Senin, 08 Mei 2017

C919, Pesawat China Saingan Boeing-737


C919, Pesawat China Saingan Boeing-737 China menguji coba pesawat penumpang produksi nasional pertamanya, C919, di Bandara Internasional Pudong, Shanghai, Jumat (5/9). (REUTERS/Andy Wong/Pool)


Jakarta, CB -- China menguji coba pesawat penumpang produksi nasional pertamanya, hari ini, Jumat (5/3). Peluncuran pesawat berjenis C919 itu menjadi tonggak sejarah bagi China yang berambisi bersaing dengan Amerika Serikat dan Perancis dalam urusan produksi pesawat penumpang berkapasitas besar.

Ke depannya, China berharap C919 bisa menyaingi Boeing-737 dan Airbus 320.

C919 adalah buatan Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) yang merupakan badan usaha milik negara. Melansir Reuters, penerbangan perdana C919 ini, sudah dua kali tertunda sejak 2014 akibat problem produksi.

Serupa dengan Boeing-737 dan Airbus-320, C919 punya bodi yang ramping dan bermesin kembar. Pesawat berhias garis biru dan hijau itu untuk pertama kalinya lepas landas dari Bandara Internasional Pudong di Shanghai dan disaksikan oleh ribuan penduduk yang bersorak-sorai.


AFP
melaporkan, pesawat penumpang itu merupakan hasil kerja keras COMAC dan pemerintah China selama sepuluh tahun, guna mengurangi ketergantungan pada pesawat komersial buatan Eropa dan Amerika Serikat, yang selama ini menguasai pasar.

Selain itu, kehadiran C919 juga menjadi bukti kemajuan teknologi China. Selain pesawat penumpang, beberapa waktu lalu, China juga merilis kapal induk buatan domestik pertamanya dan menggabungkan pesawat luar angkasa dengan laboratorium yang mengorbit.

Sebelum lepas landas, stasiun televisi CCTV menyebut pesawat itu akan diuji coba di ketinggian 3000 meter, atau 7000 meter lebih rendah dari perjalanan komersial pada umumnya, dan dengan kecepatan sekitar 300 kilometer per jam.

Pesawat itu lepas landas pada pukul 14.00 waktu setempat dan diharapkan terbang selama satu setengah jam.


China bercita-cita membangun pesawat penumpang nasional sejak 1970an. Mereka memulai dengan membuat pesawat berbodi ramping Y-10, namun kemudian dinilai tidak layak.

Presiden Xi Jinping sendiri sangat mendukung proyek tersebut. Dia terus berkomunikasi intens dengan COMAC sejak menjabat pada 2013 lalu.

Dia berharap, lewat COMAC, China akan “mempercepat pembangunan perusahaan penerbangan top dunia dan terus memberikan kontribusi baru untuk mengembangkan industri penerbangan yang kuat."

China adalah medan pertempuran besar untuk Boeing dan Airbus, dengan pasar perjalanan negara tersebut diperkirakan akan melampaui Amerika Serikat pada 2024, menurut International Air Transport Association.

Meskipun begitu, Boeing dan Airbus memprediksi maskapai China membutuhkan antara 6.000-6.800 pesawat dengan total investasi mencapai US$1 triliun.

Adapun pesawat bermesin kembar C919, yang namanya berarti ‘abadi’ dalam bahasa China, bisa menampung 168 penumpang dalam susunan serupa dengan jet bodi sempit lainnya, yakni tiga kursi di sisi lorong.


Pesawat itu punya jangkauan hingga 5555 kilometer sekali terbang dan telah dipesan hingga 570 kali, mayoritas oleh maskapai dalam negeri.

Tapi, perjalanan C919 menyaingi Boeing-737 dan Airbus-320 masih jauh. Pasalnya, pesawat anyar tersebut harus lulus beberapa ujian lain sebelum mendapatkan sertifikasi dari pemerintah serta regulator penerbangan di Amerika Serikat dan Eropa.

Selain itu, tantangan lain bagi C919 adalah mendapatkan kepercayaan pengusaha.

“Butuh beberapa waktu sampai pengusaha di seluruh dunia merasa nyaman dan aman membeli pesawat China dan itu tidak akan terjadi hingga 10 tahun ke depan,” papar Shukor Yusof, analis perusahaan konsultasi penerbangan asal Malaysia, Endau Analytics.

Sebelumnya, COMAC juga sudah meluncurkan pesawat penumpang berkapasitas 90 orang bernama ARJ21. Namun, pesawat yang dirilis tahun 2016 itu kini hanya terbang di rute domestik karena belum mendapat sertifikasi Federal Aviation Administration (FAA), untuk mengudara di AS.




Credit  CNN Indonesia