Rabu, 31 Mei 2017

Bom Mobil Dahsyat Dekat Istana Presiden Afghanistan, 9 Tewas



Bom Mobil Dahsyat Dekat Istana Presiden Afghanistan, 9 Tewas
Seorang pria memindahkan orang yang terluka ke rumah sakit setelah ledakan di Kabul,. Foto/Reuters/Mohammad Ismail


KABUL - Bom mobil dahsyat meledak di pusat ibu kota Afghanistan menewaskan 9 orang. Ledakan yang terjadi di dekat istana presiden dan sejumlah kedutaan negara asing itu juga melukai 90 orang.

Hal tersebut diungkapkan oleh pejabat kesehatan masyarakat sembari menambahkan bahwa jumlah korban dapat meningkat seperti dikutip dari Reuters, Rabu (31/5/2017).

Saksi mata mengatakan bahwa mereka melihat kerumunan orang berkumpul di sekitar ambulans yang membawa orang mati dan luka di rumah sakit. Mereka mencoba untuk mengidentifikasi mayat.

Sebuah bom mobil berdaya ledak kuat menghantam ibu kota Afghanistan. Asap hitam terlihat membumbung di atas istana presiden.

Juru bicara polisi Kabul, Basir Mujahid mengatakan, bom meledak di dekat pintu masuk ke kedutaan Jerman. "Itu adalah bom mobil di dekat kedutaan besar Jerman, tapi ada beberapa badan penting lainnya dan kantor di dekat sana juga. Sulit untuk mengatakan target yang tepat," kata Mujahid.

Ledakan itu menghancurkan jendela dan menerbangkan pintu dari engselnya di rumah yang jaraknya ratusan meter.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Seorang juru bicara kelompok pemberontak Taliban mengatakan bahwa ia tengah mengumpulkan informasi.

Kekerasan di Afghanistan meningkat sepanjang tahun, saat Taliban terus berusaha untuk mengalahkan pemerintah yang didukung Amerika Serikat (AS). Taliban berniat menerapkan kembali hukum Islam setelah mereka digulingkan pada 2001 dalam invasi yang didukung Washington.

Menurut perkiraan AS, karena sebagian besar tentara internasional menarik diri pada akhir tahun 2014, Taliban telah menguasai sekitar 40 persen negara tersebut walaupun pemerintah Presiden Ashraf Ghani memegang semua pusat provinsi.

Presiden AS Donald Trump dijadwalkan untuk segera memutuskan sebuah rekomendasi untuk mengirim 3.000 hingga 5.000 tentara lagi untuk mendukung pasukan NATO dan misi kontra terorisme AS yang sekarang berjumlah lebih dari 10.000 orang.

Panglima pasukan A.S. di Afghanistan, Jenderal John Nicholson, mengatakan kepada sebuah sidang kongres awal tahun ini bahwa dia membutuhkan beberapa ribu lebih tentara untuk membantu pasukan Afghanistan memecahkan "jalan buntu" dengan Taliban. 




Credit  sindonews.com