Jumat, 11 November 2016

Trump Jadi Presiden AS, Media Meksiko Gempar

 
Trump Jadi Presiden AS, Media Meksiko Gempar  
Halaman utama surat kabar dan majalah yang terpampang di kedai-kedai jalanan Meksiko berubah skeptis dan pesimis, mempertanyakan nasib Meksiko dan jutaan warganya yang tinggal sebagai imigran di AS. (Reuters/Jose Luis Gonzalez)
 
Jakarta, CB -- Meksiko gempar ketika Donald Trump diberitakan menjadi presiden terpilih Amerika Serikat melalui pemilihan umum. Sehari setelah pengumuman hasil hitung cepat, media Meksiko pun dipenuhi dengan pemberitaan mengenai Trump.

Halaman utama surat kabar dan majalah yang terpampang di kedai-kedai jalanan Meksiko berubah skeptis dan pesimis, mempertanyakan nasib Meksiko dan jutaan warganya yang tinggal sebagai imigran di AS.

Selama masa kampanye, Trump tak jarang mengeluarkan komentar yang menyinggung dan menyudutkan warga Meksiko. Trump bahkan pernah melempar gagasan ingin membangun tembok di sepanjang perbatasan AS dengan Meksiko guna mencegah masuknya imigran gelap.

Trump bahkan berjanji akan mendeportasi jutaan imigran khususnya dari Meksiko yang tidak memiliki dokumen resmi dan menghancurkan kesepakatan perdagangan bebas kawasan Amerika Utara (NAFTA). Trump menganggap, NAFTA tidak menguntungkan AS.

"A Temblar" atau dapat diartikan "Menggemparkan", demikian tulisan yang terpampang di halaman muka salah satu majalah yang dijajakan di jalanan Meksiko. Beberapa tabloid lainnya bahkan memasang gambar Trump dengan hidung badut.

"Dia (Trump) akan menghancurkan kita semua (warga Meksiko)," ucap salah satu penjual koran di persimpangan jalan Meksiko seperti dikutip CNN.

Di salah satu ruas jalan, seorang penjual koran lainnya berkata, "Meksiko akan memiliki hubungan yang buruk dengan AS sekarang."

Sementara itu, ribuan orang Meksiko menggelar unjuk rasa, menuntut penguatan program sosial bagi pekerja miskin Meksiko.

Jose Torres Hernandez, 62, merupakan salah satu demonstran yang merasa kemenangan Trump memberatkan dirinya untuk bisa bekerja di AS.

Torez adalah seorang petani di negara bagian utara Meksiko, Nayarit. Ia mengaku kerap menyeberangi perbatasan Meksiko untuk pergi ke AS secara ilegal untuk mencari pekerjaan atau hanya mengambil hasil kebun di sana.

Torez menyatakan, pembangunan dinding pembatas AS-Meksiko tak akan menghalanginya pergi ke AS untuk mencari nafkah bagi keluarga. Torez menyatakan akan terus berjuang untuk bisa mendapat pekerjaan di AS supaya dapat menghidupi keluarganya dengan layak.

"Kami (warga Meksiko) tak pergi untuk mencuri dan melakukan kejahatan di AS. Kami hanya ingin mempertahankan kehidupan keluarga kami," ucap Torez seperti dikutip CNN.

Armando Flores Gutierrez, 48, justru menertawakan rencana Trump untuk membangun dinding pembatas. Ia mengaku telah menyeberangi perbatasan Meksiko untuk pergi ke AS secara ilegal sebanyak 25 kali tanpa tertangkap.

Gutierrez memang mengaku khawatir, terpilihnya Trump sebagai presiden AS akan berdampak buruk pada ekonomi Meksiko. Namun, Flores menegaskan bahwa pernyataan Trump yang ingin mendeportasi jutaan imigran Meksiko tanpa dokumen keluar dari AS hanya akan merugikan perekonomian negaranya sendiri.

"Jika Trump mencoba mengeluarkan seluruh orang Meksiko dari AS. Ia hanya akan menyadari itu merupakan kesalahan besar dan menyadarkan dirinya seberapa besar ekonomi AS juga bergantung pada para imigran Meksiko," tutur Tores.

Walaupun warga Meksiko terdengar berang dengan kemenangan Trump, masih ada beberapa warga Meksiko yang mendukung konglomerat asal New York itu. Bill Bonilla, 68, seorang pensiunan warga Mexico City, mengaku memahami pemikiran Trump mau menyegel perbatasan AS dari warga Meksiko.

Menurut Bonilla, peningkatan jumlah kriminal dalam beberapa tahun di Meksiko membuat Trump dan warga AS khawatir hal yang sama terjadi di AS.

"Ini alasanya mengapa Trump ingin bangun dinding pembatas itu," ucap Bonilla.

Sementara itu, pejabat Meksiko langsung berkumpul pada Rabu (9/11) untuk meyakinkan warganya bahwa terpilihnya Trump tidak akan menganggu stabilitas ekonomi negara.

Pasalnya, beberapa jam setelah Trump terpilih, nilai mata uang Meksiko, Peso, melemah 12 persen dari dolar AS, walaupun belakangan telah kembali stabil.

Pada Rabu kemarin, Presiden Meksiko, Enrique Peña Nieto, menghindar untuk membicarakan isu spesifik terkait hubungannya dengan Trump.

Peña Nieto mengatakan sepakat untuk bertemu kembali dengan Trump sebelum presiden baru AS itu dilantik pada Januari tahun 2017.

"Meksiko dan AS adalah rekan, tetangga, dan mitra. Kedua negara saling mendukung untuk melakukan yang terbaik," ucap Peña Nieto.

Menteri Luar Negeri Meksiko, Claudia Ruiz Massieu, sepakat untuk membicarakan modernisasi kesepakatan perdagangan bebas NAFTA, tapi tidak membatalkannya, bersama AS.

"Kami hendak merundingkan keberlanjutan NAFTA dengan pemerinrahan AS yang baru dan Kanada," kata Massieu.

Sementara warga Meksiko resah, Trump sendiri dalam pidato kemenangannya sebenarnya tidak menyinggung masalah tembok pembatasan maupun masalah lain dengan negara pimpinan Pena Nieto tersebut.



Credit  CNN Indonesia