Jumat, 26 Mei 2017

Emir Qatar: Doha Tegang dengan Administrasi Trump


Emir Qatar: Doha Tegang dengan Administrasi Trump
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani blakblakan bahwa Doha sedang tegang dengan adiministrasi Donald Trump yang berkuasa di AS. Foto/REUTERS


DOHA - Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani blakblakan bahwa Doha sedang tegang dengan adiministrasi Donald Trump. Komentar mengejutkan ini muncul setelah pemerintah Trump di Amerika Serikat (AS) mengaitkan Doha dengan terorisme.

Qatar telah menarik pulang lima Duta Besar (Dubes)-nya dari lima negara Arab, yakni Arab Saudi, Mesir, Kuwait, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA). Belum jelas apakah penarikan lima Dubes Qatar ini terkait dengan ketegangan dengan AS atau tidak.

Kementerian Luar Negeri Qatar menolak mengomentari alasan penarikan lima Dubes itu. Ketika tegang dengan AS, Emir Qatar mengakui bahwa Iran adalah “kekuatan Islam”. Menurutnya, tak bijaksana untuk bermusuhan dengan Iran.

Sheikh Tamim juga menyentil Presiden AS Donald Trump yang sedang menghadapi masalah hukum di negaranya terkait tuduhan berkoluasi dengan Rusia dalam pemilihan presiden 2016 lalu. Trump saat ini memang diancam akan dimakzulkan oleh kalangan legislatif usai memecat Direktur FBI James Comey karena menyelidiki dugaan kolusi tim kampanye Trump dengan Rusia saat pemilihan presiden 2016.

Komentar ketegangan AS dan Qatar itu disampaikan Sheikh Tamim saat upacara untuk perekrutan tentara baru.

Emir Qatar itu mengatakan, Pangkalan Udara Al-Udeid, yang menampung baik Angkatan Udara Qatar maupun Angkatan Udara AS,  telah melindungi Doha dari beberapa negara tetangga. Namun, dia tak menyebut negara-negara tetangga yang jadi ancaman bagi Qatar tersebut.

Pangkalan militer di sebelah barat daya Doha itu telah lama menjadi simbol aliansi AS-Qatar.

Qatar sejatinya ingin bersikap netral dalam konflik di Timur Tengah. Dia memuji Iran sebagai “kekuatan Islam” tapi juga mengakui hubungan baik dengan Israel.

Sheikh Tamim jugfa mengakui Hamas sebagai perwakilan resmi Palestina, meski dianggap organisasi teroris oleh Israel, AS dan Uni Eropa.

Dia melanjutkan, Qatar telah menghadapi sebuah ”kampanye yang tidak adil” yang bertepatan dengan kunjungan Trump ke Timur Tengah beberapa hari lalu. Kampanye itu, kata dia, adalah untuk menghubungkan Qatar dengan terorisme. ”Dan untuk mengupayakan upaya guna menciptakan stabilitas dengan tujuan dan insentif yang diketahui,” kata Sheikh Tamim.

“Kami akan mengejar negara-negara dan organisasi tersebut untuk melindungi peran perintis Qatar secara regional dan internasional, dan untuk melindungi martabat rakyatnya,” lanjut dia.

”Kami mengecam tuduhan bahwa kami mendukung terorisme meskipun kami berusaha dengan partisipasi kami dalam koalisi melawan ISIS,” papar Sheikh Tamim, yang dikutip dari Al Arabiya, Kamis (25/5/2017).

“Bahaya sebenarnya adalah perilaku beberapa negara yang menyebabkan terorisme dengan mengadopsi versi ekstrem Islam yang tidak mewakili kebenaran belas kasih yang sesungguhnya.”

”Tidak ada yang berhak menuduh kami melakukan terorisme hanya karena mereka memasukkan daftar hitam Ikhwanul Muslimin sebagai teroris atau menolak gerakan perlawanan Hamas atau Hizbullah Libanon,” imbuh dia. 

Dia mendesak Mesir, UEA dan Bahrain untuk memperbaiki sikap mereka mengenai Qatar. Emir juga mengatakan bahwa dia berhasil membangun hubungan yang kuat dengan AS dan Iran dalam waktu yang bersamaan.


Credit  sindonews.com