Kementerian Pertahanan Turki melalui SSM (Sekretariat Industri Pertahanan) justru menerbitkan spesifikasi kebutuhan untuk kendaraan pendarat pasukan infanteri dengan kemampuan amfibi, atau dikenal dengan Ranratfib (Kendaraan Pendarat Amfibi).
Kemampuan yang dicari kurang-lebih sama dengan spesifikasi AAV-7 (LVTP-7) yang dipergunakan Korp Marinir AS, dengan kemampuan mendaratkan sampai dua regu per kendaraan.
SSM menerbitkan kebutuhan untuk 23 kendaraan versi angkut pasukan, 2 kendaraan versi komando, dan 2 kendaraan versi penolong atau recovery.
Spesifikasi ini diperkirakan cukup untuk mengangkut satu batalion dari perut kapal pendarat amfibi sampai ke garis pantai secara terlindungi. Baik dari terjangan peluru senjata ringan maupun ancaman gelombang laut.
Penggunanya adalah Komando Angkatan Laut Turki, dimana kekuatan Marinirnya bernaung.
Spesifikasi yang terbit di akhir 2016 dijawab oleh perusahaan FNSS dengan meluncurkan program ZAHA (Zirhli Amfibi Hücum Araçlarinin), yang bila diterjemahkan menjadi kendaraan lapis baja penyerang amfibi.Sama artinya dengan terminologi Amphibious Assault Vehicle milik Amerika Serikat.
Desain dan pembuatan ZAHA akan dikerjakan sepenuhnya di FNSS. ZAHA versi FNSS nantinya akan dapat diangkut LHD (Landing Helicopter Dock) kelas Anadolu(L-408) milik AL Turki.
LHD kelas Anadolu diperkirakan dapat menampung sampai 27 unit ZAHA, cukup untuk mendaratkan satu batalion Marinir ke garis pantai.
Credit angkasa.grid.id
Meski Mirip AAV-7, ZAHA Jadi Bukti Matangnya Industri Pertahanan Turki
Desain hull tinggi dengan material utama alumunium untuk bobot yang ringan. ZAHA memiliki siluet seperti AAV-7 dengan sosok tinggi besar, menandakan volume internal yang jauh lebih lapang dibanding kendaraan tempur konvensional.
Desain semacam ini tentu dioptimalkan untuk memberikan daya apung (buoyancy) maksimal saat mengarungi permukaan laut, serta menyediakan ruang yang lapang untuk duduk pasukan.
Kemampuan arung permukaan airnya mencapai Sea State 4, atau aman dioperasikan saat ombak mencapai 4 meter.
ZAHA juga memiliki kemampuan guling prima. Apabila kendaraan terguling di dalam air, kendaraan akan kembali ke posisi semula tanpa butuh bantuan dari luar.
Bagian hidung ZAHA melancip pada bagian atas dan bawah, dengan aksen lampu LED nan modern. Pelat pemecah ombak disediakan pada bagian bawah yang terlipat pada kondisi tidak dipakai, suatu desain yang lagi-lagi sama dengan AAV-7.
Olah geraknya disediakan oleh roda rantai dengan enam pasang roda lincir di setiap sisi kendaraan, dengan penutup roda rantai dari bahan karet.
Walaupun bagian belakang tidak digambarkan, sudah pasti pasukan akan keluar-masuk dari pintu palka belakang berikut pintu di bagian atap.
Sebagai kendaraan pendarat amfibi di pantai yang dikuasai musuh, ZAHA tidak sebatas angkut pasukan. Kemampuan bertahannya pun disediakan dengan pemasangan kubah di sisi kanan atas kendaraan.
Kubah ini menggunakan senjata ganda yakni senapan mesin berat 12,7mm dan pelontar granat 40mm.
Turki termasuk negara dengan industri pertahanan yang matang dan mampu menyediakan beragam solusi sistem kubah berawak ataupun kubah RCWS dengan kanon, sehingga ZAHA bisa jadi tak sebatas kendaraan angkut, tetapi juga menjelma sebagai kendaraan tempur.
Kapasitas angkut ZAHA mencapai 20 orang, di luar awaknya tiga orang yakni komandan, juru tembak, dan tentu saja pengemudi.
Pengemudi duduk di kiri depan, di samping posisi mesin. Sementara komandan dan juru tembak duduk dalam posisi depan-belakang di bawah kubahnya.
Spesifikasi ZAHA
Bobot : 30 ton
Dimensi (p x l) : 8,3 x 3,3m
Arung laut : 7 knot
Kemiringan : 40o
Sudut tanjak : 60%
Rintang vertikal : 90cm
Rintang parit : 2 meter
Credit angkasa.grid.id