Tampilkan postingan dengan label LIBYA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LIBYA. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 April 2019

Desakan PBB Terkait Konflik Internal Libya Terganjal Rusia


Desakan PBB Terkait Konflik Internal Libya Terganjal Rusia
Ilustrasi rapat Dewan Keamanan PBB. (REUTERS/Andrew Kelly)



Jakarta, CB -- Upaya yang ditempuh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mencegah perang saudara di Libya terganjal. Penyebabnya adalah Rusia tidak sepakat dengan desakan DK PBB kepada pasukan loyalis Jenderal Khalifa Haftar untuk menghentikan penyerbuan ke Kota Tripoli.

Seperti dilansir AFP, Senin (8/4), Rusia berkeras menolak pernyataan desakan DK PBB terkait konflik Libya. Sebab menurut mereka, seharusnya seruan itu ditujukan kepada kedua belah pihak yang sedang bertikai.

Penolakan Rusia atas pernyataan DK PBB soal Libya dianggap berat sebelah karena mereka mendukung Haftar, selain Uni Emirat Arab dan Mesir.


Di samping itu, Rusia menuduh Amerika Serikat mengubah usulan desakan DK PBB. Usulan Inggris juga ditolak Rusia.


Akhirnya, DK PBB menerbitkan pernyataan mendesak pasukan Haftar menghentikan serangan, dan seluruh pasukan tidak memancing pertikaian.

DK PBB juga meminta semua pihak yang hendak merusak perdamaian Libya supaya segera ditahan. Mereka juga meminta semua faksi politik di Libya mendukung konferensi nasional untuk menentukan pemilihan umum.

Pertempuran sengit terjadi sejak Minggu (7/4) pekan lalu. Misi PBB untuk Libya (UNSMIL) meminta kedua pasukan melakukan gencatan senjata demi kemanusiaan, pada pukul 16.00 sampai 18.00 waktu setempat.

Haftar yang merupakan panglima Pasukan Nasional Libya (LNA), mengirim serdadunya untuk menguasai Tripoli. Haftar yang mendukung pemerintah tandingan di Benghazi menyerang pemerintah yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).


Pemerintah Libya yang didukung PBB (GNA) membalas penyerbuan pasukan Haftar. Menurut juru bicara pasukan GNA, Kolonel Mohamed Gnounou, bertujuan menumpas pasukan liar dan yang menyerang kota-kota Libya.

Sejak pasukan pemberontak yang didukung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berhasil menumbangkan Muammar Khadafi pada 2011, pemerintah Libya justru kacau balau. Haftar yang mempunyai pasukan menguasai wilayah timur dengan pusat pemerintahan di Benghazi.

Sejumlah persenjataan pasukan Libya di masa mendiang Khadafi juga dicuri dan dijual di pasar gelap.

Pemerintahan Perdana Menteri Fayez al-Sarraj pun tidak efektif. Sebab, dia tidak mampu menjaga wilayahnya karena sejumlah suku mempersenjatai diri dan menguasai ladang-ladang minyak. Di samping itu beberapa kelompok bersenjata saling serang memperebutkan banyak hal.

Karena konflik terus-terusan terjadi, juga menjadi lahan subur kelompok bersenjata dan persembunyian teroris seperti ISIS, Libya dianggap sebagai negara gagal (failed state).

Sebelum pecah pertempuran, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sudah berupaya membujuk Haftar supaya mengurungkan niatnya menyerbu Tripoli. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil.




Credit  cnnindonesia.com





Uni Eropa serukan gencatan senjata di Libya


Uni Eropa serukan gencatan senjata di Libya

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini pada Senin menyerukan gencatan senjata di Libya dan kembali ke perundingan politik saat pertempuran antar faksi yang bermusuhan kian memanas.



Luksemburg (CB) - Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini pada Senin menyerukan gencatan senjata di Libya dan kembali ke perundingan politik saat pertempuran antar faksi yang bermusuhan kian memanas.

Mogherini, yang memimpin rapat para menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg, mengatakan pesan Eropa harus "menerapkan secara penuh gencatan senjata demi kemanusiaan ... dan untuk menghindari aksi militer dan eskalasi lebih lanjut serta kembali ke jalur politik."

Mogherini, yang juga berbicara dengan utusan khusus PBB untuk Libya, Ghassan Salame pada Senin pagi, menuturkan bahwa para menteri Uni Eropa bersatu menyuarakan seruan G7 bagi komandan militer Libya Khalifa Haftar agar berhenti menuju Tripoli.

Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Haftar mengatakan pada Jumat, bahwa pasukannya bergerak menuju pinggiran selatan Tripoli dan merebut bekas bandara internasional mereka, dengan mengancam pemerintahan yang diakui internasional yang bermarkas di Tripoli.

Serangan oleh LNA, yang bersekutu dengan pemerintahan pararel yang berbasis di kota timur utama Benghazi, mengintensifkan perebutan kekuasaan yang telah memecah negara penghasil minyak tersebut sejak tergulingnya Muammar Gaddafi pada 2011.

"Kita harus berupaya melakukan apapun guna menghentikan operasi militer, sehingga tidak terjadi perang sipil di Libya," kata Menteri Luar Negeri Luxemburg, Jean Asselborn kepada awak media.




Credit  antaranews.com



Konflik Libya, AS Pindahkan Sementara Pasukan


Konflik Libya, AS Pindahkan Sementara Pasukan
Ilustrasi prajurit Amerika Serikat. (Delil SOULEIMAN / AFP)



Jakarta, CB -- Amerika Serikat memutuskan memindahkan sejumlah pasukan mereka di Libya. Hal itu terjadi karena pasukan dua pemerintah yang saling berseberangan di negara itu bertempur di Tripoli.

"Situasi keamanan di Libya semakin rumit dan sulit diperkirakan," kata Komandan Komando Afrika AS (AFRICOM), Jenderal Marinir Thomas Waldhauser, seperti dilansir CNN, Senin (8/4).

Juru Bicara AFRICOM, Kolonel Chris Karns, menyatakan pasukan AS saat ini dievakuasi ke lokasi rahasia. Namun, dia menjamin hal itu tidak mengganggu kemampuan mereka untuk menanggapi ancaman dan sasaran.


"Untuk alasan keamanan, saya tidak akan memberitahu ke mana pasukan ini berpindah. Ini penting supaya kelompok bersenjata tidak tahu keberadaan kami, tetapi kami menggunakan seluruh sumber daya secara efisien," kata Karns.


Panglima Angkatan Bersenjata Pasukan Nasional Libya (LNA), Jenderal Khalifa Haftar, mengirim pasukannya mencoba menguasai Tripoli. Haftar yang mendukung pemerintah tandingan di Benghazi menyerang pemerintah yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pertempuran sengit terjadi sejak Minggu (7/4) pekan lalu. Misi PBB untuk Libya (UNSMIL) meminta kedua pasukan melakukan gencatan senjata demi kemanusiaan, pada pukul 16.00 sampai 18.00 waktu setempat.

Pemerintah Libya yang didukung PBB (GNA) membalas penyerbuan pasukan Haftar. Menurut juru bicara pasukan GNA, Kolonel Mohamed Gnounou, bertujuan menumpas pasukan liar dan yang menyerang kota-kota Libya.

Sejak pasukan pemberontak yang didukung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berhasil menumbangkan Moamar Khadafi pada 2011, pemerintah Libya justru kacau balau. Haftar yang mempunyai pasukan menguasai wilayah timur dengan pusat pemerintahan di Benghazi.


Sejumlah persenjataan pasukan Libya di masa mendiang Khadafi juga dicuri dan dijual di pasar gelap.

Pemerintahan Perdana Menteri Fayez al-Sarraj pun tidak efektif. Sebab, dia tidak mampu menjaga wilayahnya karena sejumlah suku mempersenjatai diri dan menguasai ladang-ladang minyak, dan beberapa kelompok bersenjata malah saling serang memperebutkan banyak hal.

PBB hanya mengakui pemerintah Libya di Tripoli. Sedangkan faksi lain membentuk pemerintah tandingan di Benghazi. Karena konflik terus-terusan terjadi, juga menjadi lahan subur kelompok bersenjata dan persembunyian teroris seperti ISIS, Libya dianggap sebagai negara gagal (failed state).

Sebelum pecah pertempuran, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sudah berupaya membujuk Haftar supaya mengurungkan niatnya menyerbu Tripoli. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil.


Konflik ini bisa membuat arus pengungsi dari Libya bisa bertambah.





Credit  cnnindonesia.com




Pasukan Dua Pemerintah di Libya Saling Serang di Tripoli


Pasukan Dua Pemerintah di Libya Saling Serang di Tripoli
Ilustrasi pasukan Libya. (REUTERS/Hani Amara)




Jakarta, CB -- Pertikaian dua poros politik di Libya sampai saat ini menelan 32 korban meninggal dan 50 orang luka-luka. Jumlah korban masih ada kemungkinan bisa bertambah karena pertempuran masih berlangsung dan bisa mengarah kepada perang sipil.

Seperti dilansir AFP, Senin (8/4), pertempuran sengit terjadi antara pasukan Panglima Khalifa Haftar yang mendukung pemerintah Libya di Benghazi dengan prajurit pro pemerintah yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (GNA) di Tripoli.

Haftar menyatakan 14 pasukannya meninggal dalam pertempuran itu. Kedua angkatan bersenjata juga melakukan serangan udara.


Haftar mencoba menguasai Tripoli dengan mengerahkan pasukan sejak Kamis pekan lalu. Karena hal itu, pasukan pro GNA menggelar operasi Gunung Api Amarah.

Menurut juru bicara pasukan GNA, Kolonel Mohamed Gnounou, bertujuan menumpas pasukan liar dan yang menyerang kota-kota Libya.

Sejak pasukan pemberontak yang didukung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berhasil menumbangkan Moamar Khadafi pada 2011, pemerintah Libya justru kacau balau. Sejumlah suku mempersenjatai diri dan menguasai ladang-ladang minyak, dan beberapa kelompok bersenjata malah saling serang.

PBB hanya mengakui pemerintah Libya di Tripoli. Sedangkan faksi lain membentuk pemerintah tandingan di Benghazi. Karena konflik terus-terusan terjadi, juga menjadi lahan subur kelompok bersenjata dan persembunyian teroris, Libya dianggap sebagai negara gagal (failed state).

Sejumlah persenjataan pasukan Libya di masa mendiang Khadafi juga dicuri dan dijual di pasar gelap. Sekelumit situasi kekacauan di Libya digambarkan dalam film garapan sutradara Michael Bay berjudul '13 Hours: Secret Soldiers of Benghazi'.

Film itu mengisahkan tentang sejumlah anggota keamanan yang disewa Agensi Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA), yang berjuang mempertahankan diri dari serangan kelompok bersenjata. Mereka bertempur saat kelompok bersenjata menyerang konsulat AS di Benghazi, mengakibatkan Duta Besar AS, J. Christopher Stevens, dan staf teknologi informasi Kementerian Luar Negeri, Sean Smith, meninggal.




Credit  cnnindonesia.com




Senin, 08 April 2019

Pasukan Pemerintah Libya Siapkan Serangan Balik



Pandangan udara menunjukkan kendaraan militer di jalan di Libya, 4 April 2019.[TV Reuters/REUTERS]
Pandangan udara menunjukkan kendaraan militer di jalan di Libya, 4 April 2019.[TV Reuters/REUTERS]

CBTripoli -- Pasukan pemerintah Libya yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB mengumumkan serangan balik terhadap pasukan Jenderal Khalifa Haftar, untuk mengamankan ibu kota Tripoli.

Kolonel Mohamed Gnounou mengatakan serangan balik dengan nama “Gunung Murka” ini ditujukan untuk menghentikan semua serangan agresi terhadap Tripoli oleh pasukan ilegal pimpinan Haftar.
Kepala pemerintahan Libya, yang didukung PBB, juga menuding Haftar sebagai pengkhianat karena menyerang Tripoli.
“Kami telah mengulurkan tangan untuk perdamaian. Tapi setelah agresi yang dilakukan pasukan Haftar dan deklarasi perang terhadap kota dan ibu kota kami, dia akan menghadapi kekuatan dan keteguhan pasukan kami,” kata Fayez al-Sarraj, yang merupakan kepala pemerintahan Kesepakatan Nasional dukungan PBB seperti dilansir Al Jazeera pada Ahad, 7 April 2019.

Pejabat PBB melansir Al-Sarraj dan Haftar menggelar pertemuan di Abu Dhabi pada akhir Februari 2019, yang merupakan pertemuan lanjutan setelah November 2018. Keduanya bersepakat perlunya digelar pemilihan umum.
“Saat itu, keduanya juga menyepakati cara-cara untuk menjaga stabilitas negara dan kesatuan institusinya,” cuit pejabat misi PBB di Libya lewat Twitter pasca pertemuan Abu Dhabi.
Pasukan dari Government of National Accord atau GNA, yang didukung PBB, melancarkan serangan udara terhadap agresi pasukan Libyan National Army atau LNA pimpinan Haftar sekitar 50 kilometer di sebelah selatan dari Tripoli pada Sabtu akhir pekan lalu.

Secara terpisah, pemerintah Amerika Serikat meminta pasukan Haftar untuk menghentikan serangan terhadap Tripoli.
“Serangan militer sepihak terhadap Tripoli membahayakan warga sipil dan melemahkan prospek untuk masa depan lebih baik bagi semua warga Libya,” kata Pompeo seperti dilansir Al Jazzera pada Senin, 8 April 2019.

Jenderal Khalifa Haftar dari Kota Benghazi, bekas anak buah pemimpin Libya, Moammar Gaddafi. Middle East Monitor


Pompeo mendesak semua pihak untuk melakukan deeskalasi konflik dengan mengatakan tidak ada solusi militer terhadap kondisi di Libya. Semua pihak agar kembali ke meja perundingan.

“Kami telah menegaskan bahwa kami menolak serangan militer oleh pasukan Khalifa Haftar dan mendesak serangan militer terhadap Tripoli Libya segera diakhiri,” kata Pompeo.





Credit  tempo.co




Amerika Menolak Serangan Terhadap Tripoli Libya




Pasukan keamanan berjaga di sekitar gedung kementerian luar negeri Libya setelah penyerang bom bunuh diri di Tripoli, Libya 25 Desember 2018. REUTERS/Hani Amara
Pasukan keamanan berjaga di sekitar gedung kementerian luar negeri Libya setelah penyerang bom bunuh diri di Tripoli, Libya 25 Desember 2018. REUTERS/Hani Amara

CB, Washington – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo meminta semua pihak menahan diri dan melakukan deeskalasi ketegangan di Libya khususnya ibu kota Tripoli.

Pernyataan Pompeo ini keluar terkait serangan pasukan Jenderal Khalifa Haftar ke Tripoli, yang telah menewaskan sebelas warga dan 23 orang lainnya terluka.
Sebanyak total 35 orang termasuk tentara telah tewas dari kedua pihak pasca pasukan Haftar melancarkan serangan empat hari lalu.

“Serangan militer sepihak terhadap Tripoli membahayakan warga sipil dan melemahkan prospek untuk masa depan lebih baik bagi semua warga Libya,” kata Pompeo seperti dilansir Al Jazzera pada Senin, 8 April 2019.
Pompeo mendesak semua pihak untuk melakukan deeskalasi konflik dengan mengatakan tidak ada solusi militer terhadap kondisi di Libya. Semua pihak agar kembali ke meja perundingan.
“Kami telah menegaskan bahwa kami menolak serangan militer oleh pasukan Khalifa Haftar dan mendesak serangan militer terhadap Tripoli segera diakhiri,” kata Pompeo.

Secara terpisah, militer Amerika Serikat menarik psukan dari Libya pada Ahad, 7 April 2019 di tengah meningkatnya perang di sana.
“Kondisi keamanan di Libya semakin kompleks dan tidak bisa diprediksi,” kata Jenderal Korps Marinir, Thomas Waldhauser, yang menjadi komandan pasukan AS di Afrika, seperti dilansir CNN pada Ahad, 7 April 2019.
Menurut dia, pasukan AS mengalami penyesuaian dan akan terus mendukung strategi AS di Libya. Selama ini, pasukan AS bertugas menjaga misi diplomasi, kontra-terorisme, dan keamanan regional.
Kolonel Chris Karns, juru bicara komando AS di Afrika, mengatakan perubahan posisi pasukan AS tidak berdampak pada kemampuan pasukan merespon ancaman dan target.

“Saya tidak akan menunjukkan kemana pasukan ini akan dipindahkan untuk alasan keamanan,” kata Karns.  Saat ini, pasukan AS masih berperang dengan simpatisan pasukan ISIS di sana.
Saat ini, kondisi keamanan di Libya memburuk pasca serangan oleh pasukan Jenderal Khalifa Haftar, yang berupaya menguasai ibu kota Tripoli.
Pada Ahad, pasukan yang disebut Libyan National Army telah meluncurkan serangan udara untuk menyerang pasukan pemerintah Libya yang didukung PBB di Tripoli bagian selatan.

Jenderal Khalifa Haftar dari Kota Benghazi, bekas anak buah pemimpin Libya, Moammar Gaddafi. Middle East Monitor


Misi PBB ke Libya atau UNSMIL meminta adanya gencatan kemanusiaan untuk kemanusiaan dari pukul 4 – 6 sore pada Ahad kemarin di sebelas selatan ibu kota Tripoli. Ini untuk memungkinkan pasukan ambulance mengevakuasi warga sipil yang terluka.

Selama delapan tahun sejak jatuhnya pemimpin otoriter Libya, Moammar Gaddafi, Haftar merupakan beberapa orang yang mengambil keuntungan dari kekacauan yang terjadi di sana.
Selama ini, Haftar berbasis di Kota Benghazi, yang menguasai Libya bagian timur. Dia sekarang berusaha menguasai Tripoli.




Credit  tempo.co





Situasi Berbahaya, AS Perintahkan Pasukannya Tinggalkan Libya



Situasi Berbahaya, AS Perintahkan Pasukannya Tinggalkan Libya
Para milisi pemberontak di Libya saat beroperasi dengan senjatanya. Foto/REUTERS/ Zohra Bensemra/File Photo


WASHINGTON - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau Pentagon memerintahkan pasukannya untuk meninggalkan Libya. Alasannya, situasi di negara itu terlalu berbahaya bagi keamanan tentara Amerika jika tetap bertahan di sana.

Pasukan Amerika dikerahkan di negara Afrika itu dengan misi menciptakan kestabilan. Namun, Libya saat ini berubah menjadi zona pertempuran bebas untuk semua pihak.

Komando Afrika AS (AFRICOM) mengumumkan pada hari Minggu bahwa pihaknya sedang menarik kontingen kecil yang dikerahkan di Libya sejak beberapa tahun yang lalu. Menurut AFRICOM, keberadaan pasukan Amerika di sana untuk membantu serangan udara terhadap pasukan yang loyal kepada kelompok teroris Islamic State atau ISIS.

Langkah penarikan pasukan Amerika ini dilakukan sebagai respons terhadap eskalasi kekerasan terbaru di Libya.

"Karena meningkatnya kerusuhan di Libya, sebuah kontingen pasukan AS yang mendukung Komando Afrika AS sementara dipindahkan sebagai tanggapan terhadap kondisi keamanan di lapangan," kata AFRICOM dalam sebuah pernyataan, yang dikutip Senin (8/4/2019).

"Kami akan terus memantau kondisi di lapangan dan menilai kelayakan untuk kehadiran militer AS yang diperbarui, sebagaimana layaknya," imbuh juru bicara AFRICOM Nate Herring.

Libya menjadi negara kacau sejak pemberontakan militan yang didukung NATO menggulingkan Muammar Gaddafi pada 2011. Pesawat tempur Inggris dan Prancis terlibat dalam sebagian besar pemboman di negara itu. Sedangkan AS berkontribusi pada pengumpulan data intelijen dan pengisian bahan bakar udara.

Saat ini ada dua pemerintah utama yang bersaing di Libya. Pertama, Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui oleh PBB dan berbasis di Ibu Kota Linya. Kedua atau rivalnya adalah Pemerintah Nasional Libya (LNA) yang berkuasa kota timur Tobruk. 

Jenderal Khalifa Haftar, seorang komandan militer Libya, adalah pemimpin pasukan LNA. Dia telah memerintahkan pasukannya untuk melancarkan operasi militer di sekitar Tripoli dengan alasan membasmi teroris dan ekstrimis. Pemerintah di Tripoli memang disokong sejumlah kelompok militan.

Pasukan LNA dilaporkan telah mengambil kendali atas beberapa daerah di sekitar ibu kota, seperti Bandara Internasional Tripoli yang sudah mati. Namun, mereka belum bergerak ke arah pusat kota. 



Credit  sindonews.com




Serangan Udara ke Arah Tripoli, PBB Serukan Gencatan Senjata




Sekjen PBB Antonio Guterres menemui pemimpin Pasukan Nasional Libya (LNA), Jenderal Khalifa Haftar. REUTERS
Sekjen PBB Antonio Guterres menemui pemimpin Pasukan Nasional Libya (LNA), Jenderal Khalifa Haftar. REUTERS

CB, Jakarta - Pasukan di wilayah timur Libya yang didukung pasukan jenderal Khalifa Haftar melancarkan serangan udara di ke arah selatan Tripoli hari Minggu, 7 April 2019. Serangan udara yang ditujukan untuk menguasai Tripoli, ibu kota Libya yang diakui masyarakat internasional, terjadi saat PBB menyerukan gencatan senjata.
Serangan bertubi-tubi dari arah timur dan selatan oleh pasukan Haftar untuk menguasai Tripoli berlangsung sejak pekan lalu.

Situasi yang semakin mengkhawatirkan keselamatan warga sipil membuat Misi PBB di Libya, UNSMIL  menyerukan gencatan senjata selama 2 jam untuk mengevakuasi warga sipil dan yang terluka.
Memburuknya situasi juga ditandai dengan evakuasi pasukan AS yang mendukung pasukan Komando Afrika AS di Libya demi alasan keamanan.
Pasukan sekutu pemerintah Tripoli mengumumkan operasi militer yang diberi nama Volcano of Anger untuk melindungi Tripoli, menurut laporan seorang juru bicara pemerintah.

Kelompok-kelompok bersenjata sekutu pemerintah Tripoli telah memindahkan perlengkapan perang mereka ke Tripoli untuk bersiap menghadapi pasukan Haftar.
Serangan bertubi-tubi pasukan Haftar untuk menguasai Tripoli telah mengagetkan PBB yang sedang merancang kesepakatan tentang peta jalan pemilu yang bertujuan menyelesaikan ketidastabilan situasi di Libya, menetapkan lokasi sementara para pengungsi dan imigran yang melintasi Sahara dan Laut Mediterania ke arah utara menuju Eropa.




Credit  tempo.co



Eks Presiden Afrika Selatan Sembunyikan Uang Gaddafi Rp 423,5 M?



Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma (kanan) berjabat tangan dengan Gaddafi pada saat kedatangannya di Tripoli, Libya, 10 April 2011. Ntswe Mokoena
Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma (kanan) berjabat tangan dengan Gaddafi pada saat kedatangannya di Tripoli, Libya, 10 April 2011. Ntswe Mokoena

CB, Jakarta - Mantan presiden Afrika Selatan Jacob Zuma disebut-sebut telah menyembunyikan ke luar negeri uang milik Muammar Gaddafi senilai US$ 30 juta atau setara dengan Rp 423,5 miliar.
Mengutip The South African.com, Minggu, 7 April 2019, Gaddafi sebelum tewas dibunuh pada 20 Oktober 2011 menitipkan uang itu kepada Zuma. Zuma dikabarkan menyimpan uang Gaddafi di bunker di wisma Nkandla yang berhalaman luas.

Uang ini bagian dari miliaran uang Gaddafi yang hilang dan uang itu telah disimpan di berbagai tempat persembunyian selama beberapa tahun. Sebagian uang milik Libya juga dilaporkan disembuyikan di Pretoria dan Johannesburg dalam satu dekade ini.

Zuma diduga belakangan menyembunyikan uang itu di luar negeri.
Dilansir dari news24.com, militer Libya telah meminta presiden Cyril Ramaphosa yang menggantikan Zuma untuk membantu membawa pulang uang Gaddafi yang diyakini saat ini berada di tangan Raja Mswati III di Eswatini, dulu negara ini bernama Swaziland.
Raja Mswati III  memang telah menjelaskan kepada Ramaphosa bahwa uang senilai US$ 30 juta ada padanya. Penjelasan itu disampaikan saat keduanya bertemu di bandara internasional Tambo.
Laporan tentang Zuma telah menyimpan uang Gaddafi dan memindahkannya ke Eswatini pertama kali dipublikasi oleh the Sunday Times. Zuma dilaporkan secara diam-diam memindahkan uang Gaddafi yang disimpan di wisma Nkandla ke Eswatini awal tahun ini.
Menurut sumber Sunday Times, Zuma berkunjung ke Libya pada tahun 2011 didampingi Menteri Intelijen Siyabonga Cwele untuk menawarkan Gaddafi tempat aman menyimpan harta kekayaannya di Afrika Selatan saat pasukan pemberontak semakin mendekat untuk membunuhnya.

Gaddafi memberikan uang tunai kepada Zuma. Dia kemudian menitip pesan, jika dirinya tertangkap, Zuma harus mendapatkan seorang pengacara yang baik untuk membantunya di Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.
Juru bicara Ramaphosa, Khusela Diko membenarkan bahwa presiden Afrika Selatan telah berkunjung ke Eswatini Maret lalu. Namun tidak ada penjelasan resmi apakah kunjungan itu terkait dengan uang Gaddafi yang disembunyikan Zuma.
Dua tahun setelah kematian Gaddafi, Jacob Zuma di hadapan Majelis Nasional menyatakan selama 42 tahun sebagai presiden dirinya tidak mengetahui tentang miliaran dollar uang Gaddafi dan keluarganya disimpan di Afrika Selatan.



Credit  tempo.co



Dunia Serukan Jenderal Khalifa Haftar Hentikan Perang di Libya



Khalifa Haftar, dianggap orang yang dapat mempersatukan Libya. [Reuters]
Khalifa Haftar, dianggap orang yang dapat mempersatukan Libya. [Reuters]

CB, Jakarta - Para pemimpin dunia bersama sejumlah organisasi HAM menyerukan agar pasukan yang setia kepada Tentara Nasional Libya yang dipimpin jenderal Khalifa Haftar untuk menghentikan pertempuran dan rencananya menguasai Tripoli, ibu kota Libya.
Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat, 5 April 2019 telah memerintahkan Haftar untuk menghentikan serangan ke Tripoli karena dikhawatirkan akan menimbulkan perang sipil.

"Anggota Dewan Keamanan menyampaikan kekhawatiran yang mendalam terhadap aktivitas militer dekat Tripoli, yang berisiko pada stabilitas Libya dan prospek mediasi PBB dan penyelesaian politik yang komprehensif pada krisis ini," kata Duta Besar Jerman untuk PBB, Christoph Heusgen kepada wartawan, seperti dikutip dari Deutsche Welle.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui akun Twitter mengatakan, dirinya meninggalkan Libya dengan hati berat dan sangat khawatir.
"Saya berharap ada kemungkinan untuk menghindari konfrontasi berdarah di dalam dan di sekitar Tripoli.
Guterres menegaskan, PBB memfasilitasi penyelesaian politik dan apapun yang terjadi, PBB mendukung rakyat Libya.

Guterres berkunjung ke Tripoli pada hari Jumat, 5 April 2019 untuk mempersiapkan pemilu di Libya. Guterres juga berkunjung ke kota Tobruk untuk bertemu ketua parlemen Libya.
Guterres kemudian bertemu Haftar di Benghazi untuk menghindari konfrontasi berdarah di Tripoli.
Menurut utusan PBB Ghassan Salame ke Dewan Keamanan PBB d, Haftar membuat pernyataan jelas kepada Guterres bahwa dirinya tidak bermaksud melanjutkan serangan ke Tripoli.

Para pemimpin G-7 bersuara bulat untuk menyerukan kembali permintaan PBB agar Haftar menghentikan seluruh gerakan militernya karena membuat instabilitas di Libya.
Human Rights Watch menyerukan agar semua pihak untuk tetap tenang dan meminimalkan bahaya terhadap warga sipil.
"Semua pihak yang terlibat dalam pertempuan di ibu kota Libya, harus mengambil semua langkah yang perlu untuk mengurangi bahaya kepada warga sipil dan mematuhi hukum perang," ujar Human Rights Watch.






Credit  tempo.co




Eks Jenderal Gaddafi Kuasai Bandara, Libya Terancam Perang Sipil




Pasukan loyalis pemerintah Libya dukungan PBB tiba di pinggiran ibu kota Tripoli.[Sky News]
Pasukan loyalis pemerintah Libya dukungan PBB tiba di pinggiran ibu kota Tripoli.[Sky News]

CB, Jakarta - Pasukan loyalis Jenderal Khalifa Haftar mengklaim telah merebut bandara utama Libya di Tripoli, dua hari setelah perintah menyerang pemerintahan Libya yang didukung PBB.
Melalui pernyataan online pasukan Haftar seperti dikutip dari Sky News, 7 April 2019, mereka mengklaim telah mengambil alih bandara internasional Tripoli dan mengamankan fasilitasnya.

"Kami berdiri di jantung bandara internasional Tripoli," menurut unggahan foto pasukan Haftar.

Serangan meningkat ketika PBB hendak menggelar konferensi untuk memastikan pemilu digelar tepat waktu.

Pandangan udara menunjukkan kendaraan militer di jalan di Libya, 4 April 2019.[TV Reuters/REUTERS]
Setelah kejatuhan Gaddafi, Libya dipimpin oleh dua pemerintahan, yang pertama pemerintahan yang didukung oleh PBB yang dipimpin Fayez Al Sarraj, dan di timur yang dipimpin oleh Haftar. Keduanya sama-sama didukung oleh militer dan milisi.
Meskipun dikuasai, bandara Tripoli tidak terlalu berfungsi sejak hancur pada pertempuran 2014.
Selain menyerbu bandara, tentara Haftar juga merebut Wasi el Rabeia di selatan Tripoli.
Juru bicara Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Haftar, Ahmed Al Mesmari mengatakan, 14 tentara tewas sejak serangan diumumkan.
Dia mengklaim militer Fayez mengerahkan empat serangan udara ke posisi pasukan Haftar di kota Aziziya, namun tidak ada korban tewas.
Pada kamis kemarin, Haftar memerintahkan pasukannya dari Zawiya dan Misrata maju ke Tripoli yang bisa memicu perang saudara.

Komandan Libya yang berbasis di timur, Khalifa Haftar menghadiri konferensi Keamanan Umum, di Benghazi, Libya, 14 Oktober 2017. [REUTERS / Esam Omran]



Pada hari Sabtu, DK PBB mendesak agar Haftar menghentikan pasukannya dan seluruh faksi militer untuk menghentikan aktivitas militer.
Serangan Haftar menandakan konflik baru setelah kejatuhan Muammar Gaddafi pada 2011.
Sebelum serangan, awalnya PBB akan mengadakan konferensi pada 14-16 April di Ghadames, sebagai persiapan pemilu demi mengakhiri persaingan dua pemerintahan di Libya.


Khalifa Haftar, jenderal angkatan darat Libya berusia 75 tahun, dilihat oleh negara Barat sebagai diktator Gaddafi baru. Dia menyatakan akan melanjutkan serangan sampai terorisme dihancurkan.
Perwira era Gaddafi ini mendapat dukungan dari Mesir dan UEA yang melihatnya sebagai pencegah kelompok Islamis di Libya.




Credit  tempo.co



Jumat, 05 April 2019

Libya umumkan pengerahan tentara untuk hadapi pasukan Haftar


Libya umumkan pengerahan tentara untuk hadapi pasukan Haftar
Tentara berbaris membentuk formasi dalam parade militer oleh Tentara Pembebasan untuk merayakan pembentukan Tentara Nasional Libya di Benghazi, Kamis (8/12). (FOTO ANTARA/REUTERS/Esam Al-Fetori) (Istimewa)


Tripoli, Libya (CB) - Dewan Presiden Libya pada Rabu (3/4) mengumumkan kesiapan militer, setelah pasukan yang setia kepada Jenderal Khalifa Haftar digelar di bagian barat negeri tersebut.

Di dalam satu pernyataan, Ketua Dewan Kepresidenan Fayez As-Sarraj mengatakan instruksi dikeluarkan dan pengerahan semua personel keamanan dan militer diumumkan untuk menangkal setiap serangan.

Tak ada penyelesaian militer bagi krisis tersebut, kata As-Sarraj. Ia menambahkan perang tidak membawa apa-apa bagi negara itu selain kerusakan dan gangguan terhadap rakyat.

Haftar pada Rabu dilaporkan memerintahkan pengerahan pasukannya ke beberapa bagian barat negeri itu dengan pandangan untuk "mengerahkan mereka ke kubu dan kelompok teror".

Pernyataan tersebut tidak menyebutkan lokasi pasti tempat pasukan itu dilaporkan akan ditempatkan.

Tindakan itu dilakukan di tengah peningkatan spekulasi bahwa pasukan pro-Haftar berencana memasuki Ibu Kota Libya, Tripoli, tempat pemerintah persatuan Libya --yang didukung PBB-- bermarkas.

Libya telah diguncang kerusuhan sejak 2011, ketika aksi perlawanan berdarah dukungan NATO mengakibatkan tergulingnya dan terbunuhnya presiden Muammar Gaddafi setelah empat dasawarsa ia berkuasa.

Sejak itu, perpecahan politik di Libya telah menghasilkan dua kursi pemerintah yang bertikai: satu di Kota Al-Bayda di bagian timur negeri tersebut --yang berafiliasi kepada Haftar, dan satu lagi di Tripoli.





Credit  antaranews.com



Jumat, 08 Februari 2019

Kanada Tampung 750 Eks Budak dari Libya


Kanada Tampung 750 Eks Budak dari Libya
Ilustrasi imigran Libya. (AFP Photo/Angelos Tzortzinis)



Jakarta, CB -- Menteri Imigrasi Kanada, Ahmed Hussen, mengatakan bahwa negaranya akan menampung sekitar 750 mantan budak dari Libya sebagai pengungsi (6/2).

"Pada 2017, dunia dikejutkan oleh gambar mengerikan dari orang-orang yang dijual sebagai budak di Libya," kata Husen dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.

"Kanada adalah salah satu dari sedikit negara yang bekerja sama dengan UNHCR untuk menampung para pengungsi yang berasal dari Libya dan menawarkan rumah baru bagi mereka di Kanada," kata Hussen, yang juga mantan pengungsi dari Somalia.


Jumlah imigran yang melarikan diri melalui Libya untuk sampai ke Eropa memang dilaporkan meningkat sepuluh kali lipat sejak kejatuhan Moamer Kadhafi pada 2011.


Mereka mencuri perhatian khususnya pada tahun 2017, ketika banyak kapal karam di Laut Mediterania dan kemunculan laporan CNN yang menunjukkan pasar budak Libya.

"(Kanada) juga mengambil tindakan untuk menampung 100 pengungsi dari Nigeria, yang diselamatkan dari pusat penahanan imigran Libya, termasuk korban penyelundupan manusia. Beberapa orang sudah tiba di Kanada," kata Hussen.

Tahun lalu, laporan PBB yang ditujukan kepada 15 anggota Dewan Keamanan dan dilihat oleh AFP, menegaskan bahwa krisis imigrasi ini terjadi akibat kekacauan politik dan perdagangan manusia yang berkembang pesat di Libya.

"Penduduk Kanada selalu menyambut para pendatang baru, dan tindakan mulia itu telah membantu mereka dengan menawarkan perlindungan bagi para imigran yang melarikan diri dari tindak penganiayaan, teror, dan perang," tutur Hussen.




Credit  cnnindonesia.com



Rabu, 26 Desember 2018

Kementerian Luar Negeri Libya Diserang, Tiga Orang Tewas


Kementerian Luar Negeri Libya Diserang, Tiga Orang Tewas
Serangan bom bunuh diri sebelumnya juga dialami oleh perusahaan minyal Libya pada September lalu. (Reuters)



Jakarta, CB -- Sejumlah pria bersenjata senapan mesin menyerbu Kementerian Luar Negeri Libya pada Selasa (25/12), menewaskan tiga orang pegawai.

Hal ini dikonfirmasi CNN dari Juru Bicara PBB. Ia menambahkan satu korban merupakan pejabat tinggi. Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, 18 orang terluka dalam kejadian tersebut.

Tiga orang bersenjata tersebut tewas dalam serangan yang terjadi sekitar pukul 09.30 waktu setempat tersebut. 



Politisi Guma El-Gamaty yang berada dilokasi menyebut seorang pria bersenjata diketahui terbunuh setelah suara ledakan yang terdengar dari lantai atas.

"Lantai paling atas benar-benar dilalap api. Anda bisa melihat asap keluar dari gedung," terangnya.

Gamat menambahkan layanan darurat dan pasukan keamanan diyakini mampu mengendalikan situasi di lapangan.


Menteri Luar Negeri Libya Mohamed Siala berbicara terkait serangan tersebut dalam konferensi pers, menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mencabut embargo PBB terkait senjata.

"Serangan semacam itu tidak akan merusak tekad rakyat Libya untuk membangun negara demokrasi dan hukum mereka. Serangan ini tidak akan membuat staf kementerian tidak melayani Libya dan rakyat Libya," kata Siala.

Misi Dukungan PBB di Libya juga mengutuk serangan. "Kami akan bekerja dengan orang-orang Libya untuk mencegah kelompok-kelompok teroris yang ingin mengubah Libya menjadi surga atau arena kejahatan mereka." Ghassan Salamé, Perwakilan Khusus dari Sekretaris Jenderal PBB di Libya.




Credit  cnnindonesia.com





Senin, 10 Desember 2018

Libya tutup ladang minyak El Sharara sesudah dikuasai suku


Libya tutup ladang minyak El Sharara sesudah dikuasai suku
Seorang pekerja memeriksa pipa dan katup di ladang minyak Amaal di Libya timur, Jumat (7/10). Delapan bulan setelah perang saudara yang menyebabkan kekacauan dalam industri minyak Libya, dengan ladang-ladang minyak yang dulunya pernah memompa sekitar 1,6 juta barel per hari menjadi terbengkalai, terminal ekspor, stasiun pemompaan minyak, dan jalur-jalur pipa rusak akibat pertempuran dan sabotase. Para insinyur dan pekerja lain yang telah meninggalkan ladang minyak yang terletak sekitar 1000km sebelah tenggara Tripoli itu kembali sebagai harapan pemimpin baru untuk mengembalikan produksi minyak secepat mungkin. (FOTO ANTARA/REUTERS/Ismail Zit)




Benghazi (CB) - Libya menghentikan produksi di ladang terbesar minyaknya sesudah sejumlah warga suku dan penjaga keamanan negara menguasai sarana El Sharara, mengancam pekerja minyak, kata beberapa insinyur lapangan dan pengunjuk rasa pada Minggu (9/12).

Jika dipastikan perusahaan minyak negara NOC, penutupan di ladang dengan 315.000 barel sehari itu juga akan memaksa penutupan ladang minyak El-Feel. Ladang tersebut juga terletak di gurun selatan, yang terpencil dan tanpa ada kepatuhan pada hukum.

El-Feel biasanya memompa sekitar 70.000 barel sehari.

"El Sharara ditutup," kata petugas. Juru bicara suku, yang menyebut diri Gerakan Kemarahan Fezzan, Mohamed Maighal, juga menyatakan ladang itu ditutup.

NOC membenarkan bahwa penjaga memaksa penutupan beberapa pompa di El Sharara, "yang akan menyebabkan pengisian tangki hanya bisa dilakukan di tempat itu dalam beberapa jam ke depan dan dengan demikian memaksa keluaran dihentikan," kata pernyataan.

NOC tidak bisa dihubungi untuk tanggapan lebih lanjut tapi mengatakan akan mengeluarkan pernyataan. Perusahaan tersebut memperingatkan akan "dampak bencana".

"Menghentikan produksi di ladang El Sharara akan menimbulkan dampak besar jangka panjang, akan memakan waktu lama untuk melanjutkan keluaran akibat rongrongan itu dan pencurian, yang mungkin terjadi," kata pernyataan NOC.

Para warga suku menyerbu ke ladang tersebut pada Sabtu (8/12) sesudah NOC menyatakan beberapa penjaga, didukung penduduk setempat, membuka gerbang, mengemudikan jip dan memfilmkan diri mereka dalam video, yang mereka kirim ke kalangan wartawan.

Mereka bermalam di daerah luas dan sebagian tidak aman itu, membuat ancaman untuk menghentikan produksi, yang pertama kali dikeluarkan pada Oktober, jika pihak berwenang tidak menyediakan lebih banyak dana pembangunan untuk wilayah miskin mereka.

"Kami tidak akan mengizinkan ladang El Sharara dibuka kembali kecuali Perserikatan Bangsa-Bangsa menengahi," kata Maighal pada Minggu sore.

Ia menyatakan wilayah Fezzan selatan diabaikan beberapa dasawarsa dan menuntut bahwa pendapatan dari minyak dari ladang setempat digunakan untuk mendanai kegiatan pembangunan.

NOC berusaha keras menjaga lapangan tetap bekerja, dikendalikan dari Tripoli, sekitar 700 kilometer ke utara, dan pada Sabtu malam mengeluarkan pernyataan sesudah lama bungkam, dengan mengatakan bahwa ladang itu diduduki tapi "pada saat ini" tetap buka.

Pejabat pada saat sama mencoba memanfaatkan waktu untuk secara bertahap mematikan sumur guna merundingkan penyelesaian pada detik terakhir sambil menuduh beberapa penjaga bertindak sebagai penjahat.

Insinyur lapangan menyatakan pembicaraan rumit untuk dilakukan karena pengunjuk rasa terpecah dengan suku menginginkan pembangunan, yang akan membutuhkan waktu untuk dijalankan.

Para anggota Penjaga Sarana Perminyakan (PFG) siap mengakhiri penutupan itu jika mereka segera mendapat uang tunai, dengan menyatakan belum dibayar baru-baru ini. Penjaga itu berulang kali meminta negara menambahkan lebih banyak orang ke daftar gaji.

Dengan Libya terpecah menjadi dua pemerintahan lemah, kelompok bersenjata, suku dan warga umum Libya cenderung marah atas inflasi tinggi serta kekurangan prasarana terhadap NOC, yang mereka lihat sebagai sapi perahan dengan dalam pendapatan minyak dan gas miliaran dolar setiap tahun.

Libya baru-baru ini menghasilkan minyak hingga 1,3 juta barel sehari, tertinggi sejak 2013 ketika gelombang penyumbatan ladang minyak dimulai, bagian dari kekacauan sejak Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011.




Credit  antaranews.com






Senin, 19 November 2018

Kuburan Massal 22 Tentara Gaddafi Dievakuasi


Evakuasi jasad di Libya
Evakuasi jasad di Libya
Foto: Alarabiya
Para korban tewas dieksekusi dengan cara ditembak dan tangan terikat.



CB, TRIPOLI— Palang Merah Libya menemukan kuburan massal di Kota Darnah yang terdapat 22 jasad di dalamnya. Keseluruhan jasad itu merupakan para tentara rezim presiden terguling Moamar Gaddafi. Mereka dieksekusi dengan cara ditembak di dalam pos  militer mereka oleh ISIS pada 2011.


Menurut Divisi Informasi Palang Merah Libya pada Kamis, akhir pekan lalu, lembaga ini melalui cabangnya di Kota Darnah, pada Selasa lalu, mengeluarkan jasad-jasad tersebut. Hadir dalam proses evakuasi ini Direktorat Keamanan, Jaksa, dan Pusat Kajian Hukum.


Para tentera yang dieksekusi itu berasal dari Kota Tarhunah. Mereka sebelumnya ditahan ISIS saat tertangkap di Kamp Militer al-Hailah, selatan Darnah.


Mengutip Alarabiya, Ahad (18/11), di antara fakta lain yang ditemukan dari penemuan jasad-jasad ini yaitu mereka mati dalam kondisi tangan terikat.




Credit  republika.co.id



Selasa, 06 November 2018

Pejabat keamanan Libya lolos dari upaya pembunuhan


Pejabat keamanan Libya lolos dari upaya pembunuhan
Seorang anggota keamanan memeriksa lokasi serangan bunuh diri di komisi elektoral di Tripoli, Libya, Rabu (2/5/2018). (REUTERS/Ismail Zitouny/)



Tripoli, Libya (CB) - Wakil Komandan Pasukan Keamanan Kota Sirte, Libya, Ali Erfeda, pada Ahad (4/11) menderita luka parah dalam upaya pembunuhan oleh beberapa pria tak dikenal yang bersenjata di Kota Khoms di bagian barat Libya.

Taha Hadid, Juru BIcara Pasukan Keamanan, mengatakan wakil komandan itu segera dibawa ke rumah sakit.

Hadid membenarkan bahwa dinas keamanan Khoms segera memulai penyelidikan mengenai peristiwa tersebut guna menemukan orang yang bertanggung-jawab, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.

Pemerintah yang didukung PBB membentuk Pasukan Keamanan Sirte untuk memerangi gerilyawan IS di Kota Sirte, yang terletak sekitar 450 kilometer di sebelah timur Ibu Kota Libya, Tripoli.

Pasukan pemerintah menguasai kota pantai itu dan mengalahkan gerilyawan pada Desember 2016, setelah hampir delapan bulan pertempuran sengit.





Credit  antaranews.com



Selasa, 25 September 2018

UNICEF: Bentrokan di Tripoli Akibatkan Anak-Anak Terlantar


[ilustrasi] Akademi Kepolisian Tripoli yang menjadi sasaran bom.
[ilustrasi] Akademi Kepolisian Tripoli yang menjadi sasaran bom.
Foto: Reuters
Setidaknya setengah juta anak-anak di Libya berada dalam bahaya.



CB, TRIPOLI -- Lembaga Dana Bantuan untuk Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyebut bentrokan yang meningkat di Libya beberapa hari terakhir telah membuat setengah juta anak-anak berada dalam bahaya. Khususnya mereka yang berada di ibu kota Libya, Tripoli.


"Setengah juta anak-anak berada dalam bahaya langsung di ibu kota Libya Tripoli karena pertempuran," UNICEF melaporkan seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Selasa (25/9).

Kementerian Kesehatan Libya mengatakan, bentrokan yang pecah antara milisi yang saling bersaing pada akhir Agustus telah menewaskan sedikitnya 115 jiwa dan melukai hampir 400 orang pada Sabtu (22/9) malam. Kemudian UNICEF pada Senin (24/9) waktu setempat menambahkan, lebih dari 1.200 keluarga telah terlantar hanya dalam 48 jam terakhir ketika bentrokan meningkat di Tripoli selatan.


UNICEF menambahkan, peristiwa itu membuat jumlah orang yang terlantar akibat pertempuran baru-baru ini menjadi lebih dari 25 ribu jiwa. Setengah dari mereka adalah anak-anak.


"Lebih banyak lagi anak yang dilaporkan direkrut untuk bertempur, dan menempatkan mereka dalam bahaya langsung. Akibatnya setidaknya satu anak tewas," ujar Direktur UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Geert Cappelaere.


UNICEF juga mengatakan, semakin banyak sekolah yang digunakan untuk melindungi keluarga yang terlantar tersebut. Ini memungkinkan tahun akademik ditunda. UNICEF juga melaporkan, penduduk kekurangan pangan, listrik, dan air. Bentrokan ini telah memperparah nasib para migran.


"Ratusan pengungsi dan migran yang ditahan termasuk anak-anak dipaksa pindah karena kekerasan. Yang lainnya terdampar dengan kondisi yang memprihatinkan," kata Cappelaere.


Tropoli menjadi pusat pertempuran untuk perebutan pengaruh antara kelompok bersenjata sejak presidennya Muammar Qaddafi digulingkan dalam pemberontakan 2011 lalu. Kemudian pemerintag persatuan negara berjuang menggunakan kontrolnya melawan banyak milisi dan pemerintahan yang bermarkas di Libya Timur. 




Credit  republika.co.id






Kamis, 13 September 2018

Penembakan dan Ledakan Guncang Markas Besar Minyak Libya


Penembakan dan Ledakan Guncang Markas Besar Minyak Libya
Markas besar National Oil Corporation diserang kelompok bersenjata, Senin (10/9/2018). Beberapa ledakan mengguncang kompleks kantor tersebut. Foto/REUTERS/Hani Amara

TRIPOLI - Beberapa pria bersenjata menyerang markas besar National Oil Corporation (NOC) di Ibu Kota Libya, Tripoli, Senin (10/9/2018). Selain penembakan, beberapa ledakan juga terdengar.

Baku tembak kian nyaring terdengar tak lama setelah pasukan keamanan pemerintah yang berbasis di Tripoli tiba di markas besar NOC.

"Tiga atau lima orang bersenjata sedang menembak di dalam gedung," kata seorang staf NOC kepada Reuters dalam kondisi anonim. Staf itu melompat keluar dari jendela untuk melarikan diri.

"Beberapa orang tertembak," ujarnya.

Belum ada pihak maupun kelompok yang mengklaim serangan tersebut. Beberapa petugas pemadam kebakaran dan ambulans berdatangan ke kompleks markas NOC, di mana beberapa korban luka dibawa keluar dari gedung.

Menurut seorang saksi mata, beberapa jendela kaca gedung markas besar NOC hancur dan beberapa orang terluka.

Saksi itu mengatakan, pasukan keamanan pemerintah sengaja menghancurkan jendela kaca sehingga staf kantor bisa melarikan diri.

Asap tebal terlihat membumbung ke udara ketika pasukan keamanan mengambil posisi siaga di sekitar markas besar NOC. Jalan-jalan di sekitarnya ditutup. Otoritas setempat belum memberikan keterangan resmi terkait kemungkinan adanya korban jiwa dalam serangan hari ini.

Sejak awal bulan ini, bentrokan bersenjata antar-kelompok militan yang bersaing pecah di Tripoli.

Pada bulan Mei lalu, para milisi yang berafiliasi dengan kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengklaim serangan mematikan terhadap kantor komisi pemilihan nasional di Tripoli.

Kelompok itu juga mengklaim serangan pada tahun 2015 di hotel Corinthia di Tripoli.

Libya luluh lantak sejak invasi NATO mendukung penggulingan rezim Muammar Khaddafi oleh warganya tahun 2011. Invasi yang dipimpin Amerika Serikat itu diluncurkan atas tuduhan Khaddafi memiliki senjata pemusnah massal. Tuduhan itu sampai kini masih diragukan. 




Credit  sindonews.com



Selasa, 04 September 2018

Libya Umumkan Keadaan Darurat di Ibu Kota Negara



kota tripoli
kota tripoli
Foto: members.virtualtourist.com

Kelompok bersenjata di Libya terlibat pertempuran sengit




CB, TRIPOLI -- Pemerintah Libya yang didukung PBB mengumumkan keadaan darurat di ibukota, Tripoli, dan daerah pinggirannya. Keadaan darurat diberlakukan setelah pertempuran sengit antara kelompok bersenjata terjadi selama beberapa hari.

Dilansir Aljazirah, Senin (3/9), setidaknya 39 orang, termasuk warga sipil, tewas dalam kekerasan dan hampir 100 orang lainnya terluka.

"Karena  situasi bahaya saat ini dan demi kepentingan publik, dewan kepresidenan mendeklarasikan keadaan darurat untuk melindungi dan mengamankan warga sipil, barang milik umum dan pribadi serta lembaga-lembaga penting," ujar Pemerintah Nasional (GNA) dalam sebuah pernyataan pada Ahad (2/9)

Berdasarkan laporan wartawan Aljazirah, Mahmoud Abdelwahed dari Tripoli diketahui bahwa roket-roket yang salah sasaran menimbulkan banyak korban dari warga sipil.

"Sejak awal bentrokan yang meletus sepekan yang lalu, banyak warga sipil tewas akibat roket  jatuh ke daerah-daerah padat penduduk," katanya.

Ia mengatakan banyak penduduk menyalahkan Pemerintah Kesepakatan Nasional karena tidak melakukan upaya untuk menghentikan konflik. Libya jatuh ke dalam kekacauan setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan dan membunuh Muammar Gaddafi.

Saat ini, Libya diperintah oleh dua otoritas yang bersaing didukung oleh berbagai kelompok bersenjata yang kuat. Mereka yakni GNA yang berbasis di Tripoli, yang diakui oleh PBB sebagai pemerintah resmi Libya dan Dewan Perwakilan yang berbasis di Tobruk di bagian timur negara itu, yang mendapat dukungan dari Jenderal Khalifah Haftar.

Pertempuran di ibu kota meletus pekan lalu ketika kelompok-kelompok bersenjata dari Tripoli bentrok dengan kelompok lain dari satu kota ke selatan. Mereka memperebutkan kekuasaan di pemerintahan yang berbasis di barat negara itu.

Pertempuran jalanan pada  Senin dan Selasa terjadi antara Brigade Ketujuh atau Kaniyat, dari Tarhouna, sebuah kota 65 km tenggara Tripoli, melawan Brigade Revolusi Tripoli dan Nawasi, dua faksi terbesar ibu kota.

Kaniyat dan kelompok-kelompok lain dari luar Tripoli telah menyaksikan keberhasilan saingan di dalam kota dengan kegelisahan yang meningkat. Laporan tentang kekayaan, kekuasaan dan gaya hidup mewah dari beberapa komandan pemberontak Tripoli telah memicu kebencian.

Sebuah gencatan senjata dicapai dalam koordinasi dengan misi PBB di Libya. Gencatan senjata mulai berlaku pada  Kamis pekan lalu. Namun kesepakatan itu  dengan cepat dilanggar.

Dalam pernyataannya, pemerintah yang berbasis di Tripoli meminta milisi lawan untuk menghentikan pertempuran dan menghormati perjanjian gencatan senjata. Pemerintah menyampaikan kembali pernyataan yang dikeluarkan oleh , sekretaris jenderal PBB Antonio Guterres sehari sebelumnya.

"Sekretaris Jenderal mengutuk eskalasi  kekerasan di dalam dan di sekitar ibukota Libya dan, khususnya, penggunaan oleh kelompok bersenjata pemboman sembarangan yang mengarah pada kematian dan cedera warga sipil, termasuk anak-anak," kata pernyataan PBB pada Sabtu.

Guterres meminta semua pihak untuk segera menghentikan permusuhan dan mematuhi perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB dan Komite Rekonsiliasi.

Inggris, Prancis, Italia, dan Amerika Serikat mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa eskalasi akan menghambat proses politik di Libya yang berencana untuk mengadakan pemilihan nasional pada Desember mendatamg.

Keempat negara itu mengatakan mereka memperingatkan pihak yang merusak keamanan di Tripoli atau tempat lain di Libya  akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan semacam itu.




Credit  republika.co.id