Rabu, 03 Juni 2015

'Piring Terbang' NASA Diuji Sebelum Pergi ke Mars

Piring Terbang NASA (Foto: NASA)
Piring Terbang NASA (Foto: NASA)
WASHINGTON  (CB) - Hari ini Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyelenggarakan uji penerbangan bagi teknologi revolusioner 'piring terbang' yang akan disertakan dalam misi Mars di masa depan. UJi penerbangan tersebut dilakukan di Fasilitas Rudal Angkatan Laut Pasifik Amerika Serikat (AS) di Kuaui, Hawaii. Peluncuran dilakukan pada pukul 13.30 Waktu Timur (ET) dan 15.00 ET.

Peluncuran ambisius yang dilakukan NASA tersebut akan menyertakan sebuah kendaraan berbentuk piring seberat 7.000 pound atau sekira 3.175 kilogram, dan sebuah balon raksasa. Balon tersebut berukuran sekira tiga kali lapangan bola yang akan membawa piring tersebut terbang 120.00 kaki dari permukaan pada bagian pertama dari uji penerbangan tersebut.
"Kami pergi ke altitude yang tinggi karena dapat menstimulasi kondisi atmosfer di Mars," kata Juru Bicara NASA, Steve Jurczyk kepada Fox News, Selasa (2/6/2015).

Setelah mencapai ketinggian 180.000 kaki, kendaraan tersebut akan terbang dengan kecepatan supersonik. Kenyataannya, piring terbang itu diekspetasikan terbang tiga kali lebih cepat dari kecepatan suara.
Begitu sampai pada ketinggian yang ditargetkan, sebuah kantong udara akan mengembang di sekitar kendaraan angkasa luar itu. Kantong tersebut akan membantu kendaraan mendarat perlahan. Piring terbang itu diperkirakan akan mendarat setelah dua jam 15 menit kemudian di atas Samudera Pasifik, dekat Hawaii.
Proyek NASA tersebut merupakan bagian dari pengembangan kendaraan pendaratan untuk proyek Mars di masa depan.

Credit  Okezone


NASA Tes Lagi Pesawat 'Piring Terbang'


NASA Tes Lagi Pesawat 'Piring Terbang'  
 Piring terbang NASA alias Low-Density Supersonic Decelerator. (Dok. NASA.gov)
 
Jakarta, CB -- Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) melakukan uji coba kedua untuk pesawat ruang angkasa yang bentuknya seperti piring terbang. Pesawat itu dipersiapkan untuk misi ke Planet Mars.

Pada pengujian yang digelar pada Rabu (3/6) waktu setempat itu, ‘Piring Terbang’ NASA yang dinamai Low-Density Supersonic Decelerator (LDSD) itu diterbangkan dari sebuah pangkalan militer di Pulau Kauai, Hawaii.


Sebuah balon akan membawa pesawat berbobot sekitar 3 ton itu ke lapisan stratosfer di atmosfer atau ke ketinggian 120 ribu kaki. Perjalanan itu diperkirakan akan memakan waktu sekitar dua jam.

Setelah itu pesawat berdiameter 4,5 meter itu akan dilepaskan dan motor roketnya dinyalakan. Lantas roket itu akan mendorong si pesawat dengan kecepatan supersonik sejauh 34 mil di luar permukaan Bumi.

Nah, ketika pesawat kembali ke Bumi, sebuah tabung, dinamai Supersonic Inflatable Aerodynamic Decelerator akan dipompa di seluruh tubuhnya. Ini akan mengurangi kecepatan pesawat dari Mach 4—empat kali kecepatan suara—ke kecepatan yang lebih lambat.

Kemudian, roket dinyalakan untuk menstabiltkan posisi pesawat. Salah satu pengujian penting pada uji coba itu adalah penggunaan parasut supersonik raksasa yang didesain untuk memperlambat jatuhnya pesawat di permukaan.

Pihak Jet Propulsion Laboratory NASA (JPL) menyatakan, “Rencana NASA dalam menciptakan misi robotik ambisius untuk Mars menunjukan bahwa ekspedisi manusia menyambangi planet merah adalah hal tak mudah."

Mengutip laporan situs TIME, pihak JPL NASA juga beranggapan, pesawat antariksa tersebut harus memiliki kemampuan pendaratan yang sempurna di permukaan Mars, apalagi sebagai akomodasi awak manusia yang akan mengunjungi planet merah itu.

NASA tentu saja mempunyai alasan mengapa membuat pesawat seperti piring terbang. Menurut mereka, atmosfer Mars yang lebih tipis dari Bumi, akan berpengaruh pada kecepatan bila beban dibawa cukup berat.

Dengan muatan yang superberat tentu saja kecepatan akan mempengaruhi pendaratan misi ke Mars, sehingga dalam perjalannya bisa berpotensi menabrak permukaan planet.

Uji coba pesawat LDSD pertama kali dilakukan pada Juni 2014 lalu dan NASA sudah melaksanakan uji coba empat rotor kecil pada 31 Maret 2015 kemarin, yang gunanya sebagai menstabilkan pendaratan di Mars.


Credit  CNN Indonesia