Presiden
 Turki, Recep Tayyip Erdogan, saat melambai dari dalam mobilnya ketika 
meninggalkan kediamannya di Istanbul, di Istanbul, Turki, Minggu 
(17/7/2016).  (REUTERS/Yagiz Karahan)
Ankara (CB) - Hubungan Turki dan Rusia mulai mencair,
 terlihat dari sikap Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden 
Rusia, Vladimir Putin, yang mengenyampingkan perbedaan pendapat di 
tengah Kongres Energi Dunia ke-23, di Istanbul.
Meskipun
 memiliki pandangan berbeda tentang Suriah, kedua pemimpin tersebut 
menandatangani perjanjian antar pemerintah tentang proyek aliran gas 
alam Turki yang lama tertunda.
Proyek yang 
diprakarsai Putin pada 2014 tersebut sebagai rute alternatif untuk 
proyek Aliran Selatan melalui Bulgaria yang dibatalkan, di mana gas dari
 Rusia akan dikirim ke Turki dan Eropa melalui Laut Hitam.
Proyek
 tersebut ditangguhkan setelah pesawat perang Rusia jatuh di Turki pada 
November 2015, namun negosiasi dilanjutkan setelah hubungan Ankara dan 
Moskow meningkat pada akhir Juni.
Necdet Pamir,
 ahli energi dan instruktur di Universitas Bilkent, Turki, mengatakan 
proyek ini kemudian diagendakan kembali, yang membuat kapasitas produksi
 gas Rusia menurun dari 63 miliar meter kubik (bcm) menjadi 31 bcm, di 
mana 15,75 bcm dikirim ke Turki dan sisanya dikirim ke Eropa Timur.
Sanksi
 yang dikenakan oleh AS dan Uni Eropa karena aneksasi Rusia terhadap 
Crimea, kata Pamir, adalah kekhawatiran utama bagi Putin dalam 
keputusannya untuk menormalkan hubungan dengan Ankara.
"Dia ingin memasuki pasar potensial Turki dan mengkonsolidasikan perjanjian saat ini," katanya dilansir Xinhua.
Sementara
 itu, Pamir menambahkan, Erdogan memerlukan pemulihan hubungan dengan 
Moskow karena berkembangnya ketegangan antara Timur Tengah dan Ankara 
dengan Uni Eropa dan AS.
Jalur ini akan membuka
 jalan bagi Rusia untuk mencapai pasar Eropa pada saat Moskow menderita 
karena sanksi ekonomi dari Uni Eropa atas Semenanjung Krimea.
"Turki
 adalah tetangga kami dan mitra penting kami. Volume perdagangan kami 
melonjak menjadi 35 miliar dolar AS pada 2014, tetapi berkurang hampir 
40 persen dalam delapan bulan pertama di 2016 dibandingkan periode yang 
sama 2015 karena krisis diplomatik," kata Menteri Energi Rusia, 
Alexander Novak, seperti dikutip Harian Hurriyet.
Selain
 aliran gas Turki, pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu adalah proyek
 penting lain yang memainkan peran kunci dalam normalisasi hubungan 
kedua negara.
"Dalam proses normalisasi, energi
 adalah salah satu bidang utama. Kedua Streaming Turki dan pembangkit 
listrik Akkuyu adalah proyek penting yang akan menghidupkan kembali 
hubungan kami," kata Novak.
Hubungan dingin 
antara Ankara dan Moskow mulai mencair pada Juni ketika Erdogan menulis 
surat kepada Putin untuk mengungkapkan kesedihan mendalam atas insiden 
jet.
Hubungan keduanya semakin membaik dengan saling menerima panggilan telepon dan pertemuan antara pemimpin kedua negara.
Credit ANTARA News