Rabu, 04 April 2018

Arab Saudi Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya 200 Gigawatt


Seorang pekerja tengah membersihkan puluhan panel tenaga surya. Instalasi ini merupakan pembangkit listrik yang paling ramah lingkungan. Karena tidak ada satupun emisi gas yang terbuang. Abingdon, Inggris, 29 Juli 2015. Peter MacDiarmid / Getty Images
Seorang pekerja tengah membersihkan puluhan panel tenaga surya. Instalasi ini merupakan pembangkit listrik yang paling ramah lingkungan. Karena tidak ada satupun emisi gas yang terbuang. Abingdon, Inggris, 29 Juli 2015. Peter MacDiarmid / Getty Images

CB, Riyadh - Riyadh - Arab Saudi pekan lalu mengumumkan bahwa mereka bermitra dengan raksasa internet Jepang SoftBank untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 200 gigawatt, sebagaimana dilaporkan Daily Mail, 3 April 2018.
Pada kapasitas itu, proyek tersebut akan menjadi sekitar 200 kali ukuran pembangkit tenaga surya terbesar yang saat ini beroperasi. Dan proyek itu juga tidak murah. Proyek ini akan membutuhkan investasi US$ 200 miliar (Rp 2.752 triliun) agar siap pada tahun 2030.
Hal itu menggambarkan komitmen Arab Saudi untuk mengurangi ketergantungannya pada minyak, sebagaimana dinyatakan Putra Mahkota Muhammad bin Salman sebelumnya.

Saat ini, kapasitas tenaga surya Arab Saudi adalah sekitar 77 gigawatt. Dengan kapasitas 200 gigawatt, panel surya itu kemungkinan akan mencakup 5.000 km persegi, menurut laman Quartz.
Itu dengan mudah menutupi wilayah daratan dari banyak kota di dunia. Sebagai contoh, luas daratan Hong Kong mencakup sekitar 1.090 km persegi, sedangkan New York City sekitar 784 km persegi.
Pembangkit Arab Saudi seluas 5.000 km persegi mengerdilkan ibu kota negara, Washington, D.C., yang hanya seluas sekitar 176 km persegi.
Arab Saudi bukan satu-satunya negara yang berupaya meningkatkan kapasitas produksi tenaga surya. Pada tahun 2017, industri surya global menghasilkan sekitar 100 gigawatt panel surya.
Namun, banyak ahli mengatakan tidak ada jaminan Arab Saudi akan mewujudkan rencananya untuk membangun proyek tenaga surya besar-besaran.
"Saya akan membuat penilaian sampai saya melihat 5 hingga 10 gigawatt pertama dalam pembangunan," ujar Assaad Razzouk, CEO Kelompok Sumber Daya Berkelanjutan Sindicatum, kepada Bloomberg.
"Ada banyak pekerjaan yang dilakukan kedua pihak, dan seluruh ekosistem untuk perusahaan di sekitar mereka, yang belum selesai," tambahnya.
Pembangkit listrik raksasa matahari hadir karena para peneliti Cina telah mengembangkan panel surya baru yang berfungsi dalam kondisi hujan atau cerah. Panel itu memanen energi dari sinar matahari serta energi yang diciptakan dari gesekan tetesan hujan.




Credit  TEMPO.CO