Tampilkan postingan dengan label NASA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NASA. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 November 2018

Setelah 2 Tahun, Pesawat NASA Ambil Foto Asteroid Berlian Bennu



Gambar asteroid Bennu diambil oleh pesawa NASA OSIRIS-REx pada 2 November 2018. Kredit: NASA Goddard Space Flight Center
Gambar asteroid Bennu diambil oleh pesawa NASA OSIRIS-REx pada 2 November 2018. Kredit: NASA Goddard Space Flight Center

CB, Jakarta - Asteroid berbentuk berlian Bennu memiliki banyak gumpalan dan benjolan, berdasarkan sebuah video baru dari pesawat penyidik NASA, OSIRIS-REx, sebagaimana dilaporkan Space, 9 November 2018.

Foto-foto Bennu yang membentuk video itu ditangkap Jumat, 2 November, setelah pengejaran selama dua tahun yang dimulai dengan peluncuran pada September 2016.
"Kami sekarang telah dapat melihat asteroid Bennu dari semua sisi! Kamera PolyCam @OSIRISREx menangkap gambar setiap 10 derajat rotasi Bennu selama periode empat jam 11 menit pada 2 November. Gambar-gambar ini diambil sekitar 122 mil dari pesawat ruang angkasa," kata para pejabat di Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Maryland, melalui Twitter, Selasa, 6 November 2018.

Dalam gambar baru lainnya dari OSIRIS-REx, Bennu yang berukuran 1,640 kaki (500 meter) hadir dengan fokus yang semakin tajam ketika pesawat ruang angkasa itu melakukan pendekatan bertahap.
PolyCam OSIRIS-REx menggunakan kemampuan jangka panjangnya untuk mengambil foto Bennu hampir setiap hari saat muncul dari kegelapan antariksa. Beberapa foto yang diterbitkan pada 2 November oleh NASA, mencakup total 16 gambar.
PolyCam mengambil gambar pertama Bennu dalam rangkaian itu pada 12 Oktober dari jarak 27.340 mil (44.000 kilometer). OSIRIS-REx mengambil gambar akhir pada 29 Oktober dari sekitar 200 mil (320 km), atau kira-kira jarak antara Washington dan New York City.
Jika semua berjalan sesuai rencana, OSIRIS-REx akan tiba di Bennu pada 3 Desember, kemudian menyelinap ke orbit di sekitar asteroid itu pada 31 Desember.

Pesawat itu akan mempelajari asteroid dari dekat selama sekitar dua tahun, dan menukik ke bawah untuk merobek sampel yang cukup besar dari permukaannya. Bahan ini akan datang ke Bumi dalam kapsul sampel pada bulan September 2023.
Para peneliti di seluruh dunia kemudian akan meneliti sampel itu, mencari petunjuk tentang masa awal tata surya dan peran asteroid kaya karbon seperti Bennu dalam mengantarkan blok bangunan kehidupan ke Bumi.





Credit  tempo.co





Rabu, 24 Oktober 2018

NASA Temukan Gunung Es Berbentuk Persegi Panjang


Gunung es berbentuk persegi panjang yang mengambang di Laut Weddell di lepas pantai Antartika.
Gunung es berbentuk persegi panjang yang mengambang di Laut Weddell di lepas pantai Antartika.
Foto: NASA
Para ahli memperkirakan ukuran bongkahan es mungkin lebih panjang dari 1,6 kilometer.



CB, WASHINGTON -- Badan Antariksa Amerika Serikat NASA merilis foto mencolok gunung es berbentuk persegi panjang yang mengambang di Laut Weddell di lepas pantai Antartika, Selasa (23/10) waktu setempat. NASA menyatakan, sudut tajam objek dan permukaan datar pada gunung es tersebut menunjukkan bahwa bongkahan itu baru-saja pecah dari sebuah gugusan es.


"Ujung-ujungnya masih runcing, dan belum pernah luntur oleh gelombang lautan," kata Kelly Brunt, Ahli Glasiologi NASA sekaligus peneliti Universitas Maryland, dilansir dari BBC, Rabu (24/10).

Ia mengatakan, gambar tersebut diambil pada pekan lalu oleh para ilmuwan di pesawat penelitian NASA. Objek-objek semacam itu, Kelly mengatakan, dapat disebut sebagai tabular icebergs. "Ini datar dan panjang dan terbentuk dengan memisahkan diri dari tepi rak es. Mereka sering berbentuk geometris," katanya.


Hanya saja, Kelly mengatakan, hal yang membuat temuan itu tak biasa karena bentuk es yang persis seperti persegi panjang. Sulit untuk mengetahui dengan tepat seberapa besar ukuran gunung es dari foto tersebut.


Bongkahan es itu berasal dari lempengan es Larsen C yang runtuh di Semenanjung Antartika. Namun, sulit untuk mengetahui berapa sebenarnya ukuran es tersebut. Para ahli memperkirakan ukuran mungkin lebih panjang dari 1,6 kilometer.


Di sisi lain, seperti halnya semua gunung es, bagian yang terlihat di permukaan biasanya hanya merupakan sebagian kecil dari ukuran yang sebenarnya. Kelly mengatakan, es yang terlihat di permukaan rata-rata hanya 10 persen dari ukuran aslinya.





Credit  republika.co.id



Jumat, 12 Oktober 2018

Roket Pelontar Alami Kegagalan, Pesawat Luar Angkasa Soyuz Mendarat Darurat



Roket Pelontar Alami Kegagalan, Pesawat Luar Angkasa Soyuz Mendarat Da
Pesawat yang harusnya mengirimkan awak ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) itu mendarat darurat setelah roket pelontar Soyuz FG mengalami masalah. Foto/Reuters

MOSKOW - Badan antariksa Rusia, Roscosmos menyatakan, pesawat luar angkasa Soyuz MS-10 terpaksa melakukan pendaratan darurat. Pesawat yang harusnya mengirimkan awak ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) itu mendarat darurat setelah roket pelontar Soyuz FG mengalami masalah.

Kepala Roscosmos, Dmitry Rogozin menyatakan, para kru yakni seorang komonot Rusia dan astonot Amerika Serikat (AS), dalam pesawat itu berhasil mendarat dengan selamat. Dia juga menuturkan, penyelidikan atas insiden ini telah dilakukan.

"Para kru telah mendarat. Semua masih hidup," kaya Rogozin melalui akun Twitternya, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (11/10).

"Saya memutuskan untuk membentuk sebuah tim yang akan menentukan penyebab kecelakaan roket Soyuz-FG. Tim itu sudah mulai bekerja. Telemetri sedang dipelajari. Layanan penyelamatan telah bekerja sejak detik pertama kecelakaan. Sistem penyelamatan darurat pesawat ruang angkasa Soyuz-MS bekerja dengan baik," sambungnya.

Pernyataan Roscosmos diperkuat oleh pernyataan badan antarika AS, NASA, yang menuturkan bahwa kosmonot Rusia, Alexey Ovchinin dan astronot NASA Nick Hague telah meninggalkan sebuah kapsul setelah pesawat mereka melakukan pendaratan darurat.

"Tim pencari dan penyelamat telah mencapai tempat pendaratan pesawat ruang angkasa Soyuz dan melaporkan bahwa dua anggota awak dalam kondisi baik dan keluar dari kapsul. Tim pencari dan penyelamat bersama kru sekarang," kata NASA melalui akun Twitternya.

Sementara itu, menurut seorang sumber di Roscosmos menyatakan bahwa pesawat itu mendarat darurat setelah satu dari empat roket pelontar gagal mencapai tahap kedua pembakaran. Sumber itu menuturkan, tim Roscosmos akan melakukan inspeksi pusat ruang roket tempat roket Soyuz FG diproduksi 




Credit  sindonews.com



Senin, 13 Agustus 2018

NASA Sukses Luncurkan Satelit Parker ke Matahari



NASA
NASA
Foto: nasa.gov
Satelit Parker Solar Probe lepas landas dari Cape Canaveral pada Ahad (12/8).



CB, CAPE CANAVERAL -- NASA mengukir sejarah lewat keberhasilannya meluncurkan satelit ke matahari untuk misi penelitian. Satelit yang diberi nama Parker Solar Probe itu lepas landas dari stasiun angkatan udara Cape Canaveral pada Ahad (12/8), pukul 03.12 waktu setempat.

"Ini sungguh perilisan yang mulus. Satelit lepas landas sebagaimana mestinya," tulis associate administrator untuk Direktorat Misi Sains NASA, Dr. Thomas Zurbuchen di akun Twitternya.

"Segalanya benar-benar berjalan seperti yang kami pikirkan, sesuai dengan panduan buku," imbuhnya.

Dibawa oleh roket United Launch Alliance Delta IV Heavy, satelit Parker bertolak dari Space Launch Complex 37 di Cape Canaveral. Awalnya satelit Parker dijadwalkan dirilis pada Sabtu (11/8) namun pada detik-detik terakhir terjadi masalah teknis sehingga ditunda sehari.

Dilansir dari Fox News, satelit Parker diperkirakan mencapai matahari pada November mendatang. Misi yang menelan biaya 1,5 miliar dolar AS ini akan semakin memperkaya  pemahaman manusia terhadap matahari. Parker akan menjadi satelit pertama yang menembus korona, lapisan terluar dari atmosfer matahari.

Parker akan menerobos suhu yang sangat panas dan radiasi dalam perjalanannya sepanjang 3,8 juta mil menuju permukaan matahari. Jika berhasil, satelit ini akan mencatatkan jarak tujuh kali lebih dekat darilada Helios 2. Helios 2 adalah kendaraan antariksa yang berhasil menjangkau jarak 27 juta mil dari permukaan matahari pada 1976 silam. Berdasarkan data NASA, total jarak rata-rata antara bumi dan matahari mencapai 93 juta mil.

Demi menuntaskan misi yang diembannya, satelit yang namanya diambil dari peneliti matahari Eugene Parker tersebut harus bisa bertahan pada temperatur 2.500 derajat Fahrenheit. Oleh karena itu, satelit dilindungi dengan pelindung spesial setebal 4,5 inci berbahan karbon komposit. Dengan demikian, bagian dalam satelit tetap terjaga dalam suhu ruang untuk menunjang pengoperasian.



Credit  republika.co.id





Rabu, 01 Agustus 2018

Manusia Pertama Injak Kaki di Bulan Mengaku Tak Pernah ke Sana


image_title
Photo : www.space.com/Humans to Mars Summit

Mantan astronaut Buzz Aldrin                 

CB – Selama bertahun-tahun, Buzz Aldrin dikenal seluruh dunia sebagai salah satu orang yang pertama kali menginjakkan kaki di Bulan. Namun dalam sebuah video yang viral di dunia maya menunjukkan jika Aldrin tak pernah ke Bulan.

Video konspirasi itu muncul dan menggemparkan dunia maya. Tayangan itu merupakan rekaman saat Aldrin menghadiri National Book Festival di Washington DC pada 2015 lalu. Kala itu Aldrin diwawancara oleh seorang anak berusia delapan tahun yang bernama Zoey. Gadis itu bertanya pada Aldrin," mengapa selama ini tidak ada orang yang pergi ke bulan?"

Aldrin menjawab pertanyaan ini dengan lugas namun membingungkan. Jawaban Aldrin dianggap bisa disalahartikan oleh orang yang mendengarnya, terutama penganut teori konspirasi yang menyebut aksi manusia menginjakkan kaki di bulan adalah rekayasa.



Misi pendaratan di Bulan.
"Kami tidak pergi ke sana dan itulah caranya hal tersebut terjadi. Dan jika itu tidak terjadi, sangat menyenangkan jika kita bisa tahu mengapa hal itu tidak terjadi," ujar Aldrin, seperti dikutip dari Mirror.co.uk, Rabu. 1 Agustus 2018.

Namun usut punya usut, jawaban astronot itu ternyata mengacu pada misi ke bulan yang tak kunjung mengirimkan manusia lagi hingga saat ini, bukan tentang misi ke bulan yang pernah melibatkan dirinya pada 1969.
Aldrin mengatakan dia yakin bahwa belum adanya aksi nyata NASA untuk mengirimkan manusia ke Bulan adalah karena tidak adanya pendanaan. Pemerintah Amerika memang saat ini tengah mengurangi dukungan dana untuk misi luar angkasa NASA.

"Jika kita ingin membeli sesuatu yang baru, roket yang baru, dan peralatan misi yang akan dijalankan, ketimbang harus melakukan hal yang sama berulang-ulang, itu akan membutuhkan banyak uang," ujar Aldrin.





Credit  viva.co.id



Selasa, 15 Mei 2018

NASA Bakal Bawa Helikopter Mini untuk Misi Mars 2020


NASA Bakal Bawa Helikopter Mini untuk Misi Mars 2020
Ilustrasi. (Foto: AFP PHOTO / KARIM SAHIB)


Jakarta, CB -- NASA mengumumkam bahwa misi ke Mars yang akan meluncur pada 2020 akan mengangkut sebuah helikopter kecil. Heikopter ini akan mengobservasi permukaan Mars dari angkasa.

Dengan helikopter, observasi bisa dilakukan lebih cepat ketimbang robot yang berjalan di permukaan Mars. Selain itu, permukaan yang diamati pun lebih luas dan helikopter tak akan tersangkut di pasir seperti rekan robot daratnya.

Tapi ada satu masalah, sulit untuk membuat benda terbang di atmosfer yang tipis seperti Mars. Sehingga, helikopter yang dibuat untuk misi Mars ini berbeda dari yang dibuat di Bumi.






Peneliti NASA perlu membuat helikopter yang lebih ringan dan baling-balingnya mesti berputar lebih cepat.

Mereka merancang helikopter Mars ini dengan mesin yang berputar 10 kali lebih cepat dari helikopter Bumi. Ini berarti putaran baling-baling helikopter di Mars lebih dari 3.000 rpm. Berat helikopter ini pun hanya 1,8 kilogram.

"Badan pesawat [...] kira-kira seukuran bola softball," demikian tertulis pada siaran pers NASA akhir pekan lalu (12/5).

NASA berencana untuk melakukan uji terbang lima kali dalam 30 hari untuk helikopter khusus ini. Untuk permulaan, heli akan diuji untuk terbang setinggi 3 meter dan melayang selama 30 detik, dan turun kembali.

Pada pengujian berikutnya, helikopter akan diterbangkan hingga beberapa ratus meter dengan durasi lebih lama, sekitar 90 detik.

Bergerak Otonom

Helikopter ini akan bergerak otonom, namun akan memiliki sambungan nirkabel dengan robot pengelana untuk saling bertukar data.

Meski demikian, heli ini bukanlah bagian penting dalam misi Mars 2020. Jadi, jika helikopter ini gagal terbang, keseluruhan misi ini masih akan tetap berjalan.



Sebelumnya, Rusia sempat meluncurkan misi untuk menerbangkan balon di atmosfer Venus. Sementara misi helikopter ini akan jadi misi benda terbang bermesin pertama di luar Bumi. Sekaligus jadi kendaraan terbang pertama yang menjelajahi planet lain.

Heli juga dilengkapi dengan panel surya untuk mengisi ulang baterai lithium-ion miliknya. Ia pun dilengkapi perlengkapan untuk menjaga jeroan mesin tetap hangat. Sehingga mesin ini bisa bertahan dari dinginnya suhu malam di Mars.

Mungkin kita akan mendapat pemandangan permukaan Mars dari angkasa ketika misi tersebut sampai di Mars dua tahun mendatang, demikian ditulis The Register. 




Credit  cnnindonesia.com




Minggu, 06 Mei 2018

Robot riset NASA pertama akan pelajari bagian dalam Mars


Robot riset NASA pertama akan pelajari bagian dalam Mars
Tunable Laser Spectrometer, salah satu instrumen analisis sampel Mars pada robot Curiosity milik NASA. ( NASA/JPL-Caltech )



Pangkalan AU Vandenberg, Kalifornia (CB) - Sebuah roket kuat "Atlas 5" siap untuk lepas landas pada Sabtu pagi dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di Kalifornia, membawa robot pendarat NASA pertama yang dirancang sepenuhnya untuk menjelajahi kedalaman bagian dalam Mars.

Robot riset Mars "InSight" akan diluncurkan dari pantai Kalifornia tengah pada pukul 04.05 pagi waktu setempat (pukul 18.05 WIB), menciptakan tontonan fajar berkilauan dari pesawat antariksa antar-planet pertama AS yang akan diluncurkan di atas Pasifik.

Robot antariksa tersebut akan diterbangkan dari NASA dan Laboratorium Tenaga Dorong Jet (JPL) di atas "Atlas 5" yang memiliki dua tahap, bertingkat 19 dari armada "United Launch Alliance," yang merupakan bagian dari kemitraan "Lockheed Martin" dan "Boeing."

Bagian muatan akan dilepaskan sekitar 90 menit setelah peluncuran pada penerbangan 484 juta kilometer menuju Mars, yang nantinya akan mencapai tujuan dalam enam bulan, mendarat di dataran yang luas dan halus dekat dengan ekuator planet yang disebut "Elysium Planitia."

Bagian muatan tersebut akan menempatkan "InSight" kira-kira 600 kilometer dari lokasi pendaratan robot jelajah Mars seukuran monbil pada 2012, "Curiosity."

Robot antariksa seberat 360 kilogram yang baru tersebut menandai eksplorasi Mars ke-21 yang diluncurkan AS, yang bertepatan dengan misi penerbangan "Mariner" pada 1960-an. Hampir dua puluhan misi Mars lainnya telah diluncurkan negara-negara lain.

Setelah terselesaikan, "InSight" bertenaga surya akan menghabiskan dua tahun - sekitar satu tahun Mars - mengukur kedalaman bagian dalam planet untuk petunjuk bagaimana Mars terbentuk dan, dengan ekstensi, asal-usul Bumi serta planet berbatu lainnya.

Instrumen utama "InSight" adalah seismometer buatan Perancis, yang dirancang untuk mendeteksi getaran sedikit saja dari "marsquakes" (gempa Mars) di planet tersebut. Perangkat yang akan ditempatkan di permukaan lengan robot tersebut, bersifat sangat sensitif sehingga dapat mengukur gelombang seismik hanya satu setengah jari-jari atom hidrogen.

Para ilmuwan berharap untuk melihat puluhan hingga 100 gempa Mars selama misi, menghasilkan data untuk membantu mereka menyimpulkan kedalaman, kepadatan dan komposisi inti planet, mantel berbatu yang mengelilinginya serta lapisan terluar, kerak.

Roket riset "Viking" pada pertengahan 1970-an juga dilengkapi dengan seismometer, tetapi mereka melesat ke puncak pendarat, sebuah desain yang terbukti sangat tidak efektif.

Misi "Apollo" ke bulan membawa seismometer ke permukaan bulan juga, mendeteksi ribuan dampak gempa bulan dan meteorit. Tapi "InSight" diharapkan untuk menghasilkan data bermakna pertama pada gempa seismik planet di luar Bumi.

"InSight" juga akan dilengkapi dengan bor buatan Jerman untuk menggali hingga lima meter di bawah tanah, menarik pengamat suhu yang seperti tali di belakangnya untuk mengukur panas yang mengalir dari dalam planet.

Sementara itu, pemancar khusus pada pendarat akan mengirim

sinyal radio kembali ke Bumi, melacak goncangan rotasi halus Mars untuk mengungkapkan ukuran inti planet dan kemungkinan apakah itu tetap cair.

Menumpang di atas roket yang sama yang meluncurkan "InSight" adalah sepasang satelit miniatur bernama "CubeSats," yang akan terbang ke Mars di jalur mereka sendiri di belakang pendarat pada uji ruang angkasa pertama teknologi itu.


Credit  antaranews.com



Selasa, 17 April 2018

Asteroid Besar Baru Terdeteksi Beberapa Jam Sebelum Dekati Bumi


Ilustrasi asteroid. thesun.co.uk
Ilustrasi asteroid. thesun.co.uk

CB, Washington - Astronom menemukan asteroid cukup besar hanya beberapa jam sebelum mendekati Bumi. Asteroid itu terdeteksi hanya berjarak setengah jarak Bumi ke bulan, sekitar 119.500 mil, akhir pekan lalu, sebagaimana dilaporkan Newsweek, 16 April 2018.

Terlihat pertama kali pada hari Sabtu dari Catalina Sky Survey di Arizona, asteroid 2018 GE3 mendekati planet kita sekitar pukul 02:41 ET Minggu, 15 April. Batu angkasa itu melesat melewati Bumi dengan kecepatan 66.000 mil per jam (106.000 km per jam).

Asteroid itu berukuran sedang antara 155 kaki (47 meter) dan 330 kaki (100 meter). Berpotensi lebih besar dari Patung Liberty di New York, asteroid itu mencapai lima kali ukuran meteor Chelyabinsk yang menghantam langit di atas Rusia pada 2013.
Asteroid berukuran sedang itu memiliki potensi untuk menimbulkan kerusakan regional, kata para ahli sebagaimana dikutip Daily Mail.
Setelah mendekati Bumi, batu angkasa itu bergerak lebih dekat ke bulan daripada ke Bumi, semakin dekat pukul 5:59 pagi, kata NASA.
Menurut Earthsky.org, perkiraan diameter GE 2018 adalah 157 hingga 361 kaki. Jika menyeberang ke atmosfer kita, sebagian darinya kemungkinan akan hancur karena gesekan dengan udara. Tetapi beberapa dari asteroid itu mungkin akan berhasil sampai ke permukaan bumi.
Faktor-faktor seperti sudut masuk, kecepatan, komposisi, dan lokasi dampak akan mempengaruhi seberapa besar kerusakan yang dapat disebabkan oleh 2018 GE3 jika berhasil sampai ke bumi.
Asteroid secara konsisten memasuki atmosfer Bumi tanpa ada yang memperhatikan. Pada Februari 2013 sebuah batu angkasa, dengan diameter yang lebih kecil dari 2018 GE3, menembus langit di atas Rusia. Peristiwa itu menyebabkan sekitar 1.500 orang membutuhkan perawatan untuk cedera, yang sebagian besar disebabkan oleh kaca yang beterbangan.

Earthsky.org melaporkan bahwa peristiwa kemarin menandai pertama kalinya dalam hampir 90 tahun asteroid telah datang dengan jarak sedekat itu ke Bumi.




Credit  TEMPO.CO









Kamis, 05 April 2018

Lockheed Martin Raih Kontrak Pesawat Supersonik NASA Rp 3,4 T


Lockheed Martin memenangkan kontrak dari NASA untuk membangun Pesawat-X tanpa ledakan sonik. Kredit: Lockheed Martin/CNET
Lockheed Martin memenangkan kontrak dari NASA untuk membangun Pesawat-X tanpa ledakan sonik. Kredit: Lockheed Martin/CNET

CB, Washington - Badan antariksa dan aeronautika NASA pada hari Selasa, 3 April 2018, memberi Lockheed Martin kontrak US$ 247,5 juta (Rp 3,4 triliun) untuk membangun Low-Boom Flight Demonstrator, Pesawat-X, dengan desain yang meminimalkan ledakan sonik.

Dalam rilisnya pada 3 April, NASA mengatakan Lockheed Martin akan bekerja di bawah kontrak mulai 2 April dan berlangsung hingga 31 Desember 2021.


Pesawat eksperimental itu bakal terbang di ketinggian sekitar 55.000 kaki (16,7 km) dan mencapai kecepatan sekitar 940 mil per jam. Suara yang dihasilkannya, kata NASA, harus berada pada 75 desibel atau "kira-kira sama kerasnya dengan penutupan pintu mobil."
Setelah Lockheed Martin menyelesaikan pekerjaannya, termasuk tes penerbangan, NASA akan menerbangkan pesawat demonstrasi itu ke kota-kota AS yang tidak ditentukan mulai pertengahan 2022.
NASA akan mengumpulkan data tentang "tanggapan masyarakat" terhadap penerbangan Pesawat-X. NASA akan menyampaikan informasi itu kepada regulator di AS dan luar negeri untuk membantu membentuk aturan penerbangan supersonik.
Penerbangan penumpang supersonik pernah hadir selama beberapa dekade. British Airways dan Air France melakukan penerbangan reguler melintasi Atlantik ke AS hingga mereka menghentikan  pesawat Concorde mereka, yang terbang di sekitar Mach 2 (dua kali kecepatan suara), pada tahun 2003. Penerbangan transatlantik itu hanya memakan waktu tiga setengah jam.
"Sangat menarik untuk kembali merancang dan menerbangkan Pesawat-X pada skala ini," kata Jaiwon Shin, administrator untuk aeronautika NASA, dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip CNET.
Beberapa perusahaan swasta juga berbicara tentang kembalinya pesawat penumpang yang lebih cepat dari suara. Sebuah perusahaan bernama Boom Supersonic memiliki target layanan komersial itu dapat dimulai lagi pada 2023. Pada Paris Air Show tahun lalu perusahaan itu mengatakan telah memesan 76 pesawat supersonik dari lima maskapai penerbangan.
Pengembangan Pesawat-X terbaru NASA akan berlangsung di Lockheed Martin Skunk Works yang terkenal di Palmdale, California, yang telah mengembangkan pesawat mata-mata U-2 dan SR-71.
Jika semuanya berhasil, kata NASA, kita bisa melihat ke depan menuju era baru pesawat supersonik yang membawa penumpang dan kargo.





Credit  TEMPO.CO





Ilmuwan NASA Usulkan Mengecat Asteroid yang Mengancam Bumi


Para ilmuwan memperingatkan bahwa NASA tidak bisa menangkal Asteroid Bennu pada 2135. Kredit: NASA/Daily Mail
Para ilmuwan memperingatkan bahwa NASA tidak bisa menangkal Asteroid Bennu pada 2135. Kredit: NASA/Daily Mail

CB, Washington - Seorang ilmuwan senior NASA mengatakan badan antariksa itu dapat menggunakan cat untuk mempertahankan planet kita dari asteroid berbahaya yang mungkin menghapus kehidupan di Bumi, sebagaimana dilaporkan Daily Mail akhir pekan ini.

Baru-baru ini terungkap bahwa batu luar angkasa berbahaya 101955 Bennu, yang lebih besar dari Empire State Building, bisa bertabrakan dengan planet kita pada tahun 2135.


Dr Michael Moreau, seorang ilmuwan untuk misi OSIRIS-REx NASA, yang mengirimkan penyelidik untuk mempelajari batu itu, mengatakan sebuah pesawat ruang angkasa dapat dikirim untuk mengecat Bennu untuk mengalihkannya.
Mengubah warna bagian dari asteroid itu, diklaimnya, akan memaparkannya ke radiasi matahari, yang bisa memanaskan objek itu dan cukup untuk mengubah orbitnya sehingga luput menabrak planet kita.
Berbicara kepada Gizmodo, Dr Moreau mengatakan: "Bahkan hanya mengecat permukaan dengan warna yang berbeda pada sebagian asteroid akan mengubah sifat termal dan mengubah orbitnya."
Bennu adalah obyek berpotensi bahaya yang ditemukan pada tahun 1999 yang berukuran diameter 492 meter (1.614 kaki), menurut perkiraan Nasa.
Ada peluang kecil, sekitar 1 dalam 2,700, bahwa Bennu akan menyerang Bumi pada 2135 berdasarkan jalur orbitnya saat ini, dan beberapa ilmuwan telah menyarankan untuk menghantamnya dengan senjata nuklir untuk menghindari tabrakan yang menghancurkan.
Menurut Dr Moreau, misi untuk melukis asteroid menghadirkan solusi yang jauh lebih sederhana jika Bennu menimbulkan ancaman bagi planet kita dalam 120 tahun mendatang.
Matahari secara konstan melelehkan benda-benda di tata surya dengan partikel-partikel kecil dari radiasi matahari. Karena Bennu lebih kecil dibandingkan dengan planet atau bintang, dengan berat sekitar 13 kali massa Piramida Besar Giza, partikel-partikel ini dapat secara bertahap mengubah orbitnya.
Jika para ilmuwan bisa membuat bagian dari batu ini lebih rentan terhadap radiasi matahari dengan mengecatnya menjadi warna gelap, hal itu diperkirakan akan mengubah jalurnya untuk menghindari hantaman ke Bumi.
Para ilmuwan harus terlebih dahulu mempelajari komposisinya dengan lebih baik dan mengorbit mengelilingi matahari untuk menentukan tindakan terbaik.

Pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx milik NASA akan mempelajari Bennu lebih lanjut ketika mencapai asteroid itu pada bulan Desember, dengan penyelidik itu dijadwalkan kembali ke Bumi dengan berbagai sampel pada tahun 2023.





Credit  TEMPO.CO




Rabu, 04 April 2018

Teleskop Hubble Abadikan Bintang Terjauh Sepanjang Masa


Teleskop Hubble Abadikan Bintang Terjauh Sepanjang Masa
Teleskop Hubble milik NASA berhasil abadikan bintang terjauh sepanjang masa. (Foto: Courtesy NASA, ESA, and P. Kelly/University of Minnesota/HANDOUT via REUTERS)

Jakarta, CB -- Teleskop Hubble mencetak rekor setelah menangkap penampakan sebuah bintang terjauh yang pernah dilihat. Diperkirakan jarak bintang tersebut mencapai 9 miliar tahun cahaya dari Tata Surya.

Bintang tersebut merupakan bintang raksasa berwarna biru yang bernama Icarus. Sebagai bintang individu, Icarus tercatat sebagai yang terjauh yang pernah ditangkap lensa Hubble.

Biasanya, sebuah bintang tak akan bisa ditangkap teleskop saat jaraknya sudah lebih dari 100 juta tahun cahaya. Tapi kasus Icarus ini unik.




"Ini pertama kalinya kami melihat bintang individual yang diperbesar," ujar peneliti dari University of Minnesota Patrick Kelly, yang mengepalai studi ini seperti dilansir situs resmi NASA.

Penemuan Icarus ini tak lepas dari keberuntungan. Lensa Hubble yang mengarah ke bintang itu terbantu oleh gravitasi sebuah gugus galaksi yang super masif sehingga Icarus yang jaraknya sangat jauh itu dapat terlihat oleh teleskop. Proses ini disebut oleh Kelly sebagai gravitational microlensing.

"Kalian bisa menemukan galaksi di luar sana, tapi bintang ini setidaknya 100 kali lebih jauh dari bintang individual yang pernah kami temukan, kecuali dalam ledakan supernova," imbuh Kelly.



Gugus galaksi bernama MACS J1149+223 itu memperbesar wujud Icarus hingga 2.000 kali.

Sebelumnya pada April 2016, sebuah galaksi bernama Gn-Z11 berhasil ditangkap oleh lensa Hubble. Jaraknya yang sekitar 13,4 miliar tahun cahaya menjadikannya galaksi terjauh yang pernah ditemukan oleh Hubble.

Namun galaksi memang relatif lebih mudah ditemukan ketimbang bintang individual seperti Icarus tadi. Pada umumnya bintang tak bisa terjangkau oleh lensa teleskop ketika jaraknya berkisar 100 juta tahun cahaya.




Credit  cnnindonesia.com






Selasa, 05 Desember 2017

NASA Akan Menggali Planet Mars dengan Robot InSight


NASA Akan Menggali Planet Mars dengan Robot InSight
Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA kembali menyiapkan ekspedisi lanjutan mengarungi Planet Mars. Kali ini Nasa menyiapkan robot yang akan membawa misi ke Mars. FOTO/ Doc NASA


NEW YORK - Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA kembali menyiapkan ekspedisi lanjutan mengarungi Planet Mars. Kali ini Nasa menyiapkan robot yang akan membawa misi menggali isi perut permukaan Planet Merah tahun 2018.

Seperti dilansir dari situs resmi NASA,  robot rover terbaru mereka bernama InSight akan meneliti proses pembentukan bebatuan dan komponen alam lain di dalam Mars.

Ilmuwan NASA Bruce Banerdt mengatakan, perubahan interior planet bisa dibilang lebih pasif ketimbang yang ada di Bumi selama 300 miliar tahun terakhir.

“Karena lebih lambat, maka itu kita mesti kulik dan cari paham apakah Mars benar-benar menyimpan bukti yang otentik terkait pembentukan bebatuan yang ada di dalamnya,” kata Bandert

NASA menargetkan peluncuran InSight pada Mei 2018. Untuk saat ini, mereka tengah menyempurnakan beberapa fitur yang masih dikembangkan selama setahun terakhir.

InSight sendiri bakal menjadi robot pertama yang akan langsung terjun ke dalam perut Mars. Ia dibekali dengan berbagai instrumen canggih, seperti seismometer untuk mencatat gelombang seismik, sensor panas untuk bisa menggali isi Mars hingga kedalaman tiga meter, hingga transmisi radio untuk bisa berkomunikasi dengan Bumi.

Sebelumnya, InSight direncanakan akan diluncurkan pada tahun ini. Namun, peluncuran itu ditunda akibat adanya masalah teknis. Salah satunya adalah ada kebocoran pesawat yang merupakan peralatan penting dalam misi ini.

“Tujuan dari InSight sangat menarik. Dari sebab itu NASA dan CNES berencana untuk mengatasi tantangan teknis yang mungkin terjadi,” ujar John Grunsfeld, Associate Administrator NASA.

Rencananya, InSight meluncur dari pada 5 Mei 2018 dan mendarat di Mars  26 November 2018. Jika berhasil, InSight akan menjadi misi kedua sesudah rover Curiosity yang ditujukan untuk mempelajari permukaan Mars. 




Credit  sindonews.com








Kamis, 23 November 2017

Foto NASA Perkirakan Tak Ada Aliran Air di Mars


Foto NASA Perkirakan Tak Ada Aliran Air di Mars Pengamatan terbaru NASA menyebutkan kemungkinan soal keberadaan air di Mars yang kemungkinan besar salah (dok. NASA/Handout via Reuters)



Jakarta, CB -- Dugaan bahwa Mars pernah memiliki air mengalir di permukaannya mulai memudar. Sebuah penelitian terbaru kemungkinan mematahkan anggapan sebelumnya yang menyatakan pernah ada air yang menggenang di permukaan Mars.

Sebab, bukti baru ini menunjukkan bahwa hal yang sebelumnya dikira sebagai aliran air di Mars, kemungkinan terbentuk karena hal lain.

Namun riset ini tak menampik kemungkinan bahwa pernah ada air dan embun di Mars. Namun mereka menduga proses yang berlangsung tak seperti yang selama ini dikira.


Sebelumnya peneliti NASA sempat membuat hipotesis bahwa ada air di kawah Gale dahulu kala. Bukti yang mereka pakai adalah bentuk permukaan berpasir di kawah yang nampak sebagai hasil sedimen air mengalir.


Sebuah riset terbaru yang dirilis di jurnal Nature Geoscience mempertanyakan ulang hipotesis tersebut. Mereka bahkan menduga bentuk permukaan Mars itu tak ada hubungan sama sekali dengan air.

"Analisis topografis menunjukkan bahwa kemiringan terminal lereng yang berulang cocok dengan sudut berhentinya arus benda bergranula tak kohesif yang aktif di bukit-bukit pasir Mars," kata para peneliti dalam jurnal Nature Geoscience.

Dalam kalimat lebih sederhana, permukaan yang dulunya dianggap aliran air sebagai bukti pernah ada air di Mars, kemungkinan besar adalah aliran dari butiran pasir di Mars.

Mars memang adalah planet yang tergolong sangat kering, penuh debu, dan penuh pasir. Pada kondisi paling kering, gerak aliran pasir memang bisa menyerupai gerakan cairan.

Foto resolusi tinggi dari Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA menunjukkan Lereng bagian dalam kawah cukup curam untuk membuat pasir kering menyerupai arus mirip air.

Dugaan ada air di Mars muncul pertama kali ketika wahana antariksa NASA yakni Curiosity menjelajahi gunung yang diberi nama Sharp.

Ditemukannya berbagai jenis dan lapisan sedimen di sana mendorong para peneliti NASA menyimpulkan pernah ada air mengalir di Planet Merah itu, demikian disebutkan BGR.



Credit  cnnindonesia.com





Senin, 23 Oktober 2017

Kemunculan Planet Kesembilan, Tanda Akhir Zaman?


Ilustrasi Planet Nine. Foto: NASA
Ilustrasi Planet Nine. Foto: NASA



Jakarta - NASA baru-baru ini merilis pernyataan bahwa mereka menemukan planet kesembilan dalam sistem tata surya, yang dijuluki Planet Nine. Selain dibahas dari sisi ilmiah, ada pula yang menganggap kemunculan planet tersebut merupakan tanda dari akhir dunia.

"Ini merupakan pesan bagi seluruh manusia yang ada di Bumi bahwa Nibiru sudah muncul," ujar ahli Alkitab Rabbi Matityahu Glazerson, seperti dilansir Express, Senin (23/10/2017).

Nibiru, atau Planet X, diperkirakan merupakan planet berukuran besar dengan orbit yang luas. Beberapa teori beredar bahwa planet tersebut akan berdekatan dengan Bumi dan menyebabkan gravitasi besar, sehingga memicu bencana sangat dahsyat.

Pernyataan tersebut seketika dibantah oleh NASA. "Jika planet tersebut benar-benar ada, jaraknya sangat amat jauh dan akan tetap seperti itu, sehingga tidak mungkin akan menabrak bumi atau menghadirkan kiamat," ujar perwakilan dari NASA.

"Planet Nibiru sendiri tidaklah eksis, sehingga tidak akan ada tabrakan. Cerita soal Nibiru ini sudah ada bertahun-tahun dan kadang-kadang diceritakan ulang ke kisah kiamat yang adalah fiksi," sebut NASA.

Selain membantah pernyataan tersebut, NASA juga mengakui bahwa kemunculan planet kesembilan, yang disebut Planet Nine, dalam tata surya semakin mendekati kenyataan.

"Sejauh ini, tanda-tanda yang muncul masih sekedar jejak-jejak gravitasional, namun hal tersebut menambah kecenderungan pembuktian Planet Nine. Kini, lebih sulit membayangkan tata surya kita tanpa ada Planet Nine ketimbang tidak," katanya menambahkan.





Credit  detik.com





Planet Kesembilan Diduga Bumi Super oleh NASA


Ilustrasi Planet Nine. Foto: NASA

Ilustrasi Planet Nine. Foto: NASA




Jakarta - Setelah melakukan penelitian selama 20 tahun, para peneliti NASA akhirnya punya kemungkinan menjumpai 'Super Earth' di dalam sistem tata surya.

Baru-baru ini, Badan Antariksa Amerika Serikat ini merilis pernyataan bahwa mereka telah menemukan tanda-tanda dari kemunculan planet kesembilan, yang disebut Planet Nine, pada sistem tata surya.

Dalam sebuah laporan yang dibuat pada 2016, peneliti NASA Konstantin Batygin dan Mike Brown menjelaskan tentang enam objek dalam wilayah Sabuk Kuiper di tata surya yang menunjukkan keanehan.

Keenam objek tersebut memiliki orbit elips yang identik dan diduga sebagai pengaruh dari Planet Nine. Orbitnya tidak sesuai dengan orbit obyek lain yang ada di Sabuk Kuiper.
Planet Kesembilan Diduga Bumi Super, Apa Itu?
Foto: NASA

Berdasarkan aktivitas yang dilakukan objek-objek tersebut, para ahli astronomi percaya bahwa Planet Nine merupakan Super Earth, sebuah planet yang memiliki karakteristik mirip Bumi dengan ukuran yang lebih besar.

Hal tersebut didukung dengan fakta bahwa Planet Nine memiliki massa 10 kali lebih besar dari Bumi, namun lebih kecil dari Neptunus, seperti dikutip detikINET dari Futurism, Senin (23/10/2017).

Lokasi Planet Nine 600 kali lebih jauh dibanding jarak Bumi ke pusat tata surya, dengan waktu tempuh mengorbit Matahari dapat 20.000 kali lebih lama dari Bumi yang hanya membutuhkan satu tahun.

Planet tersebut bisa jadi terbentuk dalam sistem tata surya kita selama jutaan tahun dengan jarak yang cukup dekat dengan bumi, namun terlempar keluar atau ditangkap oleh Bintang dalam sistem yang lain.

"Deteksi terhadap posisi Planet Nine akan memberikan kepastian terhadap asal usulnya kepada kita," kata Konstantin Batygin.

Kini, ia bersama Mike Brown tengah menggunakan Teleskop Subaru di Mauna Kea Observatory, Hawaii, untuk melanjutkan pencarian mereka terhadap Planet Nine.

"Teleskop Subaru merupakan alat terbaik untuk mencari sesuatu yang redup dan jauh dalam jangkauan langit yang luas," ujar Konstantin Batygin.

"Semua orang yang marah saat Pluto tidak dikategorikan sebagai planet lagi dapat antusias ketika mereka mengetahui terdapat planet sungguhan di luar sana yang masih bisa ditemui. Kini kita bisa membuat tata surya memiliki sembilan planet lagi," kata Mike Brown, yang berkontribusi besar dalam penyematan status planet kerdil pada Pluto.




Credit  detik.com





Misteri Planet Kesembilan yang Bersembunyi di Tata Surya


Ilustrasi Planet Nine. Foto: NASA
Ilustrasi Planet Nine. Foto: NASA



Jakarta - NASA mengatakan bahwa kemungkinan munculnya planet kesembilan dalam sistem tata surya semakin mendekati kenyataan. Mereka mengklaim telah menyimpan banyak bukti yang semakin memperkuat pernyataan tersebut.

Badan Antariksa Amerika Serikat itu menyebut bahwa bukti-buktinya susah dibantah, misalnya ada pengaruh aneh terhadap Sabuk Kuiper, sebuah wilayah di Tata Surya yang berada di sekitar orbit Neptunus. Menurut NASA, pengaruh aneh itu berasal dari planet tersebut, yang dicurigai 'mengintai' dari kejauhan.

Diperkirakan, planet ini memiliki 10 kali massa Bumi, serta lokasinya 20 kali lebih jauh dibanding jarak antara Matahari dengan Neptunus, yang notabene merupakan planet terluar dalam sistem tata surya. Sehingga disimpulkan kalau suhu di planet tersebut sangat dingin.

Kini, para ahli astronomi perlu membuktikan keberadaan planet yang oleh NASA disebut Planet Nine itu. "Ada lima teori dari bukti hasil observasi yang mengarah pada eksistensi Planet Nine," ujar Konstantin Batygin, astrofisikawan planet dari Caltech yang membawahi penemuan ini.

"Jika kalian mengimajinasikan kalau Planet Nine tidak eksis, maka kalian malah mengumpulkan lebih banyak masalah. Kalian memiliki lima teka-teki berbeda dan harus punya lima teori berbeda untuk menjelaskannya," kata dia

Tanda terkini mengenai kemunculan Planet Nine melibatkan objek dari Sabuk Kuiper yang memiliki arah orbit berkebalikan dengan seluruh benda antariksa yang ada di dalam tata surya.

Pengaruh orbital dari Planet Nine dapat menjelaskan mengapa objek tersebut dapat bertindak aneh di Sabuk Kuiper. Menurut Kosntantin, tidak ada opsi lain untuk menjelaskan keanehan tersebut kecuali eksistensi Planet Nine.

"Planet Nine secara natural memberikan 'kejutan' baru bagi sistem tata surya kita," ia menambahkan, seperti dikutip detikINET dari Mirror, Senin (23/10/2017).

NASA meyakinkan bahwa efek yang ditimbulkan dari Planet Nine tidak dapat diacuhkan, meskipun mereka masih sulit untuk memberikan koordinat pasti terhadap lokasi planet tersebut.

Jika Planet Nine benar-benar ditemukan, bisa jadi planet ini merupakan 'Super Earth' yang dinanti-nanti oleh para ahli astronomi, setelah melakukan penelitian mengenai planet-planet dengan karakteristik yang mirip dengan Bumi, namun ukurannya lebih besar.





Credit  detik.com





Jumat, 13 Oktober 2017

3 Kali Dekati Bumi, Asteroid Seukuran Rumah Masuk Daftar Risiko




3 Kali Dekati Bumi, Asteroid Seukuran Rumah Masuk Daftar Risiko
Asteroid 2012 TC4 akan berada pada titik terdekat dengan Bumi pada 12 Oktober 2017. Kredit: Denver Channel
CB, San Francisco - Sebuah asteroid seukuran rumah akan melintas di ketinggian kurang dari 44.000 km (27.300 mil), atau tepat di atas ketinggian 36.000 km di mana ratusan satelit geosynchronous mengorbit Bumi, besok. Jarak itu merupakan sekitar seperdelapan jarak antara Bumi dan bulan.

Pada orbit 609 hari mengelilingi Matahari, asteroid yang dijuluki TC4 itu akan kembali ke Bumi pada tahun 2050 dan 2079, menurut Rüdiger Jehn dari program Benda Dekat Bumi Badan Antariksa Eropa di Belanda.
"Kami tahu kini bahwa asteroid itu juga tidak akan menabrak bumi pada tahun 2050, namun pendekatan pada tahun 2050 dapat membelokkan asteroid sehingga bisa menabrak bumi pada tahun 2079," katanya.

Dengan kemungkinan satu dalam 750 menabrak planet ini, TC4 terdaftar di nomor 13 pada "daftar risiko" obyek. "Kami perlu melakukan pengamatan yang sangat tepat untuk bisa memprediksi kembalinya tahun 2050," kata Jehn.
Apa yang membuat TC4 spesial adalah bahwa ia telah dipilih untuk menguji sistem peringatan dini asteroid global, yang dipasok oleh jaringan observatorium, universitas dan laboratorium di seluruh dunia.
Pelintasan asteroid ini akan memungkinkan tim mengevaluasi seberapa akurat mereka dalam memprediksi orbit dan ukurannya, sambil menggunakan teleskop untuk mempelajari lebih lanjut tentang komposisinya. "Bagi kami ini adalah kasus uji coba," kata rekan Jehn, Detlef Koschny. "Kami sedang berlatih untuk kasus serius."
Banyak ilmuwan percaya Bumi sekali lagi akan terkena batu ruang angkasa seukuran yang melenyapkan dinosaurus, meski tidak diketahui kapan hal itu akan terjadi. Dan bahkan jika mereka menjadi lebih baik dalam memprediksi sebuah hantaman, hanya ada sedikit hal yang dapat dilakukan untuk saat ini.
Proyek futuristik untuk menangkis atau menghancurkan batuan angkasa yang masuk tidak menghasilkan apa-apa sejauh ini, dan satu-satunya strategi adalah mengevakuasi orang-orang di zona yang berisiko.
TC4 akan melakukan pendekatan terdekatnya ke Bumi sebelum pukul 05.41 GMT pada hari Kamis, di titik selatan Australia, menurut ESA dan NASA.

Asteroid itu tidak akan terlihat dengan mata telanjang atau dengan teropong biasa, "tapi bisa dilihat pada malam 11-12 Oktober sampai sekitar 4.00 pagi dari observatorium Eropa," kata Jehn.




Credit  TEMPO.CO












Rabu, 11 Oktober 2017

NASA Akan Mengubah DNA Astronot untuk Misi ke Mars




NASA Akan Mengubah DNA Astronot untuk Misi ke Mars
Lubang di Planet Mars yang ditangkap MRO's High-Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE Camera). NASA

CB, Washington DC - NASA sedang mencari cara untuk mengubah DNA astronot Mars untuk melindungi mereka dari radiasi.
Badan antariksa AS teresebut merencanakan misi berawak pertamanya di tahun 2030-an, namun ada risiko kanker dan demensia dari partikel yang memisahkan DNA.


Bos teknologi NASA Douglas Terrier mengatakan awak kapal dapat dilindungi dengan medan listrik atau medan elektromagnetik, namun hal itu terasa tidak praktis.
"Kami melihat berbagai hal dari terapi obat hingga modifikasi genetik yang lebih ekstrem. Hal ini memiliki konsekuensi etis sehingga masih dalam tahap pemikiran eksperimental," ujarnya.
NASA juga berharap untuk menjaga agar astronot tetap aman dengan menyelubungi bagian pesawat ruang angkasa di air dan menggunakan bio-engineering untuk menambal sel tubuh pesawat.
Dr Terrier mengatakan pengoperasian  pesawat ruang angkasa sehari-hari akan diserahkan ke kecerdasan buatan (AI) yang mampu mendiagnosis penyakit dan mengarahkan operasi robotik.

Gagasan lain untuk mendongkrak sebuah misi Mars NASA, yang merupakan tema dari film hit The Martian yang dibintangi Matt Damon, memasukkan sebuah koloni di Bulan untuk memuat pesawat ruang angkasa dengan bahan bakar untuk perjalanan sejauh 100 juta mil.




Credit  TEMPO.CO









Kenapa NASA Bikin Rencana Antisipasi Jatuhnya Asteroid?



Kenapa NASA Bikin Rencana Antisipasi Jatuhnya Asteroid?
Ilustrasi asteroid. express.co.uk
CB., California - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) akan mengadakan latihan antisipasi jika asteroid meluncur ke arah bumi. Latihan simulasi ini tak ubahnya latihan kebarakan. "Bedanya, ini adalah asteroid," kata Michael Kelly, peneliti ilmu planet NASA, seperti dikutip dari laman The Inverse, Jumat, 6 Oktober 2017.
Latihan yang akan dilaksanakan selama 17 jam dibuat atas dasar protokol darurat setelah asteroid sebesar rumah yang akan melintasi bumi pada 12 Oktober mendatang aman. "Latihan ini buat jaga-jaga dan menimbulkan aware masyarakat. Butuh bertahun-tahun untuk membentuk masyarakat yang sadar bencana," ujarnya.
Melacak dan menganalisis asteroid bukanlah hal yang baru bagi NASA. Pada Januari 2016, NASA membentuk sebuah divisi baru yang ditugaskan untuk mengikuti benda-benda di dekat bumi ini: Divisi Pertahanan Planet. Butuh waktu dua tahun untuk merencanakan cara terbaik menghadapi ancaman potensial dari antariksa dan merumuskan tanggap darurat yang melibatkan sejumlah agen federal seperti Federal Emergency Management Agency (FEMA) dan juga Gedung Putih.

Namun, ini akan menjadi pertama kalinya NASA bisa mengeksekusi sistem "front end". NASA akan menguji keampuhan komunikasinya dengan jaringan agen dan fasilitas di seluruh dunia melalui serangkaian komando sampai ke Gedung Putih. Meskipun ada banyak pemain yang terlibat di seluruh jaringan, Kelley mengatakan bahwa agensi telah menerima bantuan dalam mensimulasikan situasi real-time.

Ilmuwan memiliki teknologi yang mencakup teleskop jarak jauh, radar inframerah, dan gambar satelit, untuk mendapatkan gambaran sebaik mungkin tentang asteroid seperti apa dan di mana ia menuju jauh sebelum hal itu membuat bumi berada dalam bahaya.
Latihan yang akan datang ini melibatkan komponen yang nyata. Asteroid yang dijuluki TC4 2012 diperkirakan berukuran 30 sampai 100 kaki menyamai meteor yang melanda Chelyabinsk, Rusia pada 2013, yang meledak di udara sehingga menyebabkan kerusakan properti dan luka ringan.
Asteroid minggu depan bisa berada paling dekat 4.200 mil (6.749 kilometer) dari permukaan bumi. Lebih dekat dengan jarak bumi ke bulan sepanjang 239 ribu mil (385 ribu kiloeter.
Peneliti NASA, Lindley Johnson, telah membuat tiga strategi yang mungkin jika NASA harus secara paksa menghentikan asteroid bertabrakan dengan bumi. Namun, agensi tersebut tidak mendekati perkembangan serius atau membangun teknik ini. "Karena bagaimanapun ini hanyalah sebuah 'kampanye pengamatan'," ujarnya.






Credit  TEMPO.CO






NASA Siapkan Sistem Pertahanan Menyambut Asteroid 12 Oktober



NASA Siapkan Sistem Pertahanan Menyambut Asteroid 12 Oktober
Ilustrasi asteroid. Kredit: PA/AOL
CB - San Francisco - Kedatangan asteroid 2012 TC4 yang akan mendekati bumi pada 12 Oktober nanti akan dimanfaatkan NASA sebagai kesempatan untuk menguji sistem pertahanan Bumi.


Asteroid itu berukuran sekitar 30 sampai 100 kaki (9 sampai 30 meter) atau sebesar rumah dan melaju dengan kecepatan sekitar 30.000 mph (14 kilometer per detik).
Jika sebuah asteroid dengan ukuran ini memasuki atmosfer kita, efeknya akan serupa dengan meteor Chelyabinsk, yang meledak dalam ledakan udara di Oblast Chelyabinsk, Rusia, pada bulan Februari 2013.

Menurut laporan The Mirror, ilmuwan NASA berencana untuk menggunakan kedatangan asteroid 2012 TC4 sebagai kesempatan untuk menguji sistem pertahanan planet mereka, dan ini berkaitan untuk persiapan ancaman asteroid yang sebenarnya.
“Para ilmuwan selalu menghargai pemahaman kapan sebuah asteroid akan mendekati Bumi. Ini karena mereka dapat melakukan persiapan mengumpulkan data untuk mengkarakterisasikan dan mempelajarinya sebanyak mungkin,” kata ilmuwan program NASA, Michael Kelley.
Kelley juga mengatakan bahwa untuk kesempatan kali ini para ilmuwan menggunakan kedatangan asteroid ini untuk menguji jaringan deteksi dan pelacakan asteroid di seluruh dunia. "Para ilmuwan berupaya menilai kemampuan mereka untuk bekerja sama dalam menanggapi temuan ancaman asteroid potensial yang sesungguhnya," tambahnya.
Sementara tujuan utama Kantor Koordinasi Pertahanan Planet NASA adalah untuk melacak asteroid dan komet yang berpotensi berbahaya. Badan Antariksa AS itu juga menerapkan langkah-langkah untuk menangkis batuan ruang angkasa yang ditemukan berada dalam jalur tumbukan dengan Bumi.
Lembaga ini mengembangkan jenis pesawat ruang angkasa khusus yang disebut DART (Double Asteroid Redirection Test), seukuran lemari es dan dapat dilepaskan ke sebuah asteroid dengan kekuatan yang cukup untuk mengubah lintasannya.
NASA telah berencana untuk menguji DART pada sepasang asteroid bernama Didymos A dan B, yang dijadwalkan akan mendekati bumi pada Oktober 2022.


Dengan menggunakan sistem penargetan on-board, DART akan terbang sendiri ke Didymos B dan menghancurkannya pada kecepatan 3,7 mil per detik atau (21.436 kilometer per jam). Secara teoritis, dampaknya akan mengubah kecepatan dan arah asteroid bergeser jauh dari bumi.






Credit  Tempo.co