Donald Trump juga akan segera
memutuskan arah kebijakannya bagi imigran ilegal di Amerika Serikat
meski mereka tidak memiliki catatan kriminal. (Reuters/Mike Segar)
Jakarta, CB
--
Donald Trump memaparkan rencana untuk mendeportasi
sebanyak tiga juta orang dari Amerika Serikat yang diduga sebagai pelaku
kriminal dan pengedar narkoba. Rencana ini akan menjadi salah satu
program prioritas Trump ketika ia berkantor di Gedung Putih pada Januari
2017 mendatang, sejalan dengan rencana pembangunan tembok di sepanjang
perbatasan dengan Meksiko.
Ancaman deportasi memang kerap
digaungkan Trump sejak masa kampanyenya, yang dimulai lebih dari setahun
lalu. Kala itu, Trump berjanji akan memulangkan 11 juta imigran ilegal
yang tinggal di AS tanpa dokumen keimigrasian yang lengkap.
Janji itu kembali ditekankan Trump dalam wawancaranya dengan stasiun televisi
CBS
pada Minggu (13/11). "Apa yang akan kita lakukan adalah mengeluarkan
para pelaku kriminal, orang-orang dengan catatan kriminal, anggota geng,
pengedar narkoba, yang jumlahnya mungkin sekitar dua juta, atau bisa
lebih dari tiga juta, dari negara kita atau kita penjarakan," ujar
taipan
real-estate ini, dikutip dari
The Guardian.
"Tapi [yang pasti] kita akan mengeluarkan mereka dari negara ini, karena
mereka berada di sini secara ilegal," ujar Trump melanjutkan.
Selama
masa kampanyenya, Trump juga berjanji akan mendeportasi keluarga
imigran ilegal "dengan cara yang sangat manusiawi." Meski demikian,
janji itu tidak terucap dalam wawancara terbaru dengan CBS tersebut.
Ini
merupakan wawancara televisi pertama konglomerat New York itu setelah
berhasil mengalahkan rivalnya, Hillary Clinton, dalam pilpres pekan
lalu. Dalam kesempatan itu, Trump menyebut bahwa imigran ilegal yang tak
mempunyai catatan kriminal di AS merupakan "orang-orang hebat" tanpa
merinci lebih lanjut arah kebijakannya terhadap mereka.
"Setelah
perbatasan aman dan setelah semuanya akan normal, kita akan memutuskan
kebijakan soal orang-orang hebat itu. Mereka orang-orang hebat, tapi
nanti kita akan membuat keputusan saol mereka," ujar Trump.
"Saat ini kita belum sampai ke tahap itu, tapi sangat penting untuk mengamankan perbatasan kita," tuturnya.
Pembangunan Tembok MeksikoTrump
menekankan bahwa ia akan memenuhi janji pembangunan tembok di sepanjang
perbatasan Meksiko, untuk menghalau imigran ilegal dari negara Amerika
Latin itu, yang kerap ia sebut "pemerkosa" dan "kriminal." Trump menilai
pembangunan tembok di sepanjang perbatasan adalah upaya yang tepat
karena imigran tanpa dokumen kerap berhasil memasuki AS dengan menerobos
pagar perbatasan.
Dalam kampanyenya, Trump berkoar bahwa tembok
itu akan benar-benar kokoh, dibangun dari beton keras dan baja. Namun,
dalam wawancara terbaru, Trump menyebut bahwa program yang diusungnya
tak menutup kemungkinan untuk pembangunan pagar.
"Untuk sebagian area, akan ada [pembangunan pagar], tapi untuk sebagian area, dibangun tembok," ujarnya.
"Saya tahu sekali soal hal ini. Ini semua masalah kontruksi bangunan, ujarnya.
Hingga
saat ini, sepanjang 2.000 mil (sekitar 3.200 km) di wilayah perbatasan
antara AS dan Meksiko sudah dibatasi dengan pagar. Namun, pembangunan
pagar pembatas ini terbukti sulit, memakan waktu panjang dan biaya yang
mahal.
The Guardian menyebutkan bahwa sejumlah data
penelitian menunjukkan, tidak ada keterkaitan khusus antara imigrasi
dengan tindakan kriminal. Selain itu, tren imigrasi di AS berjalan
stagnan selama beberapa tahun terakhir, bahkan tercatat lebih banyak
imigran Meksiko yang meninggalkan AS ketimbang memasuki Negeri Paman Sam
itu.
AS juga telah memiliki infrasturktur besar untuk
menangkap, menahan dan mendeportasi imigran. Selama delapan tahun
terakhir, presiden petahanan Barack Obama sudah mendeportasi lebih dari
2,5 juta orang, jauh melebihi presiden AS lainnya.
Obama juga
telah melipatgandakan jumlah petugas dan pengawasan di perbatasan, serta
mengontrak perusahaan penjara terbesar di AS untuk menyediakan
infrastruktur penahanan imigran.
Pada masa pemerintahannya,
Obama sudah mengajukan reformasi imigrasi, namun gagal lolos dari
Kongres, yang didominasi pejabat Republik, pada 2013 dan 2014. Obama
kemudian meluncukan aksi eksekutif untuk melindungi sejumlah imigran,
terutama imigran muda tanpa catatan kriminal, dari deportasi.
Namun, Trump dalam janji kampanyenya, bersumpah akan mencabut kebijakan tersebut.
Credit
CNN Indonesia