Rabu, 03 Juni 2015

Menhan Teringat Ketika Tempat Hiburan Malam Dijaga Polisi Militer

 
Menhan Teringat Ketika Tempat Hiburan Malam Dijaga Polisi Militer

Jakarta  (CB) - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyayangkan aksi perkelahian antar anggota TNI terjadi di tempat hiburan malam. Ia pun menyinggung keberadaan polisi militer (PM) yang pernah berjaga di sekitar tempat hiburan malam.

"Harusnya nggak boleh, makanya dulu ada PM-nya di situ (setiap kafe). Nanti kita akan selesaikan dengan PM, baik dari AD, AL dan AU," ungkap Ryamizard di Kantor Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Rabu (3/6/2015).

Menurut Ryamizard, saat ia masih aktif sebagai prajurit, PM selalu berjaga di tempat-tempat hiburan termasuk kafe. Ia pun ingin peraturan serupa diterapkan kembali sehingga anggota TNI tak bisa masuk. Dengan begitu, potensi permasalahan akan berkurang.

"Dulu ada, makanya takut itu tentara. Makanya akan kita kaji, jadi setiap keramaian akan ada PM. Tentara nggak boleh masuk. Dalam waktu dekat akan saya sampaikan. Tentara nggak boleh gitu (ke kafe lalu bertengkar), diketawain orang itu. Dulu tahun 1965 kan ribut-ribut sama PKI, sekarang kan sudah nggak ada," tutur Ryamizard.

Ryamizard melihat, potensi keributan jika anggota TNI masuk ke tempat hiburan malam cukup besar. Dari hanya minum-minum sedikit lalu mabuk, dan akhirnya berkelahi.

"Kalau lagi begitu mereka minum-minum terus mabuk akhirnya bawaannya lupa, itu nggak boleh. Mungkin dua-duanya yang salah kalau sama-sama mabuk," kata Purnawirawan Jenderal bintang 4 itu.

Mengenai pengusutan kasus pengeroyokan 4 anggota TNI AU oleh Grup 2 Kopassus di Sukoharjo, Minggu (31/5) malam lalu, Ryamizard masih menunggu hasil penyelidikan. Ia pun berencana akan memanggil seluruh kepala staf angkatan TNI untuk mengkaji permasalahan secara lebih mendalam.

"Tapi nanti kita lihat satu dua hari ini (hasil penyelidikan). Nanti kita akan ambil langkah, kemudian seluruh kepala angkatan kita panggil, bila perlu bagian psikologinya nanti supaya tahu apa yang terjadi. Tapi yang jelas, provost harus ada di tempat-tempat hiburan," ucap Ryamizard.

Pembinaan prajurit TNI, kata Ryamizard, pada dasarnya sudah baik. Namun entah mengapa permasalahan seperti ini masih sering sekali terjadi.

"Pembinaan sudah baik sebenarnya, sudah benar. Saya tahu karena saya pernah jadi Komandan Kompi sampai Pangkostrad. Saat saya jadi Danyon (komandan batalyon) tak ada anggota saya yang berantem, sama polisi juga. Nggak ada batalyon kompi saya rambut gondrong," tutup Ryamizard.



Credit  detikNews