Photo : Twitter/@humasbatan
CB – Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan sudah masuk dalam tahap desain awal atau Basic Engineering Design (BED) untuk pembuatan Reaktor Daya Eksperimental (RDE). RDE direncanakan beroperasi pada 2023.
RDE merupakan reaktor riset yang digadang dapat menghasilkan listrik dengan kapasitas 10 MWt atau sekitar 3 MWe.
Nah, untuk saat ini sebagian besar masyarakat masih meragukan keamanan nuklir. Padahal, sebenarnya dalam terapan kehidupan sehari-hari, masyarakat sudah menggunakan nuklir.
Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto, menyebutkan, Indonesia sudah mempunyai reaktor nuklir lebih dari 52 tahun.
"Kita mempunyai tiga reaktor di Bandung, Yogyakarta, dan Serpong. Ketiga-tiganya impor, dua yang pertama buatan Amerika dan terakhir Jerman," ujar Djarot melalui pesan singkat kepada VIVA.co.id, Jumat 29 September 2017.
Reaktor-reaktor tersebut, Djarot menjelaskan, fungsinya dapat menghasilkan radioisotop untuk kesehatan, baik pengobatan maupun diagnosis. Kemudian, melalui pancaran partikelnya bisa untuk analisis pencemaran lingkungan di udara, membuat material baru, maupun bagi uji tak merusak pada industri.
"Di samping tentu saja untuk melatih SDM (sumber daya manusia) Indonesia mengoperasikan dan merawat fasilitas nuklir," kata Djarot.
Sementara itu, tiga reaktor yang ada tersebut tidak menghasilkan daya listrik. Berbekal pengalaman yang lama dalam memfungsikan reaktor, kata Djarot, Batan menggagas RDE yang dirancang oleh anak bangsa.
Ke depan, menurutnya, RDE akan menjadi basis Indonesia untuk mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
"Ketakutan masyarakat ada, tapi selama ini di Bandung, Yogyakarta, dan Serpong, keberadaan reaktor nuklir tidak menjadi masalah bagi masyarakat," ujar dia.
Credit viva.co.id