Damaskus, Irak (CB) - Kementerian Luar Negeri Suriah pada
Selasa (4/4) menyatakan militer Suriah tak memiliki senjata kimia jenis
apa pun.
Kementerian mengecam laporan yang disebutnya sama sekali tak berdasar bahwa Angkatan Udara Suriah melancarkan serangan gas beracun terhadap Kota Kecil Khan Sheikhoun, yang dikuasai gerilyawan, di Provinsi Idlib di bagian barat-laut negeri itu Selasa pagi kemarin.
Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia menyatakan 58 orang tewas dan puluhan orang lagi cedera akibat serangan itu.
Kementerian menegaskan, "Militer Suriah tak memiliki senjata kimia dan tidak menggunakannya sebelum ini di kota mana pun di Suriah."
Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan kepada stasiun TV pan-Arab Al-Mayadeen balik menuduh gerilyawan yang didukung Prancis, Inggris, Turki dan Arab Saudilah yang melancarkan serangan kimia di Khan Sheikhoun.
Ia juga mengatakan negaranya telah memenuhi semua komitmennya sebagaimana diatur Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Pejabat Suriah itu, sebagaimana diberitakan Xinhua, Rabu pagi, juga mendesak masyarakat internasional agar menyeret ke pengadilan semua pihak yang berada di belakang serangan itu.
Mekdad menyatakan Pemerintah Suriah telah memberikan keterangan kepada OPCW beberapa pekan lalu mengenai penyelundupan bahan kimia oleh Front Nusra ke dalam wilayah Suriah Utara.
Serangan pada Selasa bukan yang pertama di Suriah, sebab serangan senjata kimia disebut-sebut telah terjadi di beberapa daerah di Suriah dalam beberapa tahun belakangan, sementara Pemerintah Damaskus dan gerilyawan saling melempar tuduhan.
Sebanyak 1.400 orang tewas ketika beberapa daerah yang dikuasai gerilyawan di pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus, diserang oleh roket yang berisi bahan kimia sarin pada 21 Agustus 2013. Oposisi dan pemerintah juga saling melempar tuduhan.
Pada tahun yang sama, serangan bahan kimi terjadi di Kota Kecil Khan Al-Asal, yang dikuasai pemerintah, di pinggir Aleppo. Beberapa prajurit Suriah dan warga sipil tewas atau menderita sesak nafas. Pemerintah menuduh gerilyawan yang kemudian dibantah gerilyawan.
Kementerian mengecam laporan yang disebutnya sama sekali tak berdasar bahwa Angkatan Udara Suriah melancarkan serangan gas beracun terhadap Kota Kecil Khan Sheikhoun, yang dikuasai gerilyawan, di Provinsi Idlib di bagian barat-laut negeri itu Selasa pagi kemarin.
Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia menyatakan 58 orang tewas dan puluhan orang lagi cedera akibat serangan itu.
Kementerian menegaskan, "Militer Suriah tak memiliki senjata kimia dan tidak menggunakannya sebelum ini di kota mana pun di Suriah."
Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan kepada stasiun TV pan-Arab Al-Mayadeen balik menuduh gerilyawan yang didukung Prancis, Inggris, Turki dan Arab Saudilah yang melancarkan serangan kimia di Khan Sheikhoun.
Ia juga mengatakan negaranya telah memenuhi semua komitmennya sebagaimana diatur Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Pejabat Suriah itu, sebagaimana diberitakan Xinhua, Rabu pagi, juga mendesak masyarakat internasional agar menyeret ke pengadilan semua pihak yang berada di belakang serangan itu.
Mekdad menyatakan Pemerintah Suriah telah memberikan keterangan kepada OPCW beberapa pekan lalu mengenai penyelundupan bahan kimia oleh Front Nusra ke dalam wilayah Suriah Utara.
Serangan pada Selasa bukan yang pertama di Suriah, sebab serangan senjata kimia disebut-sebut telah terjadi di beberapa daerah di Suriah dalam beberapa tahun belakangan, sementara Pemerintah Damaskus dan gerilyawan saling melempar tuduhan.
Sebanyak 1.400 orang tewas ketika beberapa daerah yang dikuasai gerilyawan di pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus, diserang oleh roket yang berisi bahan kimia sarin pada 21 Agustus 2013. Oposisi dan pemerintah juga saling melempar tuduhan.
Pada tahun yang sama, serangan bahan kimi terjadi di Kota Kecil Khan Al-Asal, yang dikuasai pemerintah, di pinggir Aleppo. Beberapa prajurit Suriah dan warga sipil tewas atau menderita sesak nafas. Pemerintah menuduh gerilyawan yang kemudian dibantah gerilyawan.
Credit antaranews.com