TEHERAN
- Presiden Iran, Hassan Rouhani, akan tetap mempertahankan perjanjian
nuklir internasional yang ditandatangani oleh enam negara kekuatan
dunia. Ia pun mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump,
tidak dapat melemahkannya.
Berdasarkan kesepakatan 2015, Teheran sepakat untuk membatasi program nuklirnya yang disengketakan sebagai pengganti meringankan sanksi ekonomi.
Berbicara pada sebuah upacara di Universitas Teheran yang menandai dimulainya tahun akademik, Rouhani mengatakan bahwa masalah dan manfaat kesepakatan tersebut tidak dapat digantikan.
"Tidak ada yang bisa menolaknya, tidak Trump atau siapa pun. Bahkan jika 10 Trumps lain diciptakan di dunia ini, ini tidak bisa dibalikkan," katanya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (8/10/2017).
Rouhani mengatakan bahwa jika AS melanggar kesepakatan tersebut maka akan merugikan reputasinya sendiri di masyarakat internasional.
"Jika Amerika melakukan pelanggaran saat ini, seluruh dunia akan mengutuk Amerika, mereka tidak akan mengutuk Iran," kata Rouhani.
"Kalau begitu mereka akan mengatakan mengapa Anda mempercayai Amerika dan menandatangani kesepakatan dengan mereka?" imbuhnya.
Dalam komentar terpisah, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif juga mengutuk Trump karena ancamannya untuk mencabut kesepakatan tersebut. Zarif mengatakan bahwa ucapan pemimpin AS tersebut tidak akan membantu perdamaian dan keamanan di wilayah Timur Tengah dan akan merugikan kepentingan jangka panjang dari AS.
"Saya pikir ini adalah pernyataan yang tidak tepat, karena tentu saja, kesepakatan apapun tidak akan menjadi kesepakatan sempurna untuk semua pihak, harus kurang sempurna sehingga semua pihak dapat hidup dengan itu," kata Zarif.
Zarif pun memperingatkan bahwa masyarakat internasional tidak pernah bisa mempercayai AS lagi jika melanggar kesepakatan. Setiap pelanggaran kesepakatan oleh AS akan mengakibatkan Iran menarik sebagian atau keseluruhan kesepakatan tersebut. Ia juga mencatat bahwa Teheran tidak akan terpengaruh oleh ancaman sanksi.
"Kesepakatan nuklir adalah hasil dari 10 tahun proses dan negosiasi selama dua tahun. Sayangnya, pemerintahan ini harus mengambil sikap," katanya.
Berdasarkan kesepakatan 2015, Teheran sepakat untuk membatasi program nuklirnya yang disengketakan sebagai pengganti meringankan sanksi ekonomi.
Berbicara pada sebuah upacara di Universitas Teheran yang menandai dimulainya tahun akademik, Rouhani mengatakan bahwa masalah dan manfaat kesepakatan tersebut tidak dapat digantikan.
"Tidak ada yang bisa menolaknya, tidak Trump atau siapa pun. Bahkan jika 10 Trumps lain diciptakan di dunia ini, ini tidak bisa dibalikkan," katanya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (8/10/2017).
Rouhani mengatakan bahwa jika AS melanggar kesepakatan tersebut maka akan merugikan reputasinya sendiri di masyarakat internasional.
"Jika Amerika melakukan pelanggaran saat ini, seluruh dunia akan mengutuk Amerika, mereka tidak akan mengutuk Iran," kata Rouhani.
"Kalau begitu mereka akan mengatakan mengapa Anda mempercayai Amerika dan menandatangani kesepakatan dengan mereka?" imbuhnya.
Dalam komentar terpisah, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif juga mengutuk Trump karena ancamannya untuk mencabut kesepakatan tersebut. Zarif mengatakan bahwa ucapan pemimpin AS tersebut tidak akan membantu perdamaian dan keamanan di wilayah Timur Tengah dan akan merugikan kepentingan jangka panjang dari AS.
"Saya pikir ini adalah pernyataan yang tidak tepat, karena tentu saja, kesepakatan apapun tidak akan menjadi kesepakatan sempurna untuk semua pihak, harus kurang sempurna sehingga semua pihak dapat hidup dengan itu," kata Zarif.
Zarif pun memperingatkan bahwa masyarakat internasional tidak pernah bisa mempercayai AS lagi jika melanggar kesepakatan. Setiap pelanggaran kesepakatan oleh AS akan mengakibatkan Iran menarik sebagian atau keseluruhan kesepakatan tersebut. Ia juga mencatat bahwa Teheran tidak akan terpengaruh oleh ancaman sanksi.
"Kesepakatan nuklir adalah hasil dari 10 tahun proses dan negosiasi selama dua tahun. Sayangnya, pemerintahan ini harus mengambil sikap," katanya.
"Mereka (pemimpin AS) telah mengimunisasi kami untuk sanksi AS. Dari perspektif global, tampaknya Amerika Serikat kecanduan sanksi," tukasnya.
Credit sindonews.com