BEIRUT
- Militer Beirut mengaku siap konfrontasi dengan Israel sebagai sikap
penolakan rencana Tel Aviv yang akan membangun tembok perbatasan di
tanah Lebanon.
Kedua negara yang pernah terlibat perang hebat di masa lalu ini terlibat sengkata di wilayah yang dikenal sebagai “Blok 9”. Israel mengklaim wilayah milik Lebanon tersebut yang memicu kemarahan dunia Arab.
Beirut berkepentingan atas wilayah itu untuk pengeboran minyak dan gas. Tel Aviv tentu saja menentang dan siap mendirikan tembok perbatasan.
”Tembok itu, jika dibangun, akan dianggap sebagai serangan terhadap tanah Lebanon,” kata pihak Sekretaris Jenderal Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon dalam sebuah pernyataan setelah digelar pertemuan antara para pejabat senior pemerintah dan militer, hari Rabu.
“Dewan Pertahanan Tinggi telah memberikan instruksinya untuk menghadapi agresi ini, untuk mencegah Israel membangun (tembok) di wilayah Lebanon,” lanjut pernyataan tersebut, seperti dikutip Reuters, Kamis (8/2/2018).
Presiden Lebanon Michel Aoun, Perdana Menteri Saad al-Hariri, dan juru bicara parlemen Nabih Berri dalam sebuah pernyataan bersama mengatakan bahwa Beirut akan mengambil tindakan aktif untuk mencegah Israel membangun tembok perbatasan tersebut.
Wilayah yang disengketakan itu pernah menjadi tempat PBB dalam mengawasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan pada tahun 2000.
Ketegangan terbaru antara kedua negara ini dimulai setelah krisis politik singkat di Beirut November 2017 lalu. Sejak bulan itu, para pemimpin Lebanon memerintahkan militernya untuk siaga tinggi guna menghadapi musuh, yakni Israel di perbatasan selatan.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan bahwa Tel Aviv siap untuk melakukan invasi darat ke Lebanon jika terjadi konflik baru. Lieberman juga memperingatkan bahwa Israel akan melancarkan serangan darat dengan kekuatan penuh dan dampaknya akan lebih mengerikan dari perang kedua negara di masa lalu.
”Kita tidak boleh maju selangkah dan melangkah mundur. Kami akan maju secepat mungkin,” kata Lieberman.
Kedua negara yang pernah terlibat perang hebat di masa lalu ini terlibat sengkata di wilayah yang dikenal sebagai “Blok 9”. Israel mengklaim wilayah milik Lebanon tersebut yang memicu kemarahan dunia Arab.
Beirut berkepentingan atas wilayah itu untuk pengeboran minyak dan gas. Tel Aviv tentu saja menentang dan siap mendirikan tembok perbatasan.
”Tembok itu, jika dibangun, akan dianggap sebagai serangan terhadap tanah Lebanon,” kata pihak Sekretaris Jenderal Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon dalam sebuah pernyataan setelah digelar pertemuan antara para pejabat senior pemerintah dan militer, hari Rabu.
“Dewan Pertahanan Tinggi telah memberikan instruksinya untuk menghadapi agresi ini, untuk mencegah Israel membangun (tembok) di wilayah Lebanon,” lanjut pernyataan tersebut, seperti dikutip Reuters, Kamis (8/2/2018).
Presiden Lebanon Michel Aoun, Perdana Menteri Saad al-Hariri, dan juru bicara parlemen Nabih Berri dalam sebuah pernyataan bersama mengatakan bahwa Beirut akan mengambil tindakan aktif untuk mencegah Israel membangun tembok perbatasan tersebut.
Wilayah yang disengketakan itu pernah menjadi tempat PBB dalam mengawasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan pada tahun 2000.
Ketegangan terbaru antara kedua negara ini dimulai setelah krisis politik singkat di Beirut November 2017 lalu. Sejak bulan itu, para pemimpin Lebanon memerintahkan militernya untuk siaga tinggi guna menghadapi musuh, yakni Israel di perbatasan selatan.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan bahwa Tel Aviv siap untuk melakukan invasi darat ke Lebanon jika terjadi konflik baru. Lieberman juga memperingatkan bahwa Israel akan melancarkan serangan darat dengan kekuatan penuh dan dampaknya akan lebih mengerikan dari perang kedua negara di masa lalu.
”Kita tidak boleh maju selangkah dan melangkah mundur. Kami akan maju secepat mungkin,” kata Lieberman.
Credit sindonews.com
Lebanon Cegah Israel Bangun Dinding Perbatasan
Credit republika.co.id