Selasa, 13 Februari 2018

Tak Hormat, Wapres AS Kehilangan Momen untuk Diplomasi Korut


Tak Hormat, Wapres AS Kehilangan Momen untuk Diplomasi Korut
Meski duduk berdekatan, Pence sama sekali tidak menghampiri. Ia bahkan tak bereaksi apa pun ketika Presiden Korsel, Moon Jae-in, menjabat tangan Kim Yo-jong hingga dua kali. (AFP Photo/Odd Andersen)



Jakarta, CB -- Kehadiran Wakil Presiden Mike Pence dalam Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan diharapkan bisa menjadi momen bagi Amerika Serikat untuk berdiplomasi dengan Korea Utara. Namun, kesempatan itu melayang karena Pence dianggap menunjukkan sikap tak hormat.

Pendapat ini disampaikan langsung oleh seorang pejabat diplomatik senior yang enggan diungkap identitasnya kepada CNN. Menurut sumber itu, sikap tak hormat Pence ini sudah terlihat sejak awal upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang.

Saat tim gabungan Korsel dan Korut berarak bersama di bawah satu bendera, Pence sama sekali tak bertepuk tangan dan menunjukkan ekspresi wajah datar.


"Pence terlihat sangat meremehkan, bukannya bertindak layaknya abang," ujar sumber tersebut kepada CNN, Senin 12/3).

Tak Hormat, Wapres AS Kehilangan Momen untuk Diplomasi Korut
Meski duduk berdekatan, Pence sama sekali tidak menghampiri. Ia bahkan tak bereaksi apa pun ketika Presiden Korsel, Moon Jae-in, menjabat tangan Kim Yo-jong hingga dua kali. (Yonhap via Reuters)
Sumber itu kemudian menyoroti tempat duduk Pence yang berjarak tak jauh dari Kim Yo-jong, adik pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un, sekaligus anggota penting komite pusat Partai Pekerja Korut.

Meski duduk berdekatan, Pence sama sekali tidak menghampiri. Ia bahkan tak bereaksi apa pun ketika Presiden Korsel, Moon Jae-in, menjabat tangan Kim Yo-jong hingga dua kali.

Sikap Pence ini pun menjadi sorotan media Korut yang menyebut sang wakil presiden AS itu "tidak menghormati semangat Olimpiade."


Pejabat diplomatik itu menyayangkan hal ini karena sikap tidak hormat Pence itu membuat kesempatan diplomasi AS melayang, padahal gestur positif sekecil apa pun mungkin bisa membuka jalur komunikasi.

Sejumlah pengamat pun mengatakan bahwa Pence kemungkinan tidak percaya diri melihat sambutan hangat Korsel terhadap delegasi Korut.

Selain menghadiri Olimpiade, kedua pejabat tinggi negara itu juga terlihat masuk bersama ke dalam istana kepresidenan Korsel.

Dalam pertemuan itu, Kim Yo-jong mengisi buku tamu dengan pesan harapan "Pyongyang dan Seoul dapat lebih dekat di hati masyarakat dan bergerak menuju proses unifikasi."


Kim Yo-jong bahkan dilaporkan menyampaikan surat dari Kim Jong-un berisi undangan bagi Moon untuk melakukan pertemuan di Pyongyang.

Sementara itu, pada hari yang sama ketika Kim Yo-jong tiba di Korsel, Pence malah bertemu dengan pembelot Korut di Washington. Menurut sejumlah pengamat, sikap ini "merendahkan citra AS sebagai negara adikuasa."

Dalam kesempatan itu, Pence juga menyinggung masalah diplomasi dengan Korut dengan berkata, "Intinya, tekanan akan terus berlanjut hingga mereka melakukan sesuatu yang diyakini sebagai upaya denuklirisasi. Tekanan maksimum akan berlanjut dan lebih intens. Namun, jika kalian mau bicara, kita akan bicara."

Sejumlah pengamat pun mengatakan bahwa Korut mungkin saja masih mau berbicara dengan AS karena "denuklirisasi" dapat berarti banyak, termasuk kesepakatan untuk menangguhkan uji coba rudal dan nuklir dengan timbal balik pengakuan kepemilikan nuklir terbatas.





Credit  cnnindonesia.com