Jumat, 08 Februari 2019

Cukai Venezuela Sita Senjata Selundupan Diduga dari AS


Senjata yang disita otoritas Venezuela.[Twitter/@PalenciaEndes]
Senjata yang disita otoritas Venezuela.[Twitter/@PalenciaEndes]

CB, Jakarta - Perwakilan dari Garda Nasional Venezuela dan Layanan Terpadu Nasional Administrasi Bea dan Cukai (SENIAT) telah menyita 19 senapan di dalam pesawat kargo komersial di Bandara Internasional Arturo Michelena di Valencia.
Dikutip dari Sputnik, 6 Februari 2019, Wakil Menteri Pencegahan dan Keamanan Warga di Venezuela, Endes Palencia, mengatakan amunisi kaliber tinggi, 19 senapan dan 118 majalah, serta 90 radio dan enam ponsel ditemukan dalam kargo yang kemungkinan dikirim dari Miami, Florida pada 3 Februari. Pihak berwenang telah meluncurkan penyelidikan atas insiden tersebut.

Donald Trump, ketika mengomentari krisis Venezuela selama pidato kenegaraannya mengatakan bahwa Amerika Serikat berdiri dengan rakyat Venezuela "dalam misi mulia mereka untuk kebebasan".

Sebelumnya tentara Venezuela yang membelot dari rezim Nicolas Maduro meminta bantuan senjata kepada pemerintahan Donald Trump untuk mengkudeta Maduro, misi yang mereka sebut "Pembebasan".
Mantan tentara Carlos Guillen Martinez dan Juse Hidalgi Azuaje, yang tinggal di pedesaan mengatakan kepada CNN, seperti dikutip pada 30 Januari 2019, mereka menginginkan bantuan senjata dari militer AS.
"Sebagai tentara Venezuela, kami memohon dukungan AS dengan logistik, dengan komunikasi, dengan senjata, jadi kami bisa membebaskan Venezuela," kata Guillen Martinez.
Pihak berwenang Venezuela menyalahkan Washington atas krisis ini, dengan Presiden Nicolas Maduro menuduh Gedung Putih berusaha mengorganisir kudeta di negara kaya minyak dan mengumumkan penghentian hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.

Pada Ahad kemarin, Trump mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CBS bahwa intervensi militer AS di Venezuela tetap "pilihan yang tersedia di atas meja". Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza menggambarkan pernyataan itu sebagai bukti bahwa Washington berada di belakang upaya untuk melakukan kudeta di negara Amerika Latin.






Credit  tempo.co