Jumat, 07 September 2018

Inggris dan Rusia Bentrok di Dewan Keamanan PBB


Inggris dan Rusia Bentrok di Dewan Keamanan PBB
Dubes Inggris Karen Pierce dan Dubes Rusia Vassily Nebenzia saling melempar tuduhan dalam pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB. Foto/Istimewa

Inggris dan Rusia kembali bentrok atas dugaan dua perwira intelijen militer Moskow meracuni mantan mata-mata Kremlin dan putrinya. Dubes Rusia untuk PBB menolak bukti Inggris sebagai temuan yang "tidak terlihat" dan Dubes Inggris mengatakan London yakin jika itu adalah fakta.

Dubes Inggris Karen Pierce dan Dubes Rusia Vassily Nebenzia saling melempar tuduhan dalam pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB. Pertemuan ini diinisiasi oleh Inggris untuk memperbarui laporannya kepada anggota DK PBB terhadap penyelidikan dan mengumumkan dakwaannya teradap dua warga Rusia.

Nebenzia mengatakan Rusia menolak semua tuduhan tidak berdasar. Ia mengatakan Inggris masih tidak memiliki bukti keterlibatan Rusia. Sebaliknya, Inggris menggunakan serangan racun itu untuk menciptakan histeria anti Rusia.

Nebenzia mengatakan ada banyak inkonsistensi dan masalah yang belum terselesaikan, termasuk penolakan Inggris untuk menyetujui penyelidikan bersama dan menyerahkan sidik jari dari dua pria Rusia yang diduga menjadi pelaku. Dia mendesak semua negara untuk mendukung seruan Rusia ke Inggris untuk memulai konsultasi dalam rangka Konvensi Senjata Kimia.

Sementara Dubes Inggris, Karen Pierce, mengatakan setelah serangan racun Maret lalu Inggris meminta Rusia untuk bekerja sama tetapi menerima balasan negatif. Dia mengatakan Rusia meminta untuk bergabung dengan penyelidikan setelah itu berlangsung.

"Anda tidak merekrut seorang pelaku pembakaran untuk memadamkan api - Anda terutama tidak melakukan itu ketika api itu disebabkan oleh mereka," kata Pierce seperti dikutip dari TRT World, Jumat (7/9/2018).

Negara-negara Barat pun kembali menudukung temuan Inggris dalam kasus Salisbury.

Prancis, Jerman, Kanada dan Amerika Serikat berjanji untuk bekerja mengganggu kegiatan bermusuhan dari jaringan intelijen asing dan meminta Rusia untuk mengungkapkan program gas sarafnya.

Dalam pernyataan bersama, para pemimpin dari empat negara bergabung dengan Inggris dalam mengulangi "kemarahan" mereka pada penggunaan zat saraf kimia, Novichok, pada bulan Maret di kota Salisbury, Inggris selatan.

"Kami memiliki keyakinan penuh pada penilaian Inggris bahwa dua tersangka adalah perwira dari dinas intelijen militer Rusia, juga dikenal sebagai GRU, dan bahwa operasi ini hampir pasti disetujui di tingkat pemerintah senior," bunyi pernyataan itu, menambahkan bahwa negara-negara mendesak Rusia untuk memberikan pengungkapan secara penuh atas program Novichok. 






Credit  sindonews.com