CB,
Riyadh -- Pangeran Alwaleed
Bin Talal, yang merupakan konglomerat terkaya di Arab Saudi, menyatakan
dukungannya kepada pemerintah kerajaan terkait program anti-korupsi dan
reformasi yang sedang berjalan.
"Saya hanya dapat mengatakan saya
mendukung Raja (Salman) dan Putra Mahkota (Mohammed Bin Salman) dalam
semua usaha yang mereka lakukan untuk membangun Arab Saudi baru," kata
Alwaleed kepada
Reuters dalam wawancara pertamanya pada Sabtu, 27 Januari 2018, di Hotel Ritz Carlton, Riyadh, yang menjadi lokasi penahanan dirinya.
Miliarder
Arab Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal saat berada di kamar suite di
Ritz-Carlton, Riyadh, Arab Saudi, 27 Januari 2018.Pangeran Alwaleed
memiliki kekayaan hingga 17 miliar dollar Amerika Serikat atau Rp 226,13
triliun. REUTERS/Katie Paul
Alwaleed, 62, bersama sekitar 200 elit Saudi lainnya terjaring
operasi anti-korupsi yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi pimpinan
putra mahkota pada 4 November 2017. Mereka yang tertangkap seperti
pejabat, bekas pejabat, pangeran dan konglomerat Saudi.
KPK
Saudi menahan mereka di Hotel Ritz Carlton, yang sengaja dikosongkan
untuk menjadi tempat penahanan sementara. Pemerintah Saudi mengatakan
banyak uang negara hilang akibat praktek korupsi, yang telah berlangsung
puluhan tahun, dan nilainya dikabarkan mencapai sekitar US$100 miliar
atau sekitar Rp1300 triliun.
Bangunan
mewah hotel Ritz Carlton di Riyadh, Arab Saudi. Salah seorang yang
ditahan di hotel tersebut sejak Minggu (05/11) adalah pebisnis Arab
Saudi, Pangeran Alwaleed bin Talal. ritzcarlton.com
Pemerintah
Saudi meminta para tersangka untuk membuktikan dirinya bersih dari
praktek korupsi. Jika tidak bisa, mereka diminta menyerahkan aset berupa
uang tunai hingga kepemilikan saham minimal 30 persen dari total aset
mereka.
Beberapa tokoh lainnya yang juga ditahan seperti Pangeran
Miteb Bin Abdullah, yang dikabarkan membayar sekitar US$1 miliar atau
sekitar Rp13 triliun agar bebas dari tuduhan terlibat praktek korupsi.
Lainnya adalah Pangeran Turki Bin Nasser, yang pernah menjabat posisi
strategis di bidang olahraga hingga militer.
Dalam pejagaannya,
pemerintah Saudi dikabarkan melibatkan tentara bayaran dari Amerika
Serikat dan pasukan khusus Saudi. Pasukan khusus ini ditaruh di bagian
luar hotel. Sedangkan pasukan tentara bayaran menjaga interior hotel
termasuk ikut menginterogasi para tahanan.
Ada kabar yang dilansir
media Daily Mail bahwa pasukan tentara bayaran ini melakukan penyiksaan
terhadap para tahanan agar mau mengakui perbuatan korupsinya. Ini
misalnya berbentuk pemukulan hingga menggantu terbalik para tahanan agar
mau bicara.
Salah
ruangan kamar suite miliarder Arab Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal
ditahan di Ritz-Carlton, Riyadh, Arab Saudi, 27 Januari 2018. Pangeran
Alwaleed ditahan bersama dengan puluhan anggota elite politik dan
bisnis. Mereka di tahan di hotel mewah Ritz-Carlton di Riyadh.
REUTERS/Katie Paul
Alwaleed sendiri ditangkap di istana
pribadinya di Riyadh pada malam menjelang pertemuannya dengan Putra
Mahkota Mohammed keesokan harinya. Pasukan khusus Saudi menyerbu
kompleks istana Alwaleed dan melucuti para penjaga bersenjata.
Mereka
lalu masuk ke kamar Alwaleed dan menangkapnya saat masih mengenakan
piyama. Alwaleed lalu dibawa ke Hotel Ritz Carlton menggunakan mobil
Mercedez Benz milik pemerintah.
Soal operasi anti-korupsi ini,
Alwaleed mengatakan bisa memahaminya. Ini karena banyak praktek korupsi
terjadi selama bertahun-tahun. "Dalam sepuluh tahun terakhir, ada banyak
uang hilang percuma.. Sejumlah pejabat pemerintah terlibat praktek
korupsi. Saya kira ini upaya yang sehat untuk mencabut mereka dan
membuat Arab Saudi menjadi bersih dan murni," kata dia.
Dalam
wawancara ini, Alwaleed ditanya apakah dia merasa penahanan dirinya
karena sikap ayahnya yaitu Pangeran Talal yang dikabarkan tidak
mendukung Putra Mahkota Mohammed Bin Salman. Menurut Alwaleed, penahanan
dirinya,"Tidak terkait dengan isu politik, atau ekonomi atau korupsi."
Menurut dia, penahanan dirinya karena ada sejumlah keraguan dari
pemerintah Saudi terkait kegiatan bisnisnya, yang terdiri dari bisnis
nasional, regional dan internasional.
"Maka saya harus
menjelaskannya bahwa semuanya murni dan bersih," kata dia. "Saya ada di
sini untuk membersihkan diri saya hingga 100 persen," kata Alwaleed,
yang dibebaskan pada Sabtu pekan lalu.
Sumber di pemerintahan
Saudi mengatakan Alwaleed dibebaskan karena telah mencapai penyelesaian
finansial dengan Jaksa Agung Saudi. Saat ditanya soal ini, Alwaleed
mengatakan,"Tidak harus seperti itu. Saya tidak bisa membuka
kesepakatannya seperti apa karena ada dua pihak yang terlibat (dengan
pemerintah Saudi)."
Menurut Alwaleed, tidak semua orang yang
ditahan di hotel ini terbukti melakukan korupsi, termasuk dirinya. Ada
sejumlah orang yang akhirnya dibebaskan. "Sebagian memang membayar skema
penyelesaian secara finansial tapi itu urusan mereka dengan
pemerintah," kata Alwaleed.
Menurut Alwaleed, dia merupakan orang
yang anti-korupsi. "Sehingga disayangkan saya ada di sini untuk
membersihkan diri saya," kata dia, yang mengaku sebenarnya telah
diperbolehkan meninggalkan hotel tempat penahanan sejak beberapa hari
sebelumnya. Namun dia memilih untuk tinggal dan menyelesaikan semua isu
hingga kelar.
Alwaleed membantah jika dia diwajibkan membayar uang
denda sekitar US$6 miliar atau sekitar Rp80 triliun agar bisa
dilepaskan dari kasus dugaan korupsi ini. "Itu keliru," kata dia.
Menurut media
Forbes, Alwaleed merupakan pengusaha terkaya di Saudi, yang juga pemilik
Kingdom Holding.
Dia memiliki sekitar 95 persen saham di induk perusahaan itu.
Perusahaan induk ini memiliki sejumlah saham di perusahaan besar dunia
seperti Citigroup, Lyft, Twitter dan Hotel George V di Perancis. Forbes
menaksir nilai kekayaannya pada 2017 lalu mencapai sekitar Rp231,5
triliun.
Menurut Alwaleed, dia merasa sangat terganggu dengan
berbagai berita keliru yang dilansir media. Ini misalnya soal dia
dikabarkan menjalani penyiksaan selama ditahan di Hotel Ritz Carlton
itu.
"Semua baik-baik saja seperti di rumah. Saya berolahraga di
sini, melakukan perenggangan, berenang, dan menyantap makanan diet,"
kata dia. Namun,
Reuters melaporkan Alwaleed terlihat lebih kurus dari biasanya. Selain itu, dia juga terlihat kurang bercukur.
Menurut Alwaleed,
dia masih menjalankan bisnis selama ditahan sekitar dua bulan misalnya
dengan memanggil eksekutif perusahaan ke hotel. Dia juga bisa menelpon
keluarganya setiap hari. "Saya baru saja berbicara dengan anak lelaki
dan perempuan saya dan juga cucu perempuan saya," kata dia.