Kecepatan angin mencapai 233 Km per jam, jauh lebih kuat dari perkiraan.
CB, NUKU'ALOFA -- Kepulauan Tonga di Pasifik Selatan hancur oleh badai tropis Gita
yang membawa angin dengan kecepatan 230 Km per jam. Badai menyebabkan
kerusakan yang signifikan di seluruh kerajaan tersebut, bahkan juga
meratakan gedung parlemen dengan tanah.
Badai Gita menerjang Tonga sekitar pukul 20.00 waktu setempat pada
Senin (12/2) malam dan memuncak antara pukul 23.00 malam hingga pukul
02.00 pagi. Badai tersebut memporak-porandakan pulau utama Tongatapu,
memutus aliran listrik, menghancurkan gereja-gereja, dan merusak tanaman
yang sangat penting bagi penghidupan di pulau ini.
Pada
puncaknya, kecepatan angin mencapai 233 Km per jam, jauh lebih kuat dari
perkiraan. Meski demikian, badai Gita belum mencapai badai Kategori 5
seperti yang telah banyak diantisipasi.
Menurut British Met
Office, badai Gita adalah badai terburuk yang menerjang pulau-pulau
utama Tonga dalam 60 tahun terakhir. Sistem komunikasi dengan British
Met Office sempat hilang semalaman saat badai ini menghancurkan atap
kantor meteorologi Tonga.
Graham Kenna dari Kantor
Manajemen Darurat Tonga mengatakan kepada Radio Selandia Baru, kerusakan
sangat meluas dan parah, sementara informasi sangat lamban didapat.
"Saya telah terlibat dalam respons bencana selama 30 tahun dan ini
adalah situasi terburuk yang pernah saya hadapi," kata Kenna.
"Banyak
bangunan rusak parah atau bahkan hancur. Pohon di dekat istana, juga
telah hancur. Ini adalah situasi yang sangat buruk," tambah dia, dikutip
The Guardian.
Selandia Baru telah mengeluarkan
750 ribu dolar Selandia Baru dana bantuan darurat. Perdana Menteri
Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan pasukan pertahanan siap siaga
segera setelah pemerintah Tonga menentukan bantuan apa yang mereka
butuhkan dari pemerintahannya.
Koresponden
Newshub Pacific
Michael Morrah, yang berada di ibu kota Nuku'alofa, melaporkan puluhan
rumah dihancurkan oleh badai tersebut. Dia mengatakan, sejumlah bangunan
penting juga hancur, termasuk gedung parlemen.
Sekretaris
Jenderal Palang Merah di Tonga Sione Taumoefolau mengatakan dia telah
mengirim timnya untuk mulai menjangkau kerusakan dan membersihkan
jalan-jalan. Dia memperkirakan kerusakan di ibu kota sangat parah.
"Pada
tahap ini kami tidak mendapatkan laporan adanya korban jiwa dan hanya
ada laporan korban luka ringan, jadi saya pikir kami bisa bersyukur
untuk itu. Tapi kami tidak punya informasi tentang pulau-pulau terluar,
jadi kami harus menunggu dan melihat apa yang bisa kami temukan saat
ini," kata Taumoefolau.
Kerajaan Tonga terbentuk di atas
176 pulau, namun hanya 40 pulau yang dihuni. Setelah dari Tonga, badai
Gita akan membelok ke selatan menuju Fiji, dan diperkirakan akan
menerjang Kepulauan Lau pada Selasa (13/2).
Menteri Luar
Negeri Selandia Baru Winston Peters mengatakan pasokan darurat telah
disiapkan pada Senin (12/2), dan siap dikirim ke pulau-pulau di Tonga.
"Ini merupakan kontribusi awal yang akan memungkinkan kita merespons
dengan cepat permintaan dari pemerintah Tonga untuk memenuhi kebutuhan
mendesak, seperti tempat tinggal darurat, air, dan sanitasi. Kami siap
memberikan dukungan tambahan karena tingkat kerusakannya sangat jelas,"
kata dia.