MADRID
- Spanyol menyatakan tak akan menghalangi upaya kemerdekaan Skotlandia
di Uni Eropa (UE). Upaya kemerdekaan Skotlandia itu menjadi isu sangat
kontroversial di Spanyol karena ada gerakan pemisahan serupa di
Catalonia.
Hasilnya, Madrid selama ini dianggap sebagai penghalang kemerdekaan Skotlandia dan upaya Skotlandia bergabung dengan UE, setelah Brexit atau Inggris keluar dari UE. Meski begitu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Spanyol Alfonso Dastis menepis pendapat tersebut.
”Pada awalnya, saya tidak berpikir kami akan menghalanginya,” ujar Dastis saat wawancaranya diterbitkan harian El Pais. Kendati demikian, dia menambahkan, Skotlandia harus meninggalkan UE bersama Inggris. ”Dan sisanya akan kita lihat,” tuturnya.
Dia menjelaskan, Spanyol tidak akan mendukung perpecahan Eropa. ”Jika dalam aplikasi sesuai hukum, hasil proses itu adalah perpecahan Inggris, bagian mana pun dari Inggris yang menjadi satu negara dan ingin bergabung UE harus mengajukan diri. Serta langkah- langkah selanjutnya harus sesuatu aturan yang telah ditetapkan,” paparnya.
Komentar itu muncul setelah sepekan setelah isu Gibraltar, wilayah yang dikontrol Inggris di pantai selatan Spanyol memicu ketegangan antara London dan Madrid. UE telah menyatakan, setelah Brexit, tidak ada kesepakatan UE-Inggris pada masa depan yang memengaruhi Gibraltar dapat dibuat tanpa persetujuan Spanyol.
Dastis menolak berbicara tentang hak veto terkait Gibraltar, tapi dia menyatakan sikap UE sangat positif. ”Saat Inggris meninggalkan UE, mitra UE adalah Spanyol, dan dalam kasus Gibraltar, UE wajib berada di pihak Spanyol. Saya tidak berpikir perlu membahas tentang veto,” kata Dastis. Dia menjelaskan, sikap Spanyol yang tidak menghalangi upaya Skotlandia bergabung UE, tidak terkait dengan Catalonia.
Saat ini pemerintahan lokal Catalonia telah berkuasa pada 2015 dan ketegangan dalam isu itu sangat tinggi. ”Di Skotlandia, ada referendum sesuai hukum. Di Spanyol, itu tidak dapat dilakukan sesuai Konstitusi. Mereka (Skotlandia dan Catalonia) bukan kasus yang dapat dibandingkan,” paparnya. Catalonia telah berjanji menggelar referendum resmi tentang kemungkinan pecah dari Spanyol akhir tahun ini.
Terkait Brexit secara umum, Dastis menjelaskan, Spanyol lebih setuju dengan konsep ”soft Brexit”, yakni Inggris tetap terkait melalui misalnya pasar tunggal teknologi. Meski begitu, diaragu konsepinidapat diterapkan. Di sisi lain, Spanyol ingin memiliki hubungan dekat dengan Inggris. ”Sedekat mungkin dari yang kita miliki sekarang. Jika itu diartikan sebagai Brexit lunak, saya tidak menolaknya,” pungkasnya.
Hasilnya, Madrid selama ini dianggap sebagai penghalang kemerdekaan Skotlandia dan upaya Skotlandia bergabung dengan UE, setelah Brexit atau Inggris keluar dari UE. Meski begitu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Spanyol Alfonso Dastis menepis pendapat tersebut.
”Pada awalnya, saya tidak berpikir kami akan menghalanginya,” ujar Dastis saat wawancaranya diterbitkan harian El Pais. Kendati demikian, dia menambahkan, Skotlandia harus meninggalkan UE bersama Inggris. ”Dan sisanya akan kita lihat,” tuturnya.
Dia menjelaskan, Spanyol tidak akan mendukung perpecahan Eropa. ”Jika dalam aplikasi sesuai hukum, hasil proses itu adalah perpecahan Inggris, bagian mana pun dari Inggris yang menjadi satu negara dan ingin bergabung UE harus mengajukan diri. Serta langkah- langkah selanjutnya harus sesuatu aturan yang telah ditetapkan,” paparnya.
Komentar itu muncul setelah sepekan setelah isu Gibraltar, wilayah yang dikontrol Inggris di pantai selatan Spanyol memicu ketegangan antara London dan Madrid. UE telah menyatakan, setelah Brexit, tidak ada kesepakatan UE-Inggris pada masa depan yang memengaruhi Gibraltar dapat dibuat tanpa persetujuan Spanyol.
Dastis menolak berbicara tentang hak veto terkait Gibraltar, tapi dia menyatakan sikap UE sangat positif. ”Saat Inggris meninggalkan UE, mitra UE adalah Spanyol, dan dalam kasus Gibraltar, UE wajib berada di pihak Spanyol. Saya tidak berpikir perlu membahas tentang veto,” kata Dastis. Dia menjelaskan, sikap Spanyol yang tidak menghalangi upaya Skotlandia bergabung UE, tidak terkait dengan Catalonia.
Saat ini pemerintahan lokal Catalonia telah berkuasa pada 2015 dan ketegangan dalam isu itu sangat tinggi. ”Di Skotlandia, ada referendum sesuai hukum. Di Spanyol, itu tidak dapat dilakukan sesuai Konstitusi. Mereka (Skotlandia dan Catalonia) bukan kasus yang dapat dibandingkan,” paparnya. Catalonia telah berjanji menggelar referendum resmi tentang kemungkinan pecah dari Spanyol akhir tahun ini.
Terkait Brexit secara umum, Dastis menjelaskan, Spanyol lebih setuju dengan konsep ”soft Brexit”, yakni Inggris tetap terkait melalui misalnya pasar tunggal teknologi. Meski begitu, diaragu konsepinidapat diterapkan. Di sisi lain, Spanyol ingin memiliki hubungan dekat dengan Inggris. ”Sedekat mungkin dari yang kita miliki sekarang. Jika itu diartikan sebagai Brexit lunak, saya tidak menolaknya,” pungkasnya.
Credit sindonews.com