Ia dikenal sebagai pribadi yang saleh dan tawakal.
CB,
JAKARTA -- Pasukan tentara Islam akhirnya berhasil menguasai sebagian
daratan Eropa, dari Jabal Tariq hingga Pegunungan Barans, pada 711 M.
Ajaran Islam pun bersemi di benua Eropa. Kotakota di Spanyol, seperti
Zaragoza, Barcelona, dan Daniyah, berada dalam genggaman peradaban
Islam.
Sejarah Islam lebih banyak menonjolkan sosok
Tariq bin Ziyad sebagai pahlawan dalam penaklukan Spanyol. Padahal,
selain itu ada pula tokoh lainnya yang tak kalah hebat peranannya dalam
proses penaklukan Andalusia. Pahlawan itu bernama Musa bin Nushair.
“Ia dijuluki sebagai Penakluk Andalusia,” ujar Syekh Muhammad
Said Mursi dalam bukunya yang bertajuk Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang
Sejarah. Selain dikenal sebagai seorang pemimpin yang adil, Musa bin
Nushair pun dikenang sebagai seorang panglima perang yang gagah berani
dan dai yang tangguh.
Musa terlahir pada 19 H. Ia
menghabiskan masa kecilnya di Damaskus. Ia sempat menyaksikan berbagai
peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti tragedi pembunuhan
Khalifah Usman bin Affan dan Perang Sifin antara Khalifah Ali bin Abi
Thalib dan Muawiyah bin Abu Sofyan.
Musa bin Nushair
lahir dari bangsa Arab yang tinggal di perbatasan Kerajaan Persia
Zoroaster, di sebelah barat Sungai Eufrat. Keluarganya berasal dari
etnis Arab hitam dan tumbuh selama masa kejayaan 0pemerintahan Umar
al-Farouk. Nama lengkapnya adalah Musa bin Nushair bin Abdurrahman bin
Zaid al-Lahmi.
Ayah bernama Nushair. Sang ayah
berprofesi sebagai komandan pengawal pribadi Khalifah Muawiyah, penguasa
pertama Dinasti Umayyah. Pada waktu Muawiyah menjabat gubernur Syam, ia
dipercaya menjadi kepala penjaga. Ketika Khalifah Muawiyah memimpin
angkatan laut kedua melawan Roma, Musa saat itu baru berusia 15 tahun.
Ia
banyak belajar dan tak pernah lupa memperhatikan bagaimana strategi dan
persiapan angkatan laut. Pada beberapa titik dalam kariernya, Musa
mempraktikkan apa yang telah ia pelajari untuk ekspedisi angkatan
lautnya sendiri.
Ketika sudah beranjak dewasa, Musa
mulai bergabung dalam sebuah ekspedisi militer dalam sebuah pertempuran
melawan angkatan laut Roma. Ketika tampuk kekuasaan Dinasti Umayyah
dikelola Marwan bin al-Hakam, Musa menjadi sahabat karib anaknya,
bernama Abdul Malik bin Marwan.
Pada masa kekuasaan
Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), Musa turut dalam ekspedisi
penaklukan Afrika, papar Syekh Said Mursi. Ia ditunjuk sebagai kepala
penasihatnya. Di abad ke-8 M, sempat terjadi kekacauan di Maroko.
Kabilah Barbar memberontak dan berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
Umayyah.
Dalam waktu singkat, Musa berhasil
memadamkan gejolak di sana dan mengajak kembali penduduknya masuk Islam.
Bahkan, Musa juga berhasil menaklukkan wilayah barat Maroko yang belum
pernah tersentuh. Pada 705 M, Khalifah Walid bin Abdul Malik
mengangkatnya sebagai gubernur Afrika bagian utara dan sekitarnya. Pada
tahun yang sama, Musa berhasil menaklukkan Sicilia, sebelah selatan
Italia dan memperoleh kemenangan besar.
Pasukan yang
dipimpinnya meraih harta rampasan yang begitu banyak. Pulau tersebut
tetap berada di bawah kendali umat Kristen, Musa hanya bermaksud
menghukum mereka, bukan merebut wilayah mereka.
Musa
memiliki strategi yang sangat bijak, yaitu dengan membaurkan bangsa
Arab dan Barbar. Ia melakukan hal tersebut agar bangsa Barbar merasa
dihormati. Dengan kekuatan tersebut, Musa dapat memperluas wilayah
kekuasaan ke seberang lautan, yaitu Andalusia.
Dalam
membuka wilayah tersebut, ia memberi kepercayaan kepada Tariq bin Ziyad
sebagai pemimpin invasi. Tariq berhasil membuka wilayah Spanyol dan
membagi pasukannya menjadi empat kelompok. Ia menyebarkan pasukan
tersebut ke Cordoba, Malaga, Granada, dan Toledo.
Sedangkan,
Musa memimpin 10 ribu pasukannya ke Spanyol dan bertemu dengan Tariq di
Toledo. Penaklukan Spanyol terus berjalan hingga ke Zaragoza, Aragon,
Leon, Astoria, dan Galicia. Seluruh daratan Spanyol berhasil ditaklukkan
pasukan Muslim pada 86 H (715 M), di bawah pemerintahan Khalifah Walid.
Akan
tetapi, khalifah meminta Musa untuk menghentikan penaklukan karena
mencemaskan masa depan pasukan dan akibat yang ditimbulkan bila masuk
terlalu jauh ke dalam wilayah Spanyol. Ia diminta kembali ke Damaskus.
Sebelum
kembali ke Damaskus, Musa mengangkat anaknya yang bernama Abdulaziz
sebagai penguasa Cordoba. Ia juga mengangkat anaknya yang bernama
Abdullah untuk menjadi gubernur Afrika.
Penaklukan
Spanyol oleh Musa dan Tariq memberikan pengaruh positif terhadap
kehidupan sosial dan politik pada masa itu. Kediktatoran dan
penganiayaan yang biasa dilakukan oleh orang Kristen digantikan oleh
toleransi yang tinggi dan sikap saling menghormati.
Ketika
Musa tiba di Palestina, Khalifah Walid sakit keras. Setelah Khalifah
Walid meninggal, takhta Kekhalifahan Umayyah diduduki oleh Sulaiman bin
Abdul Malik. Pada masa pemerintahan Sulaiman, Musa tetap dijadikan
sebagai panglima angkatan bersenjata. Ia diajak Khalifah Sulaiman
menunaikan ibadah haji ke tanah suci Makkah pada 98 H.
Selama
penaklukannya di Andalusia, Musa tergolong panglima yang bernasib baik.
Konon, ketika ia menaklukkan Andalusia, ada seseorang yang berkata
kepadanya untuk mengutus sejumlah pasukan. Orang tersebut akan
menunjukkan harta karun yang agung kepadanya. Maka, Musa mengutus
sejumlah pasukan mengikuti orang tersebut ke suatu tempat.
Ketika
sampai, pasukannya diminta untuk menggali di tempat yang ditunjuk.
Setelah menggali, mereka menemukan sebuah ruangan besar berisi permata
dan harta yang sangat banyak. Ibnu Asakir meriwayatkan, ketika Musa
berkunjung ke Damaskus, Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah bertanya
kepadanya mengenai kejadian paling ajaib yang pernah dialami selama
berperang di lautan.
Musa berkata, Suatu ketika kami
sampai di sebuah pulau. Di sana kami menemukan 16 kendi yang disegel
dan dicap oleh Sulaiman bin Dawud. Maka, kuperintahkan untuk mengambil
empat kendi dan melubangi salah satunya. Dari lubang itu muncul sosok
setan yang menepuk-nepuk kepalanya sambil berkata, Demi Zat yang
mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan berbuat kerusakan lagi di
bumi.
Sesaat, setan itu melihat ke sekelilingnya dan
berkata, Mengapa aku tidak mendapati kemegahan Sulaiman dan
kerajaannya? Lalu, setan itu menghilang. Musa lalu memerintahkan agar
ketiga kendi tadi dikembalikan ke tempat semula. Musa meninggal pada 97 H
di Lembah Qura.
Panglima yang Saleh
Musa
bin Nushair tak hanya seorang panglima perang yang gagah berani. Ia
juga dikenal sebagai seorang dai ulung. Berkat dakwahnya yang memukau,
penduduk di Afrika Utara berbondong-bondong memeluk Islam. Musa
mengajari mereka tentang Alquran.
Ia memang dikenal
sebagai pribadi yang saleh dan tawakal. Musa juga turut meriwayatkan
hadis dari Tamim bin Aus ad-Dari. Ketika Afrika mengalami panceklik, ia
memerintahkan kaum Muslim untuk melakukan shalat Istisqa, sekitar 93 H.
Setelah
shalat, ia keluar menemui orangorang dan memisahkan antara yang Muslim
dan non-Muslim, demikian pula antara induk binatang dan anaknya.
Kemudian, ia memerintahkan orang-orang meratap dan menangis, sementara
ia berdoa kepada Allah hingga menjelang siang.
Ketika
ia turun dari mimbar, seseorang bertanya, “Tidakkah engkau berdoa untuk
Amirul Mukminin?” Ia menjawab, “Di tempat seperti ini yang layak
disebut hanyalah Allah.” Maka, Allah pun menurunkan hujan setelah ia
mengucapkan kalimat tersebut.
Musa memberikan
kebebasan yang sangat luas terhadap penduduk di daerah yang ia taklukkan
untuk mengamalkan ajaran agamanya masing-masing. Ia juga memberikan
kemerdekaan individu, dengan syarat mereka tetap membayar upeti. Batas
minimal upeti yang harus mereka bayarkan adalah makanan pokok. Musa juga
membiarkan harta-harta tetap menjadi milik penduduk tersebut.
Selain
dikenal sebagai panglima, ia juga masyhur sebagai ahli di bidang
bangunan. Di sebuah bukit di Pegunungan Bani Hassan yang terletak di
lokasi Tatwan, ia membangun sebuah masjid. Penduduk kota tersebut
sepakat menamakan masjid tersebut Masjid Musa bin Nushair.
Musa
merupakan orang yang sangat pemberani, cerdas, dermawan, bertakwa, dan
berpendirian kuat. Belum pernah sekali pun pasukan di bawah pimpinannya
kalah dalam berperang. Ia sangat menjunjung tinggi agamanya. Sebagai
Muslim yang taat, ia sangat menghargai kesetaraan hak setiap manusia,
latar belakang, dan ras.
Hal tu diperlihatkannya ketika memilih Tariq bin Ziyad yang merupakan penduduk Barbar sebagai gubernur Tangier.