 
                
                 Seorang staf bank menghitung uang kertas pecahan 100 
yuan di sebuah bank di kota Hangzhou, provinsi Zhejiang, Tiongkok, 
Selasa (1/12). IMF pada Senin (30/11) di Washington mengumumkan masuknya
 yuan ke dalam keranjang mata uang cadangan global atau SDR.  (AFP 
PHOTO) 
 
 
Jakarta - Bank Indonesia menilai 
Indonesia diuntungkan dengan keputusan Dana Moneter Internasional 
(International Monetary Fund/IMF) yang menjadikan mata uang Tiongkok 
Yuan sebagai alat transaksi internasional yang berlaku secara global.
"Keputusan IMF untuk memasukkan Yuan ke special drawing right (SDR) 
kita sambut baik, karena keputusan ini berdampak positif bagi kinerja 
perdagangan Indonesia, khususnya dengan Tiongkok," kata Gubernur Bank 
Indonesia Agus Martowardojo di Jakarta, Selasa (1/12).
Menurutnya, hal itu dikarenakan Indonesia memiliki volume perdagangan
 yang besar dengan Tiongkok dengan nilai impor Indonesia ke Tiongkok 
bisa mencapai US$ 30 miliar, sedangkan ekspor ke Tiongkok sekitar US$ 
14-15 miliar.
"Nantinya ekspor dan impor juga bisa menggunakan mata uang yuan dan 
rupiah semakin dapat diwujudkan. Untuk Indonesia tentu lebih baik," 
ujarnya.
Untuk mewujudkan perdagangan dengan menggunakan yuan, tambah dia, itu
 tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat karena perlu sosialisasi yang 
baik oleh otoritas di Tiongkok yang bertanggung jawab terhadap yuan.
Keputusan Dewan Eksekutif IMF sebelumnya dengan menambahkan yuan atau
 dikenal sebagai renminbi di SDR bersama dolar Amerika Serikat (AS), 
euro, foundsterling dan yen menjadi tonggak penting integrasi Tiongkok 
dalam sistem keuangan global dan komitmen melakukan reformasi.
Pemerintahan Tiongkok telah melakukan sejumlah reformasi untuk 
memenuhi kriteria IMF. Tiongkok memberikan akses lebih baik bagi orang 
asing ke pasar mata uangnya, penerbitan utang lebih sering dan jam 
perdagangan yuan ditingkatkan.
Akan tetapi, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengharapkan Tiongkok tidak hanya berhenti di situ.
"Upaya kelanjutan dan pendalaman ini akan membawa sistem moneter dan 
keuangan internasional lebih kuat sehingga pada gilirannya akan 
mendukung pertumbuhan dan stabilitas Tiongkok dan ekonomi global," ujar 
Lagarde.
Credit 
beritasatu.com
Yuan Resmi Jadi Mata Uang Dunia, Perdagangan Indonesia-Tiongkok Berpotensi Meningkat
         
                 
                
                 Karyawati menunjukkan mata uang Yuan di salah satu 
tempat penukaran valuta asing di Jakarta, 30 November 2015. (Antara/M 
Agung Rajasa)                
 
 
Jakarta – Mulai 1 
Oktober 2016 nanti, Dana Moneter Internasional (IMF) akan secara resmi 
memasukan yuan Tiongkok ke dalam keranjang mata uang yang bebas 
digunakan atau Special Drawing Right (SDR). IMF mengapresiasi reformasi 
yang dilakukan pemerintah Tiongkok dalam membuat perekonomiannya lebih 
terbuka.
Keputusan ini diambil pascarapat dewan petinggi IMF yang 
beranggotakan 188 negara pada 30 November lalu. Yuan dianggap telah 
memenuhi semua persyaratan sebagai mata uang bebas digunakan. Dengan 
demikian, yuan bergabung bersama dolar AS, euro, poundsterling, dan yen 
dalam keranjang Special Drawing Rights (SDR) IMF. Komposisi baru dalam 
keranjang SDR, yuan memiliki bobot 10,92 persen, di atas yen (8,33 
persen), dan poundsterling (8,09 persen). Namun, di bawah euro (30,93 
persen), dan dolar AS (41,73 persen).
“Keputusan Dewan Eksekutif memasukan yuan (RMB) ke dalam basket SDR 
merupakan sebuah pencapaian. Keputusan ini adalah pengakuan terhadap 
reformasi sistem keuangan dan moneter Tiongkok dalam beberapa tahun 
terakhir. Perkembangan, dan langkah pendalaman ini akan memperkaya 
sistem keuangan dan moneter, yang pada akhirnya akan mendorong 
stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan global,” kata Direktur 
Pelaksana IMF Christine Legarde seperti dikutip laman resmi IMF.
Ekonom Bank Permata Joshua Pardede melihat langkah ini diharapkan 
akan mengurangi ketergantungan terhadap dolar dalam jangka menengah 
hingga panjang dalam pasar global. Namun dalam jangka pendek, Yuan masih
 berpotensi melemah terhadap dollar AS mengingat ekonomi Tiongkok dalam 
proses 
rebalancing struktur ekonomi.
“Selanjutnya, dampaknya ke indonesia, cukup baik, pertama, transaksi 
dagang dengan Tiongkok dapat langsung ditransaksikan via yuan/idr 
sehingga 
cost untuk mengkonversi dalam dolar akan berkurang, 
sehingga dapat meningkatkan lagi hubungan dagang Indonesia dengan motor 
penggerak ekonomi terbesar kedua dunia tersebut,” kata Joshua.
Namun pengurangan ketergantungan Indonesia terhadap USD menurutnya 
akan efektif dan signifikan jika penggunaan yuan sudah mengglobal yang 
juga diindikasikan oleh fundamental ekonomi Tiongkok yang baik serta 
capital control yang tidak akan menjadi kendala lagi bagi investor asing untuk berinvestasi di yuan.
Menurut data Bloomberg, nilai tukar yuan pada hari ini stagnan di posisi 6,3986 per dolar.
Credit  
beritasatu.com