CB, Jakarta PT Pindad (Persero) kembali meluncurkan produk terbarunya berupa kendaraan militer berjuluk Sanca. Kendaraan ini merupakan hasil transfer teknologi antara Indonesia dengan Thales Australia.
Direktur Komersial PT Pindad Widjajanto menjelaskan, kendaraan ini didesain khusus untuk angkutan personil dan pertahanan. Sebagai kendaraan militer, Sanca dianggap mampu menjinakkan ledakan ranjau yang ditanam musuh di tanah.
"Frame nya itu berbentuk V. Dengan model frame seperti itu, bila terjadi ledakan di bawah, hentakannya ke samping. Jadi kendaraan tetap aman, tetap save," kata Widjajanto saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (3/11/2016).
Tak cukup dengan sistem pertahanan yang ada, Pindad juga mendesain Sanca dilengkapi senjata yang beroperasi secara digital (remote) dengan kaliber 7,62 mm.
"Kendaraan ini kan sudah dipakai di perang Irak, Afganistan, tapi karena di kita tidak ada perang, jadi kompleksitasnya bisa kita turunkan levelnya," papar dia.
Dia memaparkan, sampai saat ini di Indonesia terdapat tiga jenis kendaraan dengan tipe yang sama dengan Sanca yang dipakai oleh Kopassus. Hanya saja tiga kendaraan tersebut merupakan hasil impor dari Australia.
"Kita tertarik karena mengantisipasi kebutuhan dari operasional tempur kita, dari TNI terkait anti ranjau itu," tutup Widjajanto.
Credit Liputan6.com
Sanca, Kendaraan Militer Anti-Ranjau Pertama di Indonesia
Kendaraan Anti Ranjau
Sanca merupakan kendaraan militer terbaru buatan Pindad yang didesain khusus untuk anti ranjau, atau serangan-serangan di dasar tanah.
Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose mengungkapkan koleksi kendaraan militer yang diproduksi Pindad bertambah dengan peluncuran Sanca. Sebelumnya, Pindad telah mengeluarkan Anoa, Komodo, dan Badak.
"Kita awalnya punya komodo, tapi kapasitasnya hanya 12. Ini lebih banyak dari itu. Kemudian dilengkapi sistemnya anti-ranjau," kata Abraham saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (3/11/2016).
Abraham mengungkapkan, Kopassus memiliki beberapa kendaraan tersebut hingga kini, hanya saja bukan produksi dari dalam negeri. Oleh karena itu, Kopasus menjadi salah satu pihak yang menyatakan minatnya untuk membeli Sanca demi meningkatkan kemampuan mereka.
Kendaraan seperti ini, kata Abraham, telah terbukti keandalannya saat perang di Irak, Afganistan, dan Afrika. "Hanya saja kita sedikit modifikasi desainnya, kita sesuaikan dengan kondisi di Indonesia yang tidak ada perang," ujar Abraham.
Hingga kini, Sanca masih dalam tahap uji kelayakan. Pindad dan Thales Australia sudah menciptakan prototipe untuk tahap pengujian tersebut. "Kalau tahap pengujian selesai, langsung kita produksi secara komersil. Saya harapkan 2017 sudah bisa produksi," tutur Abraham.
Credit Liputan6.com