CB, Jakarta - Di antara sendu cahaya purnama, ribuan lampion bakal diterbangkan ke langit Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, malam ini. Lampion-lampion yang menggantung di langit itu adalah pertanda berakhirnya prosesi Waisak, hari raya agama Buddha.
Candi
yang dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada
824 Masehi ini memang menjadi tempat perayaan Waisak setiap tahunnya.
Sebelum menerbangkan lampion, para biksu bersama umat Buddha membawa api
dharma dan air berkah dari Candi Mendut ke Borobudur.
Doa-doa lalu dilantunkan hingga saatnya para biksu mengelilingi Borobudur sebanyak 3 kali atau pradaksina.
Namun
tak cuma saat Waisak Borobudur menjadi pusat perhatian. Apalagi masih
banyak fakta tersembunyi di balik kesohoran candi terbesar di dunia itu.
Berikut sederet fakta mengagumkan tentang Candi Borobudur yang dihimpun
Liputan6.com pada Selasa (2/6/2015):
Misteri Nama BorobudurGubernur Jenderal
Britania Raya, Thomas Stamford Raffles yang berjasa mengarahkan
perhatian dunia pada susunan batu bergambar yang tersebar di daerah Kedu
-- lokasi Borobudur menurut legenda Jawa. Hingga batu-batu yang
sebagian besar telah terkubur di bawah gundukan tanah dan ditumbuhi
semak belukar itu kemudian digali pada 1814.
Dia lantas menuliskan laporan temuannya itu lewat buku
The History of Java pada 1817. Dan lewat buku itu pula nama Borobudur pertama kali dituliskan.
Tak
banyak yang diketahui tentang asal-usul nama tersebut. Hingga kini pun
masih misterius. Namun situs Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mencatat, pada zaman dahulu di sekitar Candi
Borobudur tumbuh subur pohon budur. Budur diartikan sebagai pohon bodhi
atau pohon kehidupan.
Di samping itu, Raffles juga disebut
memiliki 3 versi arti dari nama Borobudur. Yakni, budur yang kuno (Boro=
kuno, budur= nama tempat), lalu Sang Buddha yang agung (Boro= agung,
budur= Buddha), dan Buddha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)
Sementara
ahli Jawa Kuno, Poerbatjaraka disebutkan memiliki pendapat lain tentang
arti nama Borobudur. Menurut dia, Borobudur berasal dari kata biara
(tempat suci atau kuil) dan bidur yang berarti tempat tinggi.
Kedua kata itu bermakna kuil di tempat yang tinggi. Atau biara di Budur (Budur=nama tempat/desa).
Disebut dalam Kitab NagarakertagamaNama Borobudur juga disebut dalam kitab
Negarakertagama
karya Empu Prapanca 1365 Masehi. Dalam kitab itu diceritakan tentang
adanya bangunan suci agama Buddha dari aliran Wajradhara yang disebut
sebagai budur.
Laman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud
menyebutkan, sampai saat ini kata budur hanya dipakai oleh masyarakat
pedesaan yang bertempat tinggal di wilayah Borobudur.
Karena itu kata budur yang disebut dalam kitab
Negarakertagama diperkirakan adalah Candi Borobudur.
Nagarakertagama
bercerita tentang kehidupan pada zaman Kerajaan Majapahit. Kitab yang
ditulis di atas pelepah lontar itu sendiri kini telah diakui oleh Badan
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB atau UNESCO sebagai
warisan dokumenter ingatan dunia (Memory of the World).
Mengapa Ditinggalkan?Hingga saat ini belum ada
yang bisa menjawab alasan mengapa Borobudur ditinggalkan hingga akhirnya
terkubur dalam tanah sebelum ditemukan kembali oleh Raffles. Sebagian
menduga, candi tersebut ditinggalkan karena bencana letusan Gunung
Merapi.
Borobudur memang terletak di lokasi istimewa. Diapit 2
pasang gunung, Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur serta Gunung
Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara. Juga Pegunungan Menoreh di sebelah
selatan. Selain itu Borobudur juga terletak di antara 2 sungai, Progo
dan Elo.
Pun begitu dengan asal batu-batu besar penyusun
Borobudur yang masih misterius. Tak diketahui pasti dari mana batu
tersebut didapatkan.
Danau Purba
Seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp
mengajukan teori kontroversial pada 1931. Dia menyebut, daratan Kedu
dulunya adalah sebuah danau purba.
Menurut dia, Borobudur merupakan perlambang bunga teratai yang
mengapung di atas permukaan danau. Saat itu, hipotesa ini menjadi
perdebatan hangat di kalangan para ilmuwan.
Sementara Van Bemmelen dalam bukunya
The Geology of Indonesia
menyebutkan, batu-batuan hasil letusan besar pada 1006 telah menutupi
danau di Borobudur hingga menjadi kering. Material vulkanik itu pula
yang diduga menutupi candi tersebut hingga dilupakan sebelum ditemukan
kembali.
Namun masih diperlukan penelitian-penelitian lebih mendalam untuk menguak misteri di balik Candi Borobudur tersebut.
Credit
Liputan6.com