Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Selasa, 11 Oktober 2016
Bumbu Dapur Ini Ternyata Jadi Simbol Kemewahan di Zaman Romawi
Ilustrasi (Reuters)
CB, Vigo - Mungkin banyak dari kita yang tak menyangka bahwa garam merupakan
salah satu harta terbesar pada masa lalu, di mana fasilitas penghasil
bahan tersebut menyediakan pekerjaan bagi banyak orang.
Namun saat ini sebagian besar situs telah hancur atau tersembunyi di
bawah tanah dan bangunan modern. Meski demikian, masih ada sejumlah
lokasi mengesankan yang mendokumentasikan proses kerja masyarakat pada
zaman dahulu dalam menghasilkan garam, simbol kemewahan.
Saat ini, sebagian orang tak bisa membayangkan hidup tanpa garam.
Bahan itu digunakan untuk banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, mulai
dari makanan hingga kosmetik.
Sebenarnya, tradisi menggunakan garam sudah sangat tua. Dalam zaman
kuno, pemilik tempat produksi bahan itu dikenal sebagai orang yang
sangat kaya.
Situs pembuat garam tertua berlokasi di kota Provadia, Bulgaria.
Banyak orang meyakini bahwa tempat tersebut merupakan kota tertua di
Eropa.
Rekonstruksi Solnitsata (Kenny Arne Lang Antonsen & Jimmy John Antonsen)
Lokasi dahulu disebut Solnitsata itu berdiri sekitar 4.500 SM.
Perekonomian sekitar 3.500 penduduknya bersandar pada produksi garam.
Para peneliti meyakini, kota kecil tersebut menyediakan garam untuk
seluruh Balkan atau Eropa tenggara.
Tak hanya bangsa Eropa, orang-orang Tiongkok, Het, Ibrani, dan
peradaban lain juga menghargai garam. Tak diketahui bangsa mana yang
pertama kali menggunakan bahan tersebut, namun diyakini manusia telah
menggunakannya jauh sebelum adanya teks tertulis.
Dikutip dari Ancient Origins, Senin (10/10/2016), garam sangat populer di Kekaisaran Romawi dan Republik Romawi awal. Pasukan Romawi kadang menggunakan garam sebagai mata uang.
Karena tingginya nilai garam, sebuah pepatah Romawi kuno menyebut
seseorang yang melakukan pekerjaannya dengan baik "senilai garam
mereka".
Ilustrasi kolam garam (Wikipedia/World Imaging)
Pada Romawi kuno, orang-orang membuat kolam garam di tempat yang
banyak terkena sinar Matahari. Hal tersebut digunakan orang-orang
tertentu sebagai 'pabrik' garam kecil.
Seseorang yang memiliki kolam garam, dikenal sebagai salah satu orang terkaya di komunitas mereka.
Meski pada saat dominasi Kekaisaran Romawi akan berakhir, simbol dan
pentingnya garam masih tetap hidup. Bahan itu pun menjadi salah satu
barang dagang penting, yang memungkinkan adanya perubahan dalam ekonomi
kuno dan penyebaran rute perdagangan.
Seiring berjalannya waktu, metode ekstraksi garam juga berkembang.
Harta Tersembunyi di Bawah Vigo
Terdapat sebuah museum unik di sebuah ruang bawah tanah sebuah gedung
di jantung kota Vigo, Spanyol. Tempat tersebut merupakan bagian lengkap
dan terpelihara dari sebuah situs di mana orang pada Zaman Romawi
memperoleh garam pada saat itu.
Sebagian besar situs kuno di mana garam diproduksi, saat ini berada
di bawah kota modern Vigo. Namun sebagian kecil tempat tersebut dikenal
sebagai Salinae, yakni sebuah museum kecil yang termasuk ke dalam Museo do Mar (Museum Laut).
Tempat pembuatan garam laut tersebut merupakan salah satu situs
paling terawetkan dengan baik di dunia. Lebihnya lagi, cara penyajian
informasi di museum itu memudahkan pengunjungnya untuk memahami
orang-orang yang memproduksi harta kuno itu.
Produksi garam yang diperlihatkan di Museo do Mar, Vigo (Natalia Klimczak)
Situs itu diekskavasi pada 1998 saat dilakukan persiapan pembangunan
gedung baru di pusat kota. Sepuluh tahun kemudian, pemerintah lokal baru
bisa membuka sebuah museum yang menceritakan kisah terlupakan tentang
budaya garam di kota kuno Romawi, Vicus (saat ini Vigo).
Pemukiman yang terletak dekat dengan Vigo dahulunya dibuat oleh
orang-orang Romawi. Sejak awal, bangsa itu telah terhubung dengan laut.
Air dari Samudra Atlantik menyediakan mereka makanan, mempengaruhi
cuaca, sejumlah barang, dan terkadang menghancurkan pemukimannya. Salah
satu 'hadiah' terbesar dari perairan itu adalah, garam membuat wilayah
itu terkenal di seluruh Eropa.
Ruang pameran Salinae Museum didekorasi dengan garam asli dan
menampilkan prosedur untuk mendapatkan mineral dari air Samudra
Atlantik. Tahap demi tahap, para pengunjung akan mengetahui proses dan
pentingnya situs tersebut yang digunakan pada Abad ke-1 dan ke-3.
Amphora berisi ikan yang diawetkan dengan garam (Natalia Klimczak)
Di Lokasi itu terdapat kolam yang terawetkan dengan baik, bebatuan
yang digunakan untuk memisah dan mengurutkan, serta garam kuno. Museo do
Mar di Vigo juga memiliki blok garam yang berasal dari fasilitas
produksi.
Dalam pameran sementara terkait dengan aktivitas bangsa Romawi di
dalam dan sekitar Vigo, pihak museum memjang sebuah amphora dan
rekonstruksi amphora berisi ikan yang diawetkan dengan garam.
Sejarah perdagangan dunia, makanan, dan banyak aspek dalam kehidupan
akan berbeda tanpa garam. Meski mengonsumsi terlalu banya garam tak baik
untuk kesehatan, namun sejarah Eropa akan berbeda tanpa adanya
fasilitas pembuat garam dan kemewahan para pemiliknya.