Tampilkan postingan dengan label KASHMIR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KASHMIR. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Februari 2019

PM: Pakistan akan balas kalau India menyerang


PM: Pakistan akan balas kalau India menyerang
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menghadiri pertemuan di Great Hall of the People di Beijing, 2 November 2018. REUTERS/Thomas Peter/Pool/File Photo




Islamabad/Srinagar (CB) - Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan, Selasa, pihaknya akan melancarkan pembalasan jika India melakukan serangan dalam menanggapi pengeboman di Kashmir, wilayah yang disengketakan.

India menyalahkan Pakistan atas insiden tersebut.

Pada saat yang sama, PM Khan menambahkan bahwa ia ingin bekerja sama dalam mengusut pengeboman itu.

Ketegangan antara kedua negara pemilik senjata nuklir itu telah meningkat tajam setelah 40 polisi paramiliter India tewas dalam pengeboman bunuh diri pada Kamis pekan lalu di wilayah Kashmir yang dikendalikan India.

Kelompok garis keras Jaish-e-Mohammed (JeM), yang berpusat di Pakistan, menyatakan sebagai pelaku serangan.

Pakistan sendiri membantah memiliki keterlibatan apa pun dan meminta Perserikatan Bangsa-bangsa untuk menengahi.

Namun Perdana Menteri India Narendra Modi, yang menghadapi pemilihan umum pada Mei, berada di bawah tekanan untuk melakukan pembalasan.

Modi mengatakan ia sudah mempersilakan pasukan keamanan India untuk menjalankan "reaksi keras".

Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, PM Khan menyatakan mendengar seruan di India itu terkait pembalasan dan ia mengatakan dirinya berharap "akal sehat yang akan menang".

"Kalau kalian pikir bahwa kalian akan melakukan serangan macam apa pun terhadap Pakistan, Pakistan tidak hanya akan mempertimbangkan untuk membalas, Pakistan akan membalas," tegas Khan.

Pakistan dan India telah terlibat dalam tiga peperangan sejak 1947, yang dua di antaranya berkaitan dengan Kashmir.


Credit  antaranews.com



Komandan India Tuduh Intelijen Pakistan di Balik Teror Kashmir


Tentara India berpatroli di jalan saat jam malam di Jammu, Kashmir, 16 Februari 2019. [REUTERS / Mukesh Gupta]
Tentara India berpatroli di jalan saat jam malam di Jammu, Kashmir, 16 Februari 2019. [REUTERS / Mukesh Gupta]

CB, Jakarta - Komandan militer India di wilayah Kashmir mengatakan agen intelijen Pakistan (ISIS) terlibat dalam serangan pekan lalu pada konvoi keamanan yang diklaim oleh kelompok militan yang bermarkas di Pakistan.
Setidaknya 40 pria paramiliter tewas dalam pemboman mobil bunuh diri di jalan Kashmir pada hari Kamis. Kelompok militan Jaish-e-Mohammad (JeM) yang berbasis di Pakistan mengaku bertanggung jawab.

Dikutip dari Reuters, 19 Februari 2019, India menuduh Pakistan berada di balik serangan itu dan ketegangan meningkat antara dua negara yang memiliki senjata nuklir.
Pakistan mengutuk pemboman itu dan membantah terlibat. Pada hari Selasa Pakistan meminta PBB untuk campur tangan, mengingat situasi keamanan yang memburuk.

Polisi berjaga di jalan selama jam malam di Jammu, Kashmir, 17 Februari 2019.[REUTERS/Mukesh Gupta]
Letnan Jenderal K.J.S. Dhillon mengatakan bahwa para pemimpin di balik serangan itu sedang dilacak, dan itu telah diatur dari sisi perbatasan Pakistan.
"Itu dikendalikan dari seberang oleh ISI dan komandan Pakistan dan JeM," katanya.

Namun Dhillon tidak memberikan bukti atas tuduhannya.Dia mengatakan dia tidak bisa lebih spesifik tentang penyelidikan ledakan dan dugaan peran badan intelijen militer Pakistan, kecuali untuk mencatat hubungan dekatnya dengan Jaish.
"JeM adalah anak dari tentara Pakistan, dan ISI. Serangan itu didalangi oleh Pakistan, ISI dan JeM," katanya di Srinagar.

Seorang prajurit Angkatan Darat India membawa peluncur roket di dekat lokasi pertempuran senjata antara militan dan pasukan keamanan India di desa Pinglan di distrik Pulwama, Kashmir selatan, 18 Februari 2019. [REUTERS / Younis Khaliq]


Pakistan menuntut India melakukan penyelidikan terbuka dan kredibel atas serangan itu untuk mendukung klaimnya.
"Mengaitkannya dengan Pakistan bahkan sebelum investigasi adalah tidak masuk akal," kata Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi dalam suratnya kepada Sekretaris Jenderal AS Antonio Guterres yang meminta keterlibatan AS untuk mengurangi ketegangan.
"Dengan perasaan mendesak saya menarik perhatian Anda pada situasi keamanan yang memburuk di wilayah kami akibat ancaman penggunaan kekuatan terhadap Pakistan oleh India," katanya.

Perdana Menteri India Narendra Modi telah menjanjikan tanggapan keras terhadap serangan yang telah menyebabkan kemarahan di seluruh negeri.India telah lama menyalahkan Pakistan atas pemberontakan hampir 30 tahun di Jammu dan Kashmir, satu-satunya negara mayoritas Muslim, namun Pakistan mengatakan hanya memberikan dukungan moral dan diplomatik kepada rakyat Kashmir dalam perjuangan mereka untuk menentukan nasib sendiri.



Credit  tempo.co




Selasa, 19 Februari 2019

Baku Tembak Militer India VS Gerilyawan Picu Ketegangan


Serangan bom mobil di Kashmir
Serangan bom mobil di Kashmir
Foto: Gulfnews.

Sembilan orang dinyatakan tewas dalam kontak senjata antara kedua pihak.



CB, SRINAGAR – Ketegangan meningkat setelah serangan bunuh diri terjadi di Kashmir, yang kini tengah disengketakan. Sembilan orang tewas Senin (18/2) dalam baku tembak yang terjadi saat tentara India mencari gerilyawan.


Pejabat Keamanan mengatakan, Pasukan pemerintah mengepung sebuah desa di daerah Pulwama selatan di ujung tempat para militan bersembunyi. Saat pasukan mulai melakukan pencarian, mereka datang di bawah tembakan keras, mengarah ke kontak senjata yang menewaskan empat tentara, tiga tersangka militan, seorang petugas polisi, dan seorang warga sipil.

Tiga perwira militer, seorang perwira polisi senior dan tiga tentara lainnya terluka dalam operasi itu.


Peristiwa ini terjadi setelah serangan bunuh diri Kamis lalu pada konvoi paramiliter yang menewaskan sedikitnya 40 tentara. Insiden tersebut dianggap sebagai serangan terburuk terhadap pasukan pemerintah India dalam sejarah Kashmir.


India menyalahkan Pakistan atas serangan dan menjanjikan "respons yang luar biasa". Pakistan telah memperingatkan India agar tidak menghubungkannya dengan serangan itu tanpa penyelidikan, dengan mengatakan bahwa itu adalah bagian dari "retorika dan taktik" New Delhi yang dikenal untuk mengalihkan perhatian global dari manusia.


India dan Pakistan masing-masing mengelola sebagian Kashmir. Akan tetapi keduanya mengklaim wilayah mayoritas Muslim secara keseluruhan. Serangan itu telah menyebabkan lonjakan ketegangan komunal di India yang mayoritas penduduknya Hindu.


Video-video protes anti-Kashmir telah beredar di media sosial. Termasuk beberapa di antaranya dalam video tersebut ditayangkan siswa Kashmir dipukuli gerombolan kelompok nasionalis Hindu, dan diperingatkan untuk meninggalkan perguruan tinggi.


Di pinggiran kota utara Ambala, sekitar 300 siswa Kashmir terpaksa meninggalkan akomodasi sewaan mereka oleh warga Hindu setempat, setidaknya tiga siswa yang dihubungi melalui telepon mengatakan kepada Associated Press.


Salah satu siswa yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama tengahnya, Ahmed, karena takut akan pembalasan dari universitasnya.


Ia mengatakan, dirinya bersama teman-temannya merasa tidak aman meskipun ada keamanan polisi.


Para siswa Kashmir menyalahkan Partai Nasionalis Hindu yang dipimpin Perdana Menteri, Narendra Modi, karena memicu sentimen anti-Muslim, dan anti-Kashmir di India menjelang pemilihan umum yang dijadwalkan tahun ini 


Di kota utara lainnya, Dehradun, setidaknya 20 siswa Kashmir terpaksa mengunci diri di kamar asrama mereka untuk keselamatan sampai polisi tiba, lapor surat kabar Times of India. Polisi di Dehradun mengatakan para siswa selamat, tetapi menolak berkomentar lebih lanjut.



Credit  republika.co.id




India Bergolak Akibat Bentrok Militan Kashmir


India Bergolak Akibat Bentrok Militan Kashmir
Ilustrasi kemarahan penduduk India akibat bom Kashmir. (Foto: Reuters/Danish Ismail)




Jakarta, CB -- Pasukan Angkatan Bersenjata India disebut menderita kerugian dalam pertempuran dengan gerilyawan Kashmir pada Senin (18/2), menyebabkan sembilan orang tewas.

Konfrontasi tersebut menambah tekanan kepada pemerintah India, yang menyalahkan Pakistan atas serangan bunuh diri Kamis (14/2) lalu. Insiden terkait menewaskan 40 orang dan disebut sebagai serangan paling mematikan terhadap pasukan India.

Setelah penembakan mengguncang distrik Pulwama selama beberapa jam, para pejabat menyatakan empat orang tentara, seorang polisi, tiga gerilyawan dan seorang warga sipil kehilangan nyawa. Sementara enam tentara senior termasuk seorang brigadir dan letnan kolonel diketahui terluka, dilansir dari AFP.


"Seorang wakil inspektur jenderal polisi juga menderita luka-luka," kata seorang polisi.


Identitas para gerilyawan belum diungkapkan, namun media lokal menyebut salah satu yang terbunuh dalam pertikaian adalah Abdul Rashid Gazi alias Khamran Bai, warga negara Pakistan yang sebelumnya telah diperiksa penyidik terkait serangan bunuh diri.

Ratusan tentara menyerbu desa dan menembakkan tembakan peringatan ke tempat yang diduga menjadi lokasi persembunyian para gerilyawan di desa Pinglan pada hari Minggu (17/2). Kobaran api dan asap menghiasi udara malam hari itu.

India pun menuduh Pakistan menyembunyikan kelompok militan Jaish-e-Muhammad atau JeM, yang langsung dibantah. Akibat meningkatnya ketegangan, Islamabad memanggil utusan ke New Delhi untuk 'berkonsultasi', sementara Perdana Menteri India Narendra Modi menyerukan aksi internasional yang lebih besar melawan terorisme.

"Serangan teroris yang kejam di Pulwana menunjukkan bahwa waktu untuk berbicara sudah habis," kata Modi setelah pertemuan dengan Presiden Argentina Mauricio Macri di New Delhi.


Serangan itu menyebabkan India bergolak dalam kemarahan. Ratusan demonstran turun ke jalan sepanjang akhir minggu lalu, ketika serangan Kashmir dilaporkan terjadi di beberapa kota.

Toko-toko kecil tutup setelah seruan nasional meluas, meminta warga untuk waspada. Ribuan penduduk pun mengungsi ke daerah-daerah yang mayoritas Muslim, kala pemerintah menghadapi tekanan yang semakin besar karena pemilihan nasional semakin dekat.

Saat ini, New Delhi telah menarik kembali hak istimewa perdagangan Pakistan dan mengakhiri perlindungan polisi untuk empat pemimpin separatis Kashmir. Beberapa pejabat negara pun menyerukan aksi militer terhadap Pakistan.



Credit  cnnindonesia.com





Militer India-Gerilyawan Kashmir Baku Tembak, Sembilan Tewas


Militer India-Gerilyawan Kashmir Baku Tembak, Sembilan Tewas
Sedikitnya sembilan orang tewas saat tentara India terlibat bentrokan mematikan dengan gerilyawan Kashmir. Foto/Istimewa

SRINAGAR - Pasukan India terlibat pertemuan mematikan dengan gerilyawan Kashmir beberapa hari setelah serangan bom bunuh diri. Sedikitnya sembilan orang tewas dalam bentrokan tersebut yang besar kemungkinan akan meningkatkan ketegangan dengan negara tetangga Pakistan.

Baku tembak pecah di distrik Pulwama, sebelah selatan kota Srinagar. Para pejabat mengatakan empat tentara, seorang polisi, tiga gerilyawan dan seorang warga sipil tewas dalam bentrokan tersebut.

Pejabat militer dan polisi mengatakan seorang mayor tentara India termasuk di antara korban yang tewas, bersama dengan tiga gerilyawan dari kelompok Jaish-e-Mohammed (JeM) yang berbasis di Pakistan yang mengklaim serangan pekan lalu.

Enam tentara senior termasuk seorang brigadir dan seorang letnan kolonel terluka dalam baku tembak yang berlangsung selama berjam-jam itu.

"Seorang wakil inspektur jenderal polisi juga menderita luka-luka," kata pejabat itu seperti dilansir dari AFP, Selasa (19/2/2019).

Identitas militan tidak diungkapkan tetapi laporan media lokal mengatakan salah satu dari mereka yang tewas adalah Abdul Rashid Gazi, warga negara Pakistan yang perannya dalam serangan hari Kamis sedang diselidiki oleh para penyelidik.

Ratusan tentara menyerbu desa dan menembakkan tembakan peringatan ke lokasi yang diduga tempat persembunyian militan, melepaskan tembakan ke desa Pinglan, Minggu malam.

Gambar menunjukkan api dan asap mengepul dari salah satu rumah tempat tinggal di daerah tersebut.

Pasukan pemerintah telah melancarkan perburuan besar-besaran sejak sebuah van berisi bahan peledak menyerang konvoi yang mengangkut 2.500 petugas keamanan dekat Pinglan pada hari Kamis lalu.

Sebuah video di media sosial konon menunjukkan pesan pra-rekaman oleh pelaku bom bunuh diri Kashmir yang berusia 20 tahun memperingatkan akan adanya lebih banyak serangan.

India menuduh Pakistan menyembunyikan kelompok JeM, tuduhan yang dibantah oleh Islamabad.

Dengan meningkatnya ketegangan, Islamabad memanggil Dubesnya untuk New Delhi guna "konsultasi" sementara Perdana Menteri India Narendra Modi menyerukan aksi internasional yang lebih besar melawan "terorisme".


"Serangan teroris kejam di Pulwana menunjukkan bahwa waktu untuk pembicaraan sudah berakhir," kata Modi setelah pertemuan dengan Presiden Argentina Mauricio Macri di New Delhi.

Pemerintah India menghadapi tekanan yang meningkat karena pemilu nasional yang akan datang.

New Delhi telah menarik hak istimewa perdagangan untuk Pakistan dan mengakhiri perlindungan polisi untuk empat pemimpin separatis Kashmir.


JeM adalah salah satu dari beberapa kelompok militan yang memerangi pasukan India di Kashmir, yang telah terpecah antara India dan Pakistan sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947. Keduanya mengklaim wilayah di Himalaya itu dan telah berperang dua kali di wilayah tersebut.

Kashmir adalah zona yang paling termiliterisasi di dunia dengan sekitar 500 ribu tentara India dikerahkan untuk melawan pemberontakan yang pecah pada tahun 1989.

Puluhan ribu orang, terutama warga sipil, tewas dalam konflik tersebut. Kekerasan telah melonjak sejak 2016 dengan hampir 600 tewas tahun lalu, korban tertinggi dalam satu dekade.




Credit  sindonews.com






Empat Tentara India Tewas dalam Perburuan Dalang Bom Bunuh Diri


Empat Tentara India Tewas dalam Perburuan Dalang Bom Bunuh Diri
Empat Tentara India Tewas dalam Perburuan Dalang Bom Bunuh Diri

SRINAGAR - Empat tentara India tewas saat baku tembak dengan pejuang Kashmir dalam perburuan dalang serangan bom bunuh diri yang menewaskan lebih dari 40 polisi paramiliter India. Seorang warga sipil dilaporkan tewas setelah pertempuran yang diluncurkan tentara India di wilayah operasi tempur. India mengklaim dua dalang serangan bom bunuh yang dilaksanakan pada Kamis (15/2) lalu berhasil ditembak mati.

Ketegangan India dan Pakistan juga terus memanas setelah peristiwa bom bunuh diri tersebut. Islamabad menarik duta besarnya dari Delhi untuk konsultasi di tengah ketegangan. India juga menarik para diplomatnya dari Pakistan setelah serangan Kamis lalu. Pakistan telah membantah keterlibatan dalam serangan tersebut yang diklaim kelompok Jaish-e-Mohammad (JeM).

Melansir BBC, polisi mengatakan dua pejuang Kashmir terjebak di distrik Pulwama dan tewas dalam baku tembak kemarin. Baku tembak terdengar dan para petugas keamanan India meminta para penduduk lokal berdiam diri di rumah.

Polisi mengatakan kepada BBC Urdu bahwa mereka melakukan tembakan peringatan di sebuah rumah di Pinglena di mana para pejuang bersembunyi, tapi para pejuang tersebut membalas serangan. Dua tersangka yang menjadi dalang serangan bom tewas dalam baku tembak kemarin.

Melansir Reuters, dua orang tersebut merupakan warga Pakistan dan anggota JeM. Salah seorang pejuang yang tewas diidentifikasi bernama Abdul Rashid Gazi atau dikenal sebagai Kamran Bhai. “Perlawanan masih berlangsung dan pasukan keamanan sedang melaksanakan tugasnya,” demikian keterangan kepolisian di Kashmir dilansir Reuters.

Seorang petugas keamanan mengalami luka kritis dan dilarikan ke rumah sakit. Empat tentara India juga tewas dalam pertempuran itu. Kemudian pemilik rumah dilaporkan tewas dalam baku tembak tersebut. Pasukan India telah mengepung Desa Pinglan di distrik Pulwama yang menjadi lokasi serangan bom bunuh diri.

Jam malam juga diberlakukan di sana. “Pasukan India memburu tersangka pengebom ke desa. Banyak warga sipil terjebak di rumah yang segera dievakuasi,” kata Mohammad Yunis, seorang jurnalis di Pulwama dilansir Reuters.

Polisi sedang mencari pelaku pengebom, yakni warga lokal Kashmir berusia 19 hingga 21 tahun. Pelaku menggunakan sebuah mobil yang diisi bahan peledak dan diledakkan dalam sebuah konvoi 78 bus mengangkut petugas keamanan India. Padahal konvoi itu dikawal ketat di Jalan Srinagar-Jammu yang berjarak 20 km dari ibu kota Kashmir, Srinagar.

Sementara itu, serangan Kamis lalu memicu protes anti-Pakistan di beberapa kota di India. Target kemarahan warga India terhadap mahasiswa dan pengusaha Kashmir. Warga Kashmir diminta agar selalu waspada di tengah laporan ancaman dan intimidasi sejak pekan lalu. Ada insiden di mana beberapa siswa dari Kashmir dipukuli di sebuah rumah di India Utara.

Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi yang akan menghadapi pemilu Mei mendatang, mendapat tekanan domestik untuk menghukum Pakistan. Dia pun berjanji akan memberikan respons keras terhadap Pakistan. “Saya memberikan kebebasan kepada militer untuk menghadapi gerilyawan di perlintasan perbatasan,” katanya.

Baik India dan Pakistan mengklaim seluruh wilayah Kashmir, tetapi mereka hanya menguasai sebagian saja. Konflik yang berjalan selama beberapa dekade itu mengalami fluktuasi tidak menentu. Tapi, sejak serangan terbaru menjadi India berjanji akan melakukan aksi balas dendam. India mengisolasi Pakistan secara diplomatis.

India juga memberlakukan peningkatan bea masuk hingga 200% untuk barang dari Pakistan. Kemudian All India Cine Workers Association menyerukan larangan total bagi warga Pakistan di industri film. Sebelumnya, aktor dan aktris asal Pakistan juga dilarang bermain di Bollywood sejak serangan di Kashmir pada 2016 yang menewaskan 19 orang. 




Credit  sindonews.com




India Bunuh Dua Pelaku Otak Serangan Bom Kashmir


Serangan bom mobil di Kashmir
Serangan bom mobil di Kashmir
Foto: Gulfnews.

Kepolisian India menahan 23 orang yang diduga terkait kelompok Jaish e-Mohammad.




CB, NEW DELHI -- Pasukan keamanan India mengatakan berhasil membunuh dua tersangka yang merupakan otak serangan bom bunuh diri di Kashmir pekan lalu. Mereka tewas dalam kontak senjata pada Senin (18/2).

Menurut pernyataan yang dirilis kepolisian India, salah satu tersangka merupakan warga negara Pakistan, sementara yang lainnya adalah anggota kelompok Jaish e-Mohammad.

Menurut seorang sumber di kepolisian, anggota Jaish e-Mohammad yang tewas teridentifikasi sebagai Abdul Rashid Gazi. Dia menyandang nama samaran Kamran Bhai.

Tak hanya tersangka, kontak senjata turut menewaskan empat tentara India dan seorang warga sipil. "Pertempuran masih berlangsung dan pasukan keamanan sedang bertugas," kata kepolisian India.

Pada Ahad lalu, kepolisian India mengatakan telah menahan 23 orang yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok Jaish e-Mohammad. Namun belum ada keterangan lebih lanjut apakah ke-23 orang itu terbukti terlibat dalam serangan bom bunuh diri di Kashmir.

Pada Kamis pekan lalu, serangan bom bunuh diri terjadi di wilayah Jammu Kashmir. Insiden tersebut menewaskan setidaknya 44 personel militer India.

Kelompok Jaish e-Mohammad mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pemerintah India menyerukan Pakistan agar menindak keras kelompok Jaish.

Pakistan turut mengecam insiden bom bunuh diri tersebut. Namun, Islamabad menyangkal tudingan India bahwa mereka terlibat dalam serangan itu.

Kashmir merupakan sebuah wilayah di Himalaya dengan penduduk mayoritas Muslim yang dipersengketakan India dan Pakistan. Kedua negara telah terlibat tiga kali perang yakni pada tahun 1948, 1965, dan 1971, karena memperebutkan Kashmir.

Beberapa kelompok Kashmir di Jammu dan Kashmir telah berperang melawan India guna meraih kemerdekaan. Kalaupun tidak berhasil merdeka, mereka ingin berpisah dari India dan bergabung dengan Pakistan. 




Credit  republika.co.id





Senin, 18 Februari 2019

Usai Serangan Bom, Muslim Kashmir di India Terancam Pengusiran

Usai Serangan Bom, Muslim Kashmir di India Terancam Pengusiran
Usai Serangan Bom, Muslim Kashmir di India Terancam Pengusiran

SRINAGAR - Warga Kashmir yang tinggal di India menghadapi pengusiran dari tempat tinggalnya, pemecatan kerja, dan serangan di media sosial, setelah serangan bom menewaskan 44 personel keamanan India di Kashmir.

Kelompok Jaish-e-Mohammad mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang dilakukan pria Kashmir berusia 20 tahun. Saat jasad para korban dikembalikan ke keluarganya di penjuru India pada akhir pekan ini, sejumlah orang menggelar unjuk rasa dan menuntut balas atas serangan bom itu.

Warga muslim Kashmir pun menghadapi berbagai tekanan dari warga mayoritas India, terutama di negara bagian Haryana dan Uttarakhand. Ketegangan komunal itu memaksa Kementerian Dalam Negeri India mengeluarkan imbauan ke semua negara bagian untuk menjamin keamanan dan keselamatan serta menjaga harmoni komunal.

Mahasiswa asal Kashmir, Aqib Ahmad, di ibu kota Uttarakhand, Dehradun, menyatakan pemilik rumah yang dia sewa memintanya pergi karena khawatir terjadi serangan pada propertinya. ”Harga tiket pesawat ke Kashmir juga naik tajam saat ketegangan meningkat,” ujar Aqib dilansir Reuters.

Dua mahasiswa lain di Dehradun mengaku juga diminta meninggalkan kamar asramanya segera. ”Ke mana kami harus pergi,” kata mahasiswa Kashmir, Waseem Akram, yang meminta otoritas menjamin keamanan seluruh mahasiswa Kashmir. Media lokal melaporkan beberapa pelajar dan mahasiswa Kashmir diserang anggota kelompok sayap kanan Hindu di Uttarakhand.

Seorang pria Kashmir juga ditahan polisi di Kota Bengaluru karena mengunggah posting dianggap mendukung para militan. Kepolisian di negara bagian Jammu dan Kashmir menyatakan mereka menyediakan akomodasi sementara kepada warga yang kembali ke Kashmir. 

Kepolisian meminta warga Kashmir menghubungi saluran telepon untuk mendapatkan bantuan cepat jika mereka mengalami masalah atau kekerasan. Kekhawatiran atas nasib pelajar Kashmir di distrik Ambala, Haryana, juga muncul setelah video di media sosial menunjukkan seorang kepala desa meminta warga mengusir pelajar Kashmir di wilayah itu.

”Jika itu tidak dilakukan, orang yang menampung pelajar itu akan dianggap sebagai pengkhianat,” ujar pria itu dalam video tersebut. Reuters belum bisa memverifikasi video itu secara independen. Sejak video itu muncul di media sosial pada akhir pekan lalu, puluhan mahasiswa Kashmir pindah ke asmara kampus di Ambala. 





Credit  sindonews.com





India tahan 23 orang yang disangka punya hubungan dengan serangan Kashmir


India tahan 23 orang yang disangka punya hubungan dengan serangan Kashmir
Seorang aktivis sayap kanan oposisi utama India partai Kongres meneriakkan slogan saat berunjuk rasa terhadap serangan ke sebuah bus yang menewaskan 44 personel Central Reserve Police Force (CRPF) di selatan Kashmir pada Kamis, di New Delhi, India, Jumat (15/2/2019). (REUTERS/ANUSHREE FADNAVIS)




Srinagar (CB) - Pasukan India menahan 23 pria yang disangka memiliki kaitan dengan kelompok militan yang mendalangi pengeboman konvoi keamanan India, kata perwira tinggi kepolisian pada Ahad.

Pengeboman itu telah menewaskan 44 personel polisi paramiliter.

Sebanyak 23 pria tersebut termasuk anggota dan simpatisan Jaish-e-Mohammad, kelompok militan yang berkedudukan di Pakistan dan mengaku bertanggung jawab atas serangan pada Kamis, serangan paling mematikan atas pasukan keamanan India dalam beberapa dekade.

Serangan tersebut telah memicu ketegangan antara India dan Pakistan, demikian Reuters melaporkan.

India telah menuntut Pakistan menumpas Jaish dan kelompok-kelompok militan Islamis lain yang beroperasi dari wilayahnya, sementara Islamabad telah menolak pernyataan pihaknya terkait dengan serangan itu.

Kashmir, kawasan yang berpenduduk mayoritas Muslim, berada di pusat permusuhan kedua negara tersebut yang telah berlangsung berabad-abad. Wilayah itu diklaim seluruhnya masuk wilayah India dan Pakistan, tetapi diperintah sebagian negara-negara di Asia Selatan itu.

Para wakil Lembaga Investigasi Nasional India (NIA) memeriksa para tersangka itu mengenai pemboman pada Ahad, kata dua perwiara keamanan.

"Mereka berusaha mengorek informasi hingga ke komandan-komandan tinggi Jaish-e-Mohammad, termasuk kepalanya di Kahsmir," kata salah seorang sumber tersebut.

Mohammed Umair, komandan Jaish di Kashmir yang diyakini telah merencanakan serangan itu, diduga bersembunyi di kawasan tersebut, tempat serangan-serangan terjadi, kata para pejabat itu. Mereka mengatakan Umair telah "membuat radikal dan memotivasi" siswa yang putus sekolah menabrakkan sebuah mobil dengan muatan bahan peledak ke konvoi tersebut pada Kamis.

Umair diperkirakan masuk ke wilayah Kashmir India dari Pakistan pada September untuk memimpin Jaish di kawasan tersebut. Pasukan keamanan memperkirakan ia bersembunyi di bagian selatan Kashmir, menurut para pejabat itu, yang tak bersedia jatidirinya disebutkan karena alasan urusan kebijakan.

Para pejabat India mengatakan Umair adalah keponakan Ketua Jaish, Masood Azhar, yang diyakini berada di Pakistan.





Credit  antaranews.com





Pasca Serangan Kashmir, India Tampar Pakistan dengan Sanksi


Pasca Serangan Kashmir, India Tampar Pakistan dengan Sanksi
Foto/Ilustrasi/Istimewa

 

NEW DELHI - India memberlakukan bea masuk 200 persen untuk barang-barang yang diimpor dari Pakistan. Sebelumnya, India juga telah menarik status negara yang paling disukai dari negara itu.

Keputusan itu diambil New Delhi setelah serangan teror mematikan di negara bagian Jammu dan Kashmir pada awal pekan ini.

"India telah menarik status MFN ke Pakistan setelah insiden Pulwama. Setelah penarikan, bea cukai dasar untuk semua barang yang diekspor dari Pakistan ke India telah dinaikkan menjadi 200% dengan efek langsung", tulis Menteri Keuangan Indian Arun Jaitley di Twitter seperti disitir dari Sputnik, Minggu (17/2/2019).

Pada hari Jumat, media lokal melaporkan bahwa pihak berwenang India telah memutuskan untuk menarik status negara yang paling disukai (MFN) dari Pakistan selama pertemuan darurat pemerintah sehubungan dengan serangan teroris di negara bagian Jammu dan Kashmir.

Ledakan alat peledak rakitan di distrik Pulwama di negara bagian Jammu dan Kashmir di India menewaskan 45 orang. Kelompok teroris Jaish-e-Mohammed telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok itu, yang biasa melakukan serangan di negara bagian Jammu dan Kashmir, berafiliasi dengan gerakan Taliban dan organisasi teroris al-Qaeda. Kelompok ini bertujuan untuk memisahkan Kashmir dari India dan menggabungkannya ke negara tetangga, Pakistan.

New Delhi menuduh Islamabad berperan dalam serangan teroris dan menuntut agar Islamabad segera berhenti memberikan dukungan dan pendanaan kepada kelompok-kelompok teror yang beroperasi dari daerah-daerah di bawah kendalinya.

Kementerian Luar Negeri Pakistan kemudian memprotes upaya untuk menghubungkan Islamabad dengan serangan teroris tanpa penyelidikan.

Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo meminta Pakistan untuk berhenti menyediakan tempat berlindung yang aman bagi para teroris setelah serangan teror mematikan di negara bagian Jammu dan Kashmir di India.

Selain itu, Kementerian Luar Negeri India mengatakan pada hari Sabtu bahwa Penasihat Keamanan Nasional Shri Ajit Doval telah mengadakan pembicaraan telepon dengan timpalannya dari AS John Bolton, di mana keduanya bersumpah untuk bekerja sama untuk memastikan bahwa Pakistan berhenti menjadi tempat yang aman bagi JeM dan kelompok - kelompok teroris yang menargetkan India, AS dan lainnya di wilayah itu.

Jammu dan Kashmir adalah wilayah yang telah diperebutkan oleh India dan Pakistan sejak 1947 ketika kedua negara memperoleh kemerdekaan dari Kerajaan Inggris.

Kedua negara telah melalui tiga perang di wilayah tersebut, tetapi konflik belum terselesaikan juga. Situasi yang tidak stabil di wilayah tersebut telah menyebabkan munculnya kelompok-kelompok ekstremis.

Line of Control saat ini membagi area yang disengketakan menjadi dua zona yang dikelola oleh dua negara yang terlibat persaingan. India telah berulang kali menyalahkan gerilyawan yang didukung Pakistan karena sejumlah serangan ke wilayahnya. 




Credit  sindonews.com



Jumat, 15 Februari 2019

Bom Mobil Tewaskan 44 Polisi di Kashmir India


Bom Mobil Tewaskan 44 Polisi di Kashmir India
Tentara India memeriksa bangkai bus setelah serangan bom mobil yang menewaskan 44 anggota polisi di Kashmir. Foto/Istimewa


SRINAGAR - Seorang pembom bunuh diri menabrakkan mobilnya ke sebuah bus yang membawa polisi India di Kashmir, menewaskan 44 orang. Ini adalah serangan paling mematikan dalam beberapa dekade terhadap pasukan keamanan di wilayah yang disengketakan. Insiden ini juga cenderung meningkatkan ketegangan dengan negara tetangga, Pakistan.

Ledakan itu terdengar hingga beberapa mil jauhnya, menurut saksi mata. Mohammad Yunis, seorang jurnalis yang tiba di lokasi beberapa menit kemudian, mengatakan kepada Reuters bahwa dia melihat darah dan bagian-bagian tubuh tersebar di sepanjang 100 meter jalan raya.

Gambar-gambar televisi menunjukkan mobil yang hancur di tengah reruntuhan dan salju di sekitar lokasi. Foto-foto menunjukkan puluhan polisi memeriksa kendaraan yang rusak dan seorang polisi terlihat membawa penutup plastik dengan senjata di dalamnya.

Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan pelaku bom bunuh diri, dan memperlihatkan seorang pria muda memegang senjata dan mengancam akan lebih banyak serangan. Namun video tersebut tidak dapat memverifikasi secara independen keasliannya.

"Saya mengutuk keras serangan pengecut ini. Pengorbanan personel keamanan kami yang berani tidak akan sia-sia," kata Perdana Menteri Narendra Modi dalam sebuah tweet seperti dilansir dari Reuters, Jumat (15/2/2019).

Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk India juga mengutuk serangan itu dan menyampaikan belasungkawa.

"Amerika Serikat berdiri di samping India dalam menghadapi teror dan mengalahkannya," kata Duta Besar Ken Juster dalam sebuah tweet.

Arun Jaitley, seorang menteri senior di kabinet Modi, menyebut serangan itu sebagai tindakan pengecut dan mengatakan India akan membalas.

"Teroris akan diberi pelajaran yang tak terlupakan untuk tindakan keji mereka," kata Jaitley dalam tweetnya.

Kelompok militan Islam yang berbasis di Pakistan Jaish-e-Mohammad (JeM) mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap konvoi Pasukan Cadangan Pusat di Jammu dan jalan raya utama Kashmir, kata kantor berita GNS setempat.

Dalam sebuah pernyataan yang dibawa oleh kantor berita GNS, seorang juru bicara kelompok Jaish-e-Mohammad mengatakan puluhan kendaraan pasukan keamanan hancur dalam serangan itu.

Jaish-e-Mohammad, salah satu kelompok militan paling kuat yang beroperasi di Kashmir. Kelompok ini disalahkan atas serangan pada 2001 terhadap parlemen India yang menyebabkan India mengerahkan militernya ke perbatasan dengan Pakistan.

Kashmir adalah wilayah mayoritas Muslim di yang menjadi jantung permusuhan India-Pakistan selama puluhan tahun. Kedua negara bertetangga itu memerintah sebagian wilayah sambil mengklaim seluruh wilayah sebagai milik mereka.

Pasukan India secara sporadis memerangi gerilyawan Islam di pegunungan Kashmir sejak pemberontakan bersenjata tahun 1989 di mana puluhan ribu orang terbunuh, tetapi pemboman mobil jarang terjadi.

India menuduh Pakistan memberikan dukungan materi kepada militan. Islamabad mengatakan hanya menawarkan dukungan moral dan diplomatik untuk Muslim Kashmir dalam perjuangan mereka untuk menentukan nasib sendiri.

Serangan besar terakhir di Kashmir adalah pada tahun 2016 ketika para militan menyerbu sebuah kamp tentara India di Uri yang menewaskan 20 tentara.

Ketegangan dengan Pakistan meningkat setelah insiden itu ketika New Delhi mengatakan para penyerang datang dari Pakistan untuk melakukan serangan. Pakistan membantah terlibat.

Serangan ini dapat menempatkan Modi, yang menghadapi pemilihan umum pada Mei mendatang, di bawah tekanan politik untuk bertindak terhadap militan dan Pakistan.

Randeep Singh Surjewala, juru bicara partai oposisi utama Kongres, menuduh Modi berkompromi terkait keamanan negaranya.

"Nol aksi politik & nol kebijakan untuk mengatasi teror telah menyebabkan situasi keamanan yang mengkhawatirkan," kata Surjewala dalam salah satu dari serangkaian tweet.

Kanwal Sibal, seorang mantan diplomat top, mengatakan tanggapan diplomatik dari India tidak akan cukup.

"Mereka harus melakukan sesuatu kalau tidak saya pikir akan sangat sulit bagi pemerintah untuk menyerap pukulan ini dan terlihat tidak melakukan apa-apa," kata Sibal kepada Reuters. 




Credit  sindonews.com





Selasa, 18 Desember 2018

India Menahan 2 Pemimpin Separatis Kashmir


Pemimpin separatis Front Pembebasan Jammu Kashmir (JKLF), Mohammad Yasin Malik, ditahan oleh militer India. Sumber: REUTERS/Danish Ismail
Pemimpin separatis Front Pembebasan Jammu Kashmir (JKLF), Mohammad Yasin Malik, ditahan oleh militer India. Sumber: REUTERS/Danish Ismail

CB, Jakarta - Kepolisian India menahan dua pemimpin separatis Front Pembebasan Jammu Kashmir (JKLF), Mohammad Yasin Malik dan Mirwaiz Umar Farooq, Senin, 17 Desember 2018. Penahanan ini sebagai upaya untuk melumpuhkan aksi protes yang telah menewaskan warga sipil pada akhir pekan lalu.
Aksi protes di Srinagar, Kashmir, dalam beberapa pekan terakhir semakin penuh ketegangan. Kashmir adalah wilayah yang sampai 2018 masih diperebutkan oleh India dan Pakistan. Aksi protes pada Sabtu, 16 Desember 2018, menewaskan tujuh warga sipil ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan pada massa yang protes atas pembunuhan tiga anggota separatis.


Aksi protes di Srinagar, Kashmir, dalam beberapa pekan terakhir semakin penuh ketegangan. Kashmir adalah wilayah yang sampai 2018 masih diperebutkan oleh India dan Pakistan. Aksi protes pada Sabtu, 16 Desember 2018, menewaskan tujuh warga sipil ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan pada massa yang protes atas pembunuhan tiga anggota separatis. Sumber: tolonews.com
Kepolisian India mengatakan Malik dan Farook ditahan karena mereka memimpin aksi jalan menuju kantor pusat Angkatan Bersenjata India di kota Srinagar, Kashmir. Sedangkan pemimpin separatis lainnya, Ali Shah Geelani saat ini menjalani tahanan rumah.

“Pasukan militer India membunuh masyarakat Kashmir. Dalam beberapa tahun terakhir mereka telah menikmati pembunuhan ini,” kata Malik.

Sumber di Kepolisian India yang tak mau dipublikasi identitasnya mengatakan Malik dan Farooq akan dibebaskan jika situasi sudah stabil. Sedangkan Kementerian Dalam Negeri India belum mau mengeluarkan komentar terkait penahanan ini.
Kepolisian dan pasukan militer India telah meningkatkan barikade di setiap titik penting di kota Srinagar, seperti jalan-jalan utama menuju kantor pusat Angkatan Bersenjata India di Kashmir. Dilakukan pula patroli oleh pasukan militer.
Dalam edaran yang disebar Minggu, 16 Desember 2018, Angkatan Bersenjata India menyarankan kepada seluruh masyarakat Kashmir agar tidak terjebak dalam pasukan-pasukan anti-teror. Sebab ini adalah upaya menggiring masyarakat sipil untuk melawan aparat keamanan.





Credit  tempo.co





Minggu, 16 Desember 2018

Tujuh Orang Tewas Akibat Bentrok di Kashmir

Penduduk Muslim Kashmir menghadiri prosesi pemakaman yang dibunuh oleh militan Zahoor Ahmad Thoker di Sirnoo di Pulwama, Kashmir, 15 Desember 2018. Tiga militan dan satu tentara Angkatan Darat India tewas dalam tembak-menembak bersama tujuh warga sipil selama bentrokan itu.

CB, SRINAGAR -- Sebanyak tujuh orang warga sipil tewas dan puluhan orang terluka akibat tembakan aparat keamanan India dalam aksi protes di Kashmir, India, pada Sabtu (15/12). Pada aksi itu, demonstran memprotes pembunuhan tiga militan dalam pertempuran senjata. 

Juru Bicara Departemen Pertahanan India Kolonel Rajesh Kalia mengatakan, operasi dilakukan sejak pagi hari karena ada laporan intelijen mengenai kehadiran militan di sebuah desa di distrik Pulwama, selatan Ibu Kota musim panas negara Srinagar. "Selama operasi, militan menembaki pasukan, yang mengarah ke pertempuran senjata di mana tiga militan tewas," kata dia, seperti dilansir Reuters.

Seorang perwira polisi senior yang tak ingin disebutkan namanya. mengungkapkan, sebagian besar penduduk setempat berkumpul di lokasi. Akibatnya, bentrokan terjadi antara penduduk dan pihak keamanan menyebabkan tujuh orang tewas dan sekitar 50 orang terluka.

Seorang saksi mata, Mohammad Ayuob, mengatakan kepada Reuters pasukan India menembaki penduduk setempat ketika mereka mencoba untuk mengambil mayat seorang militan. Jammu dan Kashmir merupakan wilayah India yang mayoritas ditinggali oleh Muslim. India dan Pakistan sama-sama menguasai wilayah tersebut, tetapi keduanya mengklaim wilayah secara penuh milik mereka masing-masing.

India menuduh Pakistan menimbulkan masalah di bagian Kashmir. Namun, tuduhan itu dibantah Islamabad.

Penduduk Muslim Kashmir ketika menghadiri pemakaman orang sipil Murtaza yang dibantai di Prichoo di Pulwama, Kashmir, 15 Desember 2018. (EPA-EFE/FAROOQ KHAN)


Kondisi di Kashmir semakin tegang dalam beberapa bulan terakhir ketika partai nasionalis Hindu pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi menarik diri dari pemerintah lokal, meninggalkan kekosongan kekuasaan. Protes luas telah pecah di Srinagar dan bagian lain Kashmir atas pembunuhan itu.

Keamanan telah diperketat dan pasukan bergegas ke lokasi yang berpotensi terjadi bentrokan. Berdasarkan laporan media lokal, jam malam juga sudah diberlakukan di kota Pulwama dan sekitarnya. Pihak berwenang juga telah menghentikan layanan kereta api di Lembah Kashmir dan menutup layanan internet seluler untuk mencoba dan mencegah kerusuhan menyebar.

Pasukan keamanan India mengatakan mereka telah membunuh 242 militan sepanjang 2018. Selain itu, 101 warga sipil dan 82 pejabat keamanan juga tewas. Jumlah korban tewas total dalam kekerasan adalah yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade.

Credit REPUBLIKA.CO.ID

Selasa, 25 September 2018

Enam Tewas dalam Kekerasan di Kashmir, India


Enam Tewas dalam Kekerasan di Kashmir, India
Ilustrasi (REUTERS/Amit Dave)


Jakarta, CB -- Sedikitnya enam orang tewas dalam kekerasan di Kashmir, seperti diungkap seorang pejabat militer India, Senin (24/9). Dari enam orang itu, seorang adalah tentara India dan lima lainnya adalah tersangka militan.

Peristiwa ini terjadi beberapa hari setelah India membatalkan pembicaraan tingkat tinggi dengan Pakistan. Pembatalan itu dilakukan karena meningkatkan ketegangan di wilayah yang disengketakan.

Kolonel Rajesh Kalia mengatakan dua orang yang dicurigai sebagai pemberontak tewas hari Minggu. Tentara memergoki satu kelompok yang berusaha menyeberangi perbatasan de facto yang membagi Kashmir menjadi wilayah India dan Pakistan. 



Sementara tiga militan dan seorang tentara India lainnya tewas Senin (24/9). Insiden ini terjadi di daerah Tangdhar utara, dekat perbatasan Himalaya.

Pekan lalu India tiba-tiba membatalkan pertemuan dengan Pakistan. Hal ini dilakukan 24 jam setelah menyetujui pertemuan langka di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York.

Perundingan tingkat tinggi antara India dan Pakistan jarang terjadi. Pertemuan antar menteri luar negeri India dan Pakistan itu pun akan jadi yang pertama setelah lebih dari tiga tahun.

New Delhi mengatakan pihaknya membatalkan pembicaraan tiba-tiba setelah oknum yang berbasis di Pakistan melakukan pembunuhan brutal terhadap personel keamanan India.


Minggu lalu tiga polisi diculik dan dibunuh oleh gerilyawan di Kashmir. Sementara itu, seorang penjaga perbatasan juga dibunuh di wilayah yang terbagi itu.

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menyebut tindakan India ini sebagai 'tanggapan arogan dan negatif' atas seruannya untuk memulai kembali perundingan damai.

Namun, Menteri Luar Negeri India Sushma Swaraj membalas Khan dan menulis kepada Perdana Menteri Narendra Modi pekan lalu bahwa pihaknya telah 'siap untuk membahas terorisme" tetapi Pakistan telah menunjukkan 'wajah aslinya'.

Selain itu, India juga keberatan untuk merilis perangko Pakistan Juli lalu. Sebab, perilisan perangko itu disebut sebagai 'memuliakan teroris dan terorisme' dan melancarkan 'agenda jahat' Pakistan.

Sebab, salah satu prangko peringatan yang akan diluncurkan Pakistan itu terdapat Burhan Wani. Ia adalah komandan militan Kashmir karismatik yang dibunuh oleh pasukan India pada bulan Juli 2016. Kematiannya ini sempat memicu gelombang protes kekerasan di bagian Kashmir yang dikelola India.

India telah lama menuduh Pakistan mempersenjatai kelompok pemberontak di Kashmir. Wilayah Kashmir telah terbagi dua antara India dan Pakistan sejak berakhirnya kekuasaan kolonial Inggris pada tahun 1947.

India juga menuduh Pakistan membiayai serangan militan tahun 2008 yang mematikan di Mumbai. Kelompok pemberontak sejak 1989 memerangi polisi India dan tentara yang ditempatkan di Kashmir. Mereka ingin bersatu dengan Pakistan atau menyatakan kemerdekaannya sendiri. Puluhan ribu jiwa telah tewas dalam pertempuran, kebanyakan adalah warga sipil. 



Credit  cnnindonesia.com



Selasa, 05 Juni 2018

India-Pakistan Baku Tembak di Kashmir, 2 Tewas dan 8 Terluka




India-Pakistan Baku Tembak di Kashmir, 2 Tewas dan 8 Terluka
Militer India terlibat baku tembak dengan tentara Pakistan di wilayah Kashmir. Foto/Ilustrasi/Istimewa



SRINAGAR - Dua tentara paramiliter tewas dan delapan warga sipil terluka ketika tentara Pakistan menyerang puluhan pos terdepan di sepanjang perbatasan yang militeris di Kashmir yang disengketakan. Demikian pernyataan pejabat India.

Pertempuran itu terjadi hampir satu minggu setelah dua pesaing bersenjata nuklir sepakat untuk menghentikan kontak senjata di sepanjang perbatasan yang bergejolak dan menegakkan perjanjian gencatan senjata yang sudah ada sejak 15 tahun lalu. Kedua pihak pada Selasa lalu sepakat untuk meredakan ketegangan di Kashmir dan menggunakan mekanisme kontak hotline dan pertemuan perbatasan yang ada di tingkat komandan lokal untuk menyelesaikan masalah.

Penjaga perbatasan India mengatakan Pakistan lagi-lagi terang-terangan melanggar perjanjian gencatan senjata tahun 2003 dan mereka pun membalasnya. Mereka mengatakan Pakistan melepaskan tembakan yang tidak pandang bulu dan tidak beralasan serta tidak hanya menargetkan pos-pos paramiliter tetapi juga desa-desa.

"Pihak berwenang India pertama kali mencoba untuk mengevakuasi warga desa yang sakit dan terluka yang tinggal di dekat perbatasan dalam kendaraan antipeluru di tengah hujan tembakan yang intens dan tembakan otomatis," kata pejabat polisi S.D. Singh seperti dikutip dari AP, Minggu (3/6/2018).

Singh mengatakan mereka telah membuat penampungan sementara yang siap menerima penduduk perbatasan.

Pakistan tidak segera berkomentar terkait hal ini.

Ketegangan telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, karena kedua belah pihak telah menembaki pos perbatasan dan desa-desa. Masing-masing pihak telah menuduh yang lain memulai permusuhan yang melanggar perjanjian tahun 2003.

India mengatakan 25 warga sipil dan 18 tentara tewas tahun ini di lebih dari 800 pelanggaran gencatan senjata diprakarsai oleh Pakistan.

Sementara Pakistan menuduh pasukan India melakukan lebih dari 1.050 pelanggaran gencatan senjata tahun ini, yang mengakibatkan kematian 28 warga sipil dan melukai 117 orang lainnya.

Para prajurit dari kedua negara telah terlibat dalam pertempuran sengit di sepanjang Garis Pengendalian yang berbukit dan bergunung-gunung, serta batas 200 kilometer yang memisahkan Kashmir yang dikontrol India dan provinsi Punjab Pakistan, di mana sebagian besar pertempuran terbaru terjadi.

India dan Pakistan memiliki sejarah panjang hubungan sengit atas Kashmir, yang diklaim oleh keduanya. Mereka telah berjuang dua dari tiga perang mereka sejak 1947 atas klaim mereka atas wilayah tersebut.

Pertempuran itu telah menjadi siklus kekerasan yang dapat diprediksi ketika wilayah itu diguncang oleh permusuhan puluhan tahun antara India dan Pakistan mengenai Kashmir, di mana kelompok-kelompok pemberontak menuntut bahwa wilayah itu disatukan di bawah kekuasaan Pakistan atau sebagai negara merdeka.

India menuduh Pakistan mempersenjatai dan melatih pemberontak anti-India dan juga membantu mereka dengan memberikan tembakan sebagai kedok untuk serangan ke sisi India. 

Pakistan membantahnya, dengan mengatakan mereka hanya menawarkan dukungan moral dan diplomatik kepada militan dan Kashmir yang menentang pemerintahan India.

Pemberontak telah memerangi kekuasaan India sejak 1989. Hampir 70.000 orang tewas dalam pemberontakan dan penumpasan oleh militer India.



Credit  sindonews.com




Kamis, 17 Mei 2018

India Umumkan Gencatan Senjata Selama Ramadhan


Perbatasan Kashmir yang memisahkan India dan Pakistan.
Perbatasan Kashmir yang memisahkan India dan Pakistan.
Foto: Zee Media Bureau

Jammu dan Kashmir menyambut keputusan gencatan senjata Selama Ramadhan.




CB, NEW DELHI -- Pemerintah India mengumumkan gencatan senjata bersyarat di Jammu dan Kashmir selama bulan suci Ramadhan.


"Penting untuk mengisolasi kekuatan yang membawa nama buruk ke Islam dengan menggunakan kekerasan dan teror tak beralasan, kata Pemerintah India dalam sebuah pernyataan, dikutip Times of India.

"Pemerintah mengharapkan semua orang untuk bekerja sama dalam inisiatif ini dan membantu saudara-saudari Muslim untuk menghadapi Ramadhan secara damai dan tanpa kesulitan," pernyataan itu menambahkan.


Pemerintah India meminta pasukan keamanan untuk tidak memulai operasi di wilayah tersebut selama tiga puluh hari ke depan. Namun, pasukan keamanan berhak untuk membalas jika diserang atau jika penting untuk melindungi nyawa orang yang tidak bersalah.


Menurut kementerian dalam negeri, Menteri Utama Jammu dan Kashmir Mehbooba Mufti telah diberitahu tentang keputusan itu. Menteri Utama Jammu dan Kashmir Mehbooba Mufti menyambut keputusan Pemerintah India. Dia mengatakan bahwa keputusan itu akan membantu dalam menciptakan lingkungan yang damai dan aman untuk dialog yang berkelanjutan.


"Saya dengan sepenuh hati menyambut gencatan senjata Ramadhan dan ingin mengucapkan terima kasih kepada Narendra Modi ji dan Rajnath Singh ji atas intervensi pribadi mereka. Terima kasih juga kepada para pemimpin dan pihak-pihak yang berpartisipasi dalam All Party Meeting dan membantu membangun konsensus terhadap pengumuman ini," ujar Mufti dalam cicitannya di Twitter.


Mantan menteri utama negara Omar Abdullah mengatakan bahwa jika para militan tak menanggapi gencatan senjata maka mereka akan dianggap sebagai musuh rakyat.

"Atas permintaan semua partai politik (kecuali BJP, yang telah menentangnya), Pemerintah India telah mengumumkan gencatan senjata sepihak. Sekarang jika para militan tidak menanggapi dengan cara yang sama, mereka akan terungkap sebagai musuh sejati rakyat," kata Abdullah menyusul laporan gencatan senjata.

Pemimpin Konferensi Nasional Farooq Abdullah memberi selamat kepada Menteri Dalam Negeri Rajnath Singh untuk keputusan itu. "Ini adalah langkah maju yang besar, saya ingin mengucapkan selamat kepada Menteri Dalam Negeri Rajnath Singh dan PM Modi. Ini mengingatkan saya pada era Atal ji ketika dia mengumumkan gencatan senjata sepihak. Saya menyambut ini," kata Farooq Abdullah.

Awal bulan ini, Mufti telah mendesak Pemerintah India untuk mempertimbangkan gencatan senjata sepihak di Jammu dan Kashmir mulai dari Ramadhan pada pertengahan Mei sampai selesainya Amarnath yatra pada Agustus.

"Semua orang (semua pihak) setuju bahwa kami harus mengajukan banding ke Pemerintah India untuk mempertimbangkan gencatan senjata seperti gencatan senjata sepihak di (mantan PM Atal Bihari) waktu Vajpayee di Ramadhan (akhir bulan ini) sampai Amarnath yatra dan Idul Fitri," katanya.


Pasukan India dan militan Jammu-Kashmir berada dalam sejarah konflik yang panjang. Konflik tersebut dipicu perebutan wilayah di Kashmir yang merupakan wilayah perbatasan India dan Pakistan.





Credit  republika.co.id






Rabu, 09 Mei 2018

OKI Kecam Kekerasan Militer India di Kashmir


Perbatasan Kashmir yang memisahkan India dan Pakistan.
Perbatasan Kashmir yang memisahkan India dan Pakistan.
Foto: Zee Media Bureau

Kekerasan di Kashmir meningkat dalam dua tahun terakhir.




CB, KASHMIR -- Independent Permanent Human Rights Commission (IPHRC) dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan India terhadap warga sipil Muslim di wilayah Kashmir yang dikelola India. Menurut IPHRC, kekerasan itu bertentangan dengan norma-norma hak asasi manusia (HAM) di India dan dunia internasional.


Sedikitnya 20 orang tewas, yang sebagian besar anak muda, dan puluhan lainnya terluka parah, pada minggu terakhir tindakan keras dilakukan oleh pasukan India di Distrik Shopian. Sebuah rekaman video yang beredar di media sosial bahkan menunjukkan seorang warga sipil tewas terlindas kendaraan lapis baja.

Seperti dilaporkan laman Anadolu, IPHRC menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban yang ditinggalkan. Komisi tersebut juga menyampaikan keprihatinan PBB dan OKI mengenai situasi HAM di wilayah Kashmir yang dikelola India.


Komisi tersebut mengimbau masyarakat internasional, terutama negara-negara anggota OKI, untuk menekan India agar segera mengakhiri pelanggaran HAM yang dilakukan militernya. IPHRC juga mendesak pihak berwenang untuk menyeret ke pengadilan semua pihak yang bertanggung jawab.


IPHRC menyambut baik pernyataan dukungan OKI baru-baru ini terhadap hak-hak sah masyarakat Kashmir, termasuk hak untuk menentukan nasib sendiri. Komisi itu menyerukan agar perselisihan diselesaikan melalui dialog sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan dan keinginan rakyat Kashmir.


Separatis Muslim telah terlibat bentrokan dengan pasukan India sejak akhir 1980-an di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Wilayah tersebut adalah satu-satunya negara bagian yang penduduknya mayoritas Muslim di negara mayoritas Hindu tersebut.


New Delhi menuduh Pakistan secara rahasia mendukung pemberontakan separatis yang sudah lama terjadi. Kedua negara yang bersaing itu telah terlibat dalam beberapa perang di Kashmir.


Kekerasan semakin meningkat dalam dua bulan terakhir. Tahun ini, tercatat ada 131 orang tewas di Kashmir, termasuk 72 militan, 31 warga sipil, dan 28 personel keamanan India.





Credit  republika.co.id





Kamis, 12 April 2018

Warga Sipil Tewas dalam Baku Tembak di Kashmir Selatan


Lembah Kashmir
Lembah Kashmir
Foto: WIKIPEDIA


Tentara India memburuk kelompok gerilyawan pro-kemerdekaan.



CB, KASHMIR -- Empat warga sipil, termasuk seorang anak-anak, dan satu tentara India tewas akibat aksi kontak senjata yang terjadi di Khudwani, Kashmir selatan, pada Rabu (11/4). Peristiwa tersebut menyebabkan daerah Khudwani bergolak.

Menurut keterangan penduduk setempat, kontak senjata terjadi ketika tentara India memburu dan mengepung kelompok gerilyawan pro-kemerdekaan. Warga, yang mendukung keberadaan kelompok tersebut, kemudian mendatangi lokasi kejadian untuk membantu para gerilyawan melarikan diri.

Namun tentara India justru turut menyerang warga sipil di sana. "Pasukan India menembaki warga sipil dan menewaskan seorang remaja. Lebih banyak orang dari desa-desa tetangga keluar setelah berita tentang pembunuhan warga sipil menyebar. Pasukan menembaki orang-orang lagi dan puluhan warga sipil terluka," ungkap Dilshad Ahmad, seorang warga Khudwani, dikutip laman Anadolu.

Dalam peristiwa tersebut, seorang tentara India turut menjadi korban tewas. "Salah satu prajurit kami telah tewas dalam pertempuran senjata. Operasi ini dibatalkan. Kami tidak menemukan mayat milisi," kata juru bicara tentara India Kolonel Rajesh Kalia.

Kepolisian Khudwani telah mengonfirmasi tewasnya empat warga sipil akibat kejadian tersebut. "Empat warga sipil yang diidentifikasi sebagai Sarjeel Sheikh dari Khudwani, Bilal Ahmad dari Frisal, Faisal Ilahi dari Shopian, dan Aijaz Ahmad Palla dari Bijbehara yang terluka akibat baku tembak telah menyerah pada luka-lukanya," ungkap kepolisian Khudwani dalam sebuah pernyataan.

Kashmir merupakan sebuah wilayah di Himalaya dengan penduduk mayoritas Muslim yang dipersengketakan India dan Pakistan. Kedua negara telah terlibat tiga kali perang yakni pada tahun 1948, 1965, dan 1971, karena memperebutkan Kashmir.

Beberapa kelompok Kashmir di Jammu dan Kashmir telah berperang melawan India guna meraih kemerdekaan. Kalaupun tidak berhasil merdeka, mereka ingin berpisah dari India dan bergabung dengan Pakistan. Menurut beberapa organisasi hak asasi manusia, ribuan orang dilaporkan telah tewas akibat konflik di Kashmir sejak 1989.




Credit  republika.co.id




Selasa, 03 April 2018

Bentrokan Meletus di Kashmir, Belasan Orang Tewas


Bentrokan (ilustrasi)
Bentrokan (ilustrasi)
Foto: Antara/Ibor


Bentrokan ini terjadi setelah warga mencoba menghentikan baku tembak


CB, KASHMIR - Pasukan keamanan India menembak tiga warga sipil hingga tewas dan melukai sekitar 70 warga lainnya di Desa Kachdoora, Distrik Shopian, Kashmir, pada Ahad (1/4). Bentrokan ini terjadi setelah warga mencoba menghentikan baku tembak antara pasukan keamanan dengan militan.

Pasukan keamanan menggunakan gas air mata dan senjata pelet untuk membubarkan kerumunan massa. Mereka kemudian melepaskan tembakan. Sementara dalam baku tembak sebelumnya, 17 orang dilaporkan tewas, termasuk 13 orang yang diduga militan.

Penduduk setempat mengatakan setelah warga melancarkan protes, pasukan keamanan membatalkan operasi mereka untuk melawan militan. Menurut keterangan dari pasukan keamanan, lima militan dan tiga tentara tewas dalam baku tembak itu.

Pertempuran juga pecah di dua desa lainnya di wilayah itu. Separatis Muslim diketahui telah melakukan aksi kekerasan terhadap pemerintah India sejak akhir 1980-an di wilayah Kashmir yang dikuasai India.

S.P. Vaid, Direktur Jenderal Kepolisian Kashmir, mengatakan tentara menerima informasi pada Sabtu (31/3) malam mengenai militan yang bersembunyi di daerah dekat Desa Dragad, sekitar 50 km di selatan Srinagar dan juga di Distrik Shopian.

"Di dalam Dragad, tujuh jasad militan telah ditemukan termasuk jasad komandan mereka. Mereka tewas dalam baku tembak," kata Vaid. Militan lainnya tewas di Desa Dialgam di Distrik Anantnag, sekitar 60 km di selatan Srinagar.

Pihak berwenang telah meminta sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Kashmir untuk tetap tutup pada Senin (1/4) untuk mencegah terulangnya bentrokan. Layanan kereta api ke Kashmir selatan juga telah ditangguhkan sebagai tindakan pencegahan dan layanan internet di lima distrik juga telah diblokir, dilansir laman Reuters.





Credit  republika.co.id