Ilustrasi protes di jalur Gaza (AFP PHOTO / MAHMUD HAMS)
Ia mengatakan bahwa demonstrasi itu telah berlangsung selama berbulan-bulan yang dikenal dengan gerakan Great March of Return.
Hingga saat ini, belum ada konfirmasi langsung dari tentara Israel soal kematian Ayeda. Militer Israel biasanya menyoroti demonstrasi seperti itu sebagai sebuah kerusuan dan kerap menindak pedemo secara represif.
Dikutip AFP, kematian Yaeda menambah panjang daftar warga Palestina yang tewas ditangan militer Israel dalam beberapa bulan terakhir.
Sejak Great March of Return berlangsung pada 30 Maret lalu, setidaknya 184 warga Palestina dilaporkan tewas ditangan tentara Israel.
Kematian Ayeda terjadi beberapa minggu setelah seorang remaja Palestina, Bilal Khalifah (17), juga tewas ditembak militer dalam bentrokan yang sama di Gaza pada 7 September lalu.
Pada Juli lalu, Israel juga menembak mati remaja itu teridentifikasi bernama Mohmen al-Hams, berusia 17 tahun. Ia tertembak di dada saat berdemonstrasi dekat Rafah.
Pria Palestina berusia 40 tahun juga meninggal akibat ditembak tentara Israel sekitar Agustus lalu. Sementara itu, sejauh ini seorang personel Israel tewas oleh penembak jitu Palestina.
Meski intensitas demonstrasi telah berkurang dalam tiga bulan terakhir, unjuk rasa dalam skala lebih kecil masih terus berlangsung. Demonstrasi tersebut digelar sebagai bentuk protes warga Palestina terhadap pendudukan Israel sejak 1948 lalu.
Para pedemo menyerukan agar warga Palestina diizinkan kembali ke rumah dan tanah mereka yang sekarang menjadi wilayah Israel.
Credit cnnindonesia.com