Jakarta, CUPUMA --Ukraina batal gabung dengan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di tengah rumor Rusia bakal menyerang negara tetangganya itu.
Rusia terus mendesak NATO agar tak memberikan keanggotaan mereka kepada Ukraina. Selain itu, untuk bergabung dengan aliansi ini perlu banyak proses yang harus ditempuh.
Di samping Ukraina yang harus meredam keinginan yang sudah bertahun-tahun untuk bergabung dengan NATO, ada anggota aliansi yang mendukung Rusia sehingga semakin menyulitkan langkah Kiev.
"Kami sebagai negara ingin bergabung dengan NATO dan telah mencobanya selama bertahun-tahun. Namun prosesnya terhenti," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Kamis (17/2) dikutip AFP.
Ia lalu berkata, "Ada sebab dan akibat terkait itu. Tidak hanya Rusia yang menolak gabungnya Ukraina (ke NATO)."
Namun, Zelensky tak menyebut secara rinci negara mana yang mendukung Moskow. Ia hanya berharap mereka berubah pikiran.
"Kami tak akan melaluinya dengan negara-negara ini, dan tak ingin menimbulkan risiko ataupun konflik diplomatik," lanjutnya.
Menurut Zelensky warga Ukraina yang berhak menentukan masuk atau tidaknya Kiev ke NATO. Namun, untuk sekarang tampak tidak mungkin melakukan referendum di tengah situasi yang bergejolak di perbatasan.
"Jalan menuju NATO dan Uni Eropa sangat panjang. Ukraina perlu jaminan keamanan untuk menempuh proses itu," ucap Zelensky lagi.
Bagi dia, NATO adalah jaminan keamanan. Jaminan tersebut berarti Ukraina tak akan kehilangan kemerdekaan.
Konflik di perbatasan Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda deeskalasi belakangan ini, meski Moskow mulai menarik pasukan.
Amerika Serikat bahkan menyebut Rusia mengerahkan 7.000 pasukan lagi di wilayah tersebut.
Banyak pihak yang mengatakan tindakan Rusia itu sebagai gertakan terhadap Ukraina dan Barat, agar mereka memenuhi tuntutannya.
Tuntutan itu di antaranya, Ukraina tak bergabung dengan NATO, Ukraina menjalankan perjanjian MInsk, NATO tarik pasukan di perbatasan, dan NATO tak memperluas ekspansi di Eropa Timur.