AS mulai memberlakukan sanksi ekonomi baru terhadap Iran pada 6 Agustus.
CB,
TEHERAN -- Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan
Pemerintah Iran telah melakukan kesalahan tata kelola ekonomi. Hal itu,
menurutnya, menyebabkan kondisi masyarakat Iran kian terpukul menyusul
diberlakukannya sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat (AS).
"Lebih dari sanksi, kesalahan tata kelola ekonomi (oleh pemerintah)
memberi tekanan pada masyarakat Iran. Saya tidak menyebutnya sebagai
pengkhianatan, tapi kesalahan besar dalam tata kelola," kata Khamenei
pada Senin (13/8).
Ia menilai, bila tata kelola ekonomi
lebih baik, Iran dapat mengatasi gejolak akibat sanksi yang dijatuhkan
AS. "Dengan tata kelola dan perencanaan yang lebih baik, kita dapat
menahan sanksi dan mengatasinya," ujarnya.
Mata uang Iran,
rial, telah kehilangan sekitar setengah dari nilainya sejak April. Hal
itu disebabkan meningkatnya permintaan dolar di kalangan masyarakat Iran
yang ingin melindungi tabungannya. Mereka tahu AS telah mengancam akan
menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Teheran.
Selain
melemahkan rial, sanksi AS juga menyebabkan harga emas di Iran meroket.
"Jatuhnya rial dan kenaikan harga koin emas adalah masalah ekonomi
utama. Orang-orang (pejabat) korup harus dihukum tegas," ujar Khamenei.
Seorang pekerja minyak Iran bersepeda di kilang minyak Teheran selatan ibukota Teheran, Iran.
Sekitar
60 orang, termasuk pejabat Iran telah ditangkap karena dituding
melakukan penyelewengan yang menyebabkan rial melemah dan harga emas
melambung. Mereka terancam hukuman mati.
AS mulai
memberlakukan sanksi ekonomi baru terhadap Iran pada 6 Agustus. Akibat
sanksi tersebut, Iran kehilangan sejumlah transaksi dan kontrak
bisnisnya. Satu di antaranya adalah pembatalan kontrak senilai 20 miliar
dolar AS untuk menjual 110 pesawat Boeing ke Iran Air dan Aseman
Airlines.
Selain itu, AS memberlakukan pelarangan impor
mobil terhadap Iran yang menjadi pasar mobil terbesar ke-12 pada 2017.
Tahun lalu, Iran mengimpor 1,6 juta unit mobil. Hal itu menyebabkan
perusahaan Prancis PSA, produsen mobil Puegeot, akan menghentikan
operasinya di Iran.
Sanksi AS pun melarang perdagangan
emas dan logam mulia lainnya. Emas sempat dijadikan sebagai alat tukar
untuk membeli minyak Iran pada masa lalu guna menghindari sanksi
perbankan. Pada tahun fiskal 2017, Iran menerima setidaknya 64,5 ton
emas.
Presiden AS Donald Trump telah mengancam, siapa pun
negara yang masih berbisnis dengan Iran, tak akan berbisnis dengan AS.
Ia menegaskan sanksi yang diterapkan terhadap Iran kali ini merupakan
sanksi paling menggigit.
AS akan melipatgandakan sanksinya pada 4 November mendatang. Sanksi berikutnya akan mengincar sektor minyak dan perbankan Iran.
Kecemasan
ekonomi telah memicu gelombang demonstrasi di sejumlah wilayah Iran.
Dalam beberapa pekan terakhir, ribuan masyarakat Iran telah melakukan
protes terkait tingginya harga bahan pokok dan praktik korupsi di tubuh
pemerintahan.
Tak hanya itu, masyarakat pun menyuarakan
tentang minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan. Aksi-aksi tersebut
dengan cepat beralih menjadi unjuk rasa anti-pemerintah.