengakhiri perang yang berlangsung tujuh tahun. Namun ongkos bencana kemanusiaan akibat konflik berdarah ini sangat tinggi.

Personel Tentara Pembebasan Suriah keluar dari markas bawah tanah dengan membawa senjata di pinggiran Kota Jisr al-Shughur, Idlib, 

Suriah, Ahad, 9 September 2018. Ugur Can/DHA via AP




"Bombardir yang dilancarkan pasukan Suriah mengakibatkan sekitar tiga juta penduduk sipil terperangkap di Idlib bersama dengan puluhan ribu pemberontak, termasuk militan garis keras," AP melaporkan.
Dalam beberapa hari ini, jet tempur Suriah dan Rusia yang menggempur kawasan di selatan provinsi dan menunjukkan sinyal mulai kendur.

Personel Tentara Pembebasan Suriah berjalan di lorong menuju pintu markas bawah tanah di pinggiran Kota Jisr al-Shughur, Idlib, Suriah, Ahad, 9 September 2018. Idlib yang berpenduduk sekitar 3 juta orang (termasuk 1 juta anak-anak) merupakan provinsi yang paling terdampak perang Suriah. Ugur Can/DHA via AP





Idlib berada di kawasan sebelah barat daya Suriah berbatasan dengan Turki. Sebagian wilayah ini dikuasai oleh Turki untuk mengganjal pemberontak Kurdi. Idlib dianggap daerah strategis menuju Aleppo dan Damasklus yang dikenal dengan sebutan M5.

Provinsi ini jatuh ke tangan pemberontak pada awal 2015. Sekarang, wilayah ini menjadi markas berbagai kelompok pemberontak termasuk militan ISIS dan Jihadis. Sebuah aliansi yang dikenal dengan Hay'at Tahrir al-Sham, pecahan dari al Qaeda dan sebelumnya berafiliasi dengan Front Nusra, mendominasi provinsi tersebut. Adapun grup pemberontak lainnya, Front Nasional untuk Pembebasan, yang mendapatkan dukungan dari Turki, juga bercokol di Idlib.




Credit  tempo.co