CB, Madrid - Hingga kini, manusia neanderthal (Homo neanderthalensis) masih meninggalkan banyak misteri. Bagaimana mereka tumbuh? Apakah manusia modern (Homo sapiens) berkembang dengan cara yang sama dengan mereka? Apakah ukuran otak mereka, yang lebih besar, mempengaruhi perkembangan tubuh?
Studi yang dipimpin Antonio Rosas, peneliti dari Spanish National Research Council (CSIC) dan National Natural Science Museum, Spanyol, berusaha menjawab sederet misteri tersebut. Tim ini mempelajari fragmen fosil manusia Neanderthal anak-anak dan membandingkannya dengan Homo sapiens.
Hasilnya, menurut studi yang terbit dalam jurnal Science edisi 22 September 2017 itu, dua spesies tersebut mengalami perkembangan tubuh yang berbeda, sesuai dengan jumlah konsumsi energi dan karakteristik tubuh mereka masing-masing.
"Fakta ini membantu kita mendefinisikan sejarah nenek moyang lebih baik. Sebab, selama ini manusia modern dan manusia Neanderthal kerap disebut memiliki fisik yang sama," demikian menurut tim dalam jurnal. Studi mereka berjudul "The Growth Pattern of Neanderthals, Reconstructed from a Juvenile Skeleton from El Sidrón (Spain)".
Manusia Neanderthal memiliki kapasitas otak yang lebih besar ketimbang manusia modern. Volume otak Homo Neanderthalensis dewasa bisa mencapai 1.520 sentimeter kubik. Adapun Homo sapiens dewasa hanya 1.195 sentimeter kubik.
Dalam studi kali ini, tim menggunakan kerangka tengkorak manusia Neanderthal berumur 8 tahun yang memiliki volume otak 1.330 sentimeter kubik, yang ditemukan dalam bentuk fosil. Jumlah tersebut baru 87,5 persen dari total keseluruhan. "Ada penyusutan saat seseorang meninggal," ujar Luis Ríos, anggota tim yang juga peneliti CSIC, seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Tempo.
Dalam jurnal, tim menjelaskan, pengembangan otak melibatkan pengeluaran energi yang signifikan. Imbasnya, akan menghalangi pertumbuhan bagian tubuh lain. Di tubuh Homo sapiens, perkembangan otak selama masa menyusui dan anak-anak menguras energi yang tinggi, sehingga agak menghambat perkembangan tubuh.
Hal itu juga terlihat dalam fisiologis tubuh manusia Neanderthal. Yang membedakan, tim menjelaskan, adalah bagian pematangan kolom vertebratal. Pada semua hominid, sendi tulang rawan tulang belakang toraks tengah dan tulang atlas (ruas tulang belakang pertama yang menyangga tengkorak) yang terakhir menyatu. Perkembangan fisik Neanderthal terjadi sekitar dua tahun lebih telat ketimbang manusia modern.
Perbedaan masa transisi dari fase bayi ke fase remaja itulah yang membedakan manusia Neanderthal dengan manusia modern. Meski penyebab keterlambatan fitur kolom vertebratal itu belum diketahui, tim memprediksi hal tersebut berimbas pada batang otak Neanderthal. "Pertumbuhan otak lebih lambat dan lebih besar," ujar Rosas.
Kerangka manusia Neanderthal anak-anak yang dipakai untuk penelitian ini berumur sekitar 8 tahun dengan berat kerangka 26 kilogram. Tingginya mencapai 111 sentimeter. Meski analisis genetika gagal mengkonfirmasi jenis kelamin kerangka tersebut, gigi taring dan tingkat kekokohan tulang menunjukkan fosil tersebut merupakan anak laki-laki.
Fosil Homo neanderthalensis anak-anak itu ada 138 buah. Sebanyak 30 di antaranya adalah gigi (termasuk beberapa gigi susu). Sebagian lagi adalah kerangka dan bagian dari tengkorak. Tim kemudian menyusun dan menamainya El Sidrón J1. Dalam studi ini, tim juga mengungkapkan bahwa El Sidrón J1 menggunakan giginya sebagai tangan ketiga, baik itu untuk menggigit kulit, melumat daging, maupun mencabut serabut tanaman.
"Anak ini menderita hipoplasia saat berumur 2 atau 3 tahun," demikian menurut tim dalam jurnal. Hipoplasia atau bintik putih pada gigi insisivus—gigi yang memiliki satu akar—terjadi bila gigi memiliki enamel lebih sedikit dari biasanya. Penyebabnya biasanya adalah malnutrisi atau penyakit.
Fosil El Sidrón J1 ditemukan pertama kali pada 1994 di Gua El Sidrón, yang terletak di Piloña, Asturias, utara Spanyol. Gua ini menyediakan sederet fosil terbaik Homo neanderthalensis di sepanjang Semenanjung Iberia. Setidaknya telah ditemukan 13 individu dari gua tersebut yang terdiri atas tujuh orang dewasa (empat wanita dan tiga pria), tiga remaja, serta tiga anak-anak.
"Tentu, studi tidak akan berhenti sampai sini. Dengan ini, kami ingin mengungkap lebih dalam perbedaan manusia modern dan Neanderthal," kata Rosas.
Studi yang dipimpin Antonio Rosas, peneliti dari Spanish National Research Council (CSIC) dan National Natural Science Museum, Spanyol, berusaha menjawab sederet misteri tersebut. Tim ini mempelajari fragmen fosil manusia Neanderthal anak-anak dan membandingkannya dengan Homo sapiens.
Hasilnya, menurut studi yang terbit dalam jurnal Science edisi 22 September 2017 itu, dua spesies tersebut mengalami perkembangan tubuh yang berbeda, sesuai dengan jumlah konsumsi energi dan karakteristik tubuh mereka masing-masing.
"Fakta ini membantu kita mendefinisikan sejarah nenek moyang lebih baik. Sebab, selama ini manusia modern dan manusia Neanderthal kerap disebut memiliki fisik yang sama," demikian menurut tim dalam jurnal. Studi mereka berjudul "The Growth Pattern of Neanderthals, Reconstructed from a Juvenile Skeleton from El Sidrón (Spain)".
Manusia Neanderthal memiliki kapasitas otak yang lebih besar ketimbang manusia modern. Volume otak Homo Neanderthalensis dewasa bisa mencapai 1.520 sentimeter kubik. Adapun Homo sapiens dewasa hanya 1.195 sentimeter kubik.
Dalam studi kali ini, tim menggunakan kerangka tengkorak manusia Neanderthal berumur 8 tahun yang memiliki volume otak 1.330 sentimeter kubik, yang ditemukan dalam bentuk fosil. Jumlah tersebut baru 87,5 persen dari total keseluruhan. "Ada penyusutan saat seseorang meninggal," ujar Luis Ríos, anggota tim yang juga peneliti CSIC, seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Tempo.
Dalam jurnal, tim menjelaskan, pengembangan otak melibatkan pengeluaran energi yang signifikan. Imbasnya, akan menghalangi pertumbuhan bagian tubuh lain. Di tubuh Homo sapiens, perkembangan otak selama masa menyusui dan anak-anak menguras energi yang tinggi, sehingga agak menghambat perkembangan tubuh.
Hal itu juga terlihat dalam fisiologis tubuh manusia Neanderthal. Yang membedakan, tim menjelaskan, adalah bagian pematangan kolom vertebratal. Pada semua hominid, sendi tulang rawan tulang belakang toraks tengah dan tulang atlas (ruas tulang belakang pertama yang menyangga tengkorak) yang terakhir menyatu. Perkembangan fisik Neanderthal terjadi sekitar dua tahun lebih telat ketimbang manusia modern.
Perbedaan masa transisi dari fase bayi ke fase remaja itulah yang membedakan manusia Neanderthal dengan manusia modern. Meski penyebab keterlambatan fitur kolom vertebratal itu belum diketahui, tim memprediksi hal tersebut berimbas pada batang otak Neanderthal. "Pertumbuhan otak lebih lambat dan lebih besar," ujar Rosas.
Kerangka manusia Neanderthal anak-anak yang dipakai untuk penelitian ini berumur sekitar 8 tahun dengan berat kerangka 26 kilogram. Tingginya mencapai 111 sentimeter. Meski analisis genetika gagal mengkonfirmasi jenis kelamin kerangka tersebut, gigi taring dan tingkat kekokohan tulang menunjukkan fosil tersebut merupakan anak laki-laki.
Fosil Homo neanderthalensis anak-anak itu ada 138 buah. Sebanyak 30 di antaranya adalah gigi (termasuk beberapa gigi susu). Sebagian lagi adalah kerangka dan bagian dari tengkorak. Tim kemudian menyusun dan menamainya El Sidrón J1. Dalam studi ini, tim juga mengungkapkan bahwa El Sidrón J1 menggunakan giginya sebagai tangan ketiga, baik itu untuk menggigit kulit, melumat daging, maupun mencabut serabut tanaman.
"Anak ini menderita hipoplasia saat berumur 2 atau 3 tahun," demikian menurut tim dalam jurnal. Hipoplasia atau bintik putih pada gigi insisivus—gigi yang memiliki satu akar—terjadi bila gigi memiliki enamel lebih sedikit dari biasanya. Penyebabnya biasanya adalah malnutrisi atau penyakit.
Fosil El Sidrón J1 ditemukan pertama kali pada 1994 di Gua El Sidrón, yang terletak di Piloña, Asturias, utara Spanyol. Gua ini menyediakan sederet fosil terbaik Homo neanderthalensis di sepanjang Semenanjung Iberia. Setidaknya telah ditemukan 13 individu dari gua tersebut yang terdiri atas tujuh orang dewasa (empat wanita dan tiga pria), tiga remaja, serta tiga anak-anak.
"Tentu, studi tidak akan berhenti sampai sini. Dengan ini, kami ingin mengungkap lebih dalam perbedaan manusia modern dan Neanderthal," kata Rosas.
Credit TEMPO.CO