CUPUMA - Asal diketahui, Saab pernah bersaing dengan Dassault Aviation Rafale untuk memasarkan JAS 39 Gripen ke Indonesia.
Hasilnya Saab kalah dimana JAS 39 Gripen ditolak dan Indonesia memilih membeli Rafale.
Saab kemudian pergi dari Indonesia yang sudah memilih Rafale dengan menawarkan JAS 39 Gripen ke negara lain.
Kepala Saab Indonesia, Peter Carlqvist pada 2016 lalu sebenarnya sudah melemparkan tawaran ke Indonesia.
"Kami telah mengajukan proposal resmi kepada Kementerian Indonesia pada Februari lalu. Di dalam proposal resmi itu juga tercantum berbagai pola kerja sama industri pertahanan dan transfer teknologi yang baik," katanya dikutip dari Antara, 27 Juni 2016.
Peter menjelaskan bahwa Indonesia akan memiliki 85 persen teknologi dari Saab dalam pembuatan JAS 39 Gripen.
"Saya bisa katakan, 85 persen dari jumlah itu akan berupa alih teknologi dan kerja sama industri pertahanan yang produknya bisa dipergunakan untuk kepentingan lain, sesuai keperluan Indonesia," jelas Carlqvist.
Agar Indonesia paham dalam pembuatan jet tempur, Saab juga akan merakit enam unit JAS 39 Gripen di Jakarta.
Nantinya jika Indonesia sudah menguasai teknologi JAS 39 Gripen, maka Saab membebaskan negeri ini mau dipakai apa teknologi tersebut.
"Yang menarik, enam di antara jumlah yang dibeli Indonesia itu nanti akan dirakit di Indonesia. Ini proses penting untuk penguasaan teknologinya," katanya.
Namun Indonesia punya karakteristik sendiri mengenai jet tempur idamannya.
Dan JAS 39 Gripen tak masuk dalam daftar kriteria tersebut.
Setidaknya kriteria jet tempur incaran Indonesia ialah sebagai berikut :
- Pesawat harus jenis Multi Role minimal generasi 4.5
- Mampu menjangkau sasaran strategis dengan radius of action jauh baik sasaran permukaan dan bawah permukaan.
- Mampu melaksanakan misi pertempuran siang dan malam hari pada segala cuaca.
- Memiliki radar modern dengan jangkauan jauh.
- Mampu melaksanakan Network Centric Warfare.
- Perawatan mudah, alat avionic, navigasi dan komunikasi modern yang tersandi.
- Peralatan perang elektronika pasif dan aktif serta memiliki kemampuan meluncurkan senjata konvensional.
- Senjata pintar dan senjata pertempuran udara jarak sedang atau beyond visual range.
Namun India yang sudah membeli Rafale, kini melirik Gripen.
Dikutip dari Eurasian Times, Juni 2021 lalu Menteri Pertahanan Swedia, Peter Hultqvist, melemparkan tawaran ke pemerintah India untuk membeli Gripen.
Bahkan India akan diberi Gripen generasi terbaru oleh Saab jika bersedia membeli produknya.
Saab berujar mereka akan mengganti mesin F404 Gripen yang letoy dengan GE F414.
"Saab membuat proposal pra-tender untuk pesanan India sebanyak 114 jet tempur," lapor Eurasian Times.
Gilanya Saab berani menjamin harga Gripen 50 persen lebih murah dari Rafale.
"Saab mengklaim bahwa jet tempur bermesin tunggal Gripen E ditawarkan dengan harga setengah dari Rafale yang dibeli India," lanjutnya.
Karena Saab melihat India agak kerepotan membiayai operasional Rafale mereka.
Maka Swedia melihat ini sebagai celah dimana pembelian Rafale India menelan anggaran 7,8 miliar Euro.
Bila tawaran Saab diterima maka India cukup membayar setengahnya dan New Delhi mendapatkan 114 unit Gripen E, penawaran gila dari Swedia.
Apalagi Gripen E juga bisa membawa rudal layaknya Rafale, makin tambah kesengsem saja India mendapati tawaran ini.
India mempunyai 36 unit jet tempur Rafale sedangkan Indonesia rencananya akan membeli 42 buah dengan total harga Rp 68 triliun lebih alias paket komplit.
"Akuisisi Rafale untuk Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara mencakup solusi turnkey lengkap, dengan paket komprehensif yang mencakup pelatihan awak pesawat, dukungan logistik untuk beberapa pangkalan udara Indonesia, dan pusat pelatihan dengan dua simulator misi penuh," ujar dassault-aviation.com.
India nampaknya akan membeli JAS 39 Gripen, dengan mengabaikan penambahan Rafale yang juga hendak dibeli oleh Indonesia.