Direktur Staf Gabungan Amerika Serikat (AS), Kenneth McKenzie mengatakan, target utama dari operasi itu adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Barza di wilayah Damaskus. Wilayah udara daerah itu disebut McKenzie sebagai salah satu wilayah udara dengan sistem pertahanan paling banyak di dunia.
Barza menjadi wilayah yang mendapatkan serangan paling berat. Sebanyak 57 rudal jelajah Tomahawk dan 19 rudal jelajah Joint Air to Surface Stand-off (JASSM) menghantam wilayah tersebut.
"Saya pikir kami telah memberi mereka pukulan yang keras," kata McKenzie, menambahkan butuh bertahun-tahun untuk mengatur kembali program senjata kimia itu.
Meskipun begitu, McKenzie mengakui beberapa infrastruktur senjata kimia Suriah masih tersisa. McKenzie pun tidak mengesampingkan bahwa pemerintah Bashar al-Assad masih memiliki kemampuan untuk menggunakan senjata kimia lagi meski infrastrukturnya telah hancur akibat serangan itu.
"Masih ada elemen sisa dari program Suriah yang ada di luar sana," katanya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/4/2018).
“Saya tidak akan mengatakan bahwa mereka tidak akan dapat terus melakukan serangan kimia di masa depan. Saya kira, bagaimanapun, mereka akan berpikir panjang dan keras tentang itu,” tukasnya.
Credit sindonews.com