Jumat, 26 Mei 2017

Mengenal Trio Ilmuwan di Balik Rudal Korea Utara


Mengenal Trio Ilmuwan di Balik Rudal Korea Utara
Diktator muda Korea Utara (Korut) Kim Jong-un tertawa usai melihat tes rudal balistik yang diklaim bisa membawa hulu ledak nuklir berjalan sukses pada Minggu (14/5/2017). Foto/Rodong Sinmun



SEOUL - Setelah uji tembak rudal balistik Korea Utara (Korut) berjalan sukses, diktator muda Kim Jong-un bertukar senyum dan berbagi pelukan dengan tiga pria di sampingnya. Ketiga pria yang dipantau intelijen Barat itulah trio ilmuwan sekaligus sosok “bintang” di balik program rudal Korut yang maju pesat.

Trio ilmuwan itu adalah Ri Pyong Chol; mantan jendral angkatan udara,  Kim Jong Sik; seorang ilmuwan roket, dan Jang Chang Ha, kepala pusat pengembangan dan pengadaan senjata.

Foto-foto dan cuplikan tanyangan televisi menunjukkan bahwa ketiganya merupakan para ilmuwan favorit Kim Jong-un. Perilaku mereka dengan Kim sangat berbeda dengan perilaku para pembantu senior Kim lainnya, di mana kebanyakan mereka membungkuk. Selain itu, para pembantu senior Kim rata-rata memegang tangan mereka di atas mulut saat berbicara dengan pemimpin muda Pyongyang itu.

Tidak seperti kebanyakan pejabat Korut, dua dari tiga ilmuwan Korut ini telah terbang dengan Kim dengan pesawat pribadi, Goshawk-1. Nama pesawat ini sesuai dengan nama burung nasional Korea Utara.

Trio ilmuwan itu jadi andalan rezim Kim Jong-un di bawah mandat militer dan sains yang diracang Partai Buruh, partai berkuasa di Korut. Mereka ikut andil dalam kusuksesan Korut melakukan dua kali uji coba nuklir dan lusinan peluncuran rudal balistik sejak awal tahun lalu. Semua manuver senjata berbahaya itu dinyatakan melanggar resolusi Dewan Keaman PBB.

”Alih-alih bertindak melalui jalur birokrat, Kim Jong-un justru menjaga teknokrat ini benar di sisinya, sehingga dia bisa menghubungi mereka secara langsung dan mendesak mereka untuk bergerak cepat. Ini mencerminkan urgensinya tentang pengembangan rudal,” kata An Chan-il, seorang mantan perwira militer Korea Utara yang telah membelot ke Korea Selatan dan menjalankan sebuah think tank di Seoul.



Kim Jong Sik dan Jang Chang Ha tidak berasal dari keluarga elite seperti kebanyakan tokoh senior rezim Pyongyang pada umumnya.  Sedangkan Ri Pyong Chol, mantan komandan angkatan udara, yang merupakan salah satu lulusan terbaik di sebuah sekolah di Korut.

”Kim Jong-un membesarkan generasi baru orang-orang yang terpisah dari pembantu utama ayahnya," kata seorang pejabat Korea Selatan yang mengetahui masalah ini. Kim Jong-un menggantikan ayahnya, Kim Jong Il, yang meninggal pada akhir 2011.

Dari trio ilmuwan Korut itu, Ri Pyong Chol merupakan sosok yang paling menonjol. Dia kerap muncul dengan pose tersenyum di foto-foto kegiatan militer Korut.

Menurut pemerintah Korea Selatan dan Departemen Keuangan Amerika Serikat, Ri saat ini menjabat sebagai Wakil Direktur Departemen Industri Munisi Partai Buruh. Tugasnya mengawasi pengembangan program rudal balistik Korut.

Departemen tersebut masuk daftar hitam atau yang terkena sanksi dari Departemen Keuangan AS pada tahun 2010. Ri dijuluki sebagai “big potato” oleh para ahli yang melakukan riset kepemimpinan Korut.

”Kentang besar dalam trio ini adalah Ri Pyong Chol,” kata Michael Madden, seorang pakar kepemimpinan Korea Utara, seperti dikutip Reuters, Jumat (26/5/2017). ”Dia sudah ada sebelum Kim Jong-un,  dia bahkan dibicarakan dengan serius.” 


Lahir pada tahun 1948, Ri dididik sebagian di Rusia dan dipromosikan saat Kim Jong-un mulai bangkit dari barisan kepemimpinan Korut di akhir tahun 2000-an.

Ri pernah berkunjung ke China sekali dan Rusia dua kali. Dia bertemu dengan Menteri Pertahanan China pada tahun 2008 sebagai komandan angkatan udara dan menemani Kim Jong Il dalam sebuah kunjungan ke sebuah pabrik jet tempur Rusia pada tahun 2011.

”Ri terlihat seperti orang partai dalam program rudal,” kata Kim Jin-moo, seorang pakar analis pemangku kepentingan Korea Utara dan mantan analis pemikir pemerintah Seoul.



Credit  sindonews.com