Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Senin, 10 Oktober 2016
3 'Kota Emas' Penuh Harta Karun yang Hingga Kini Masih Misterius
Legenda kota emas El Dorado (Wikipedia)
CB, Jakarta - Pada Abad ke-15, Age of Discovery atau
zaman penemuan dimulai di Eropa. Kekaisaran Spanyol dan Portugis, para
raksasa laut, membiayai ekspedisi pelayaran menyeberangi samudra, untuk
menemukan apa yang mereka sebut sebagai Dunia Baru (New World).
Salah satu tujuan penjelajahan samudra adalah untuk mengumpulkan
pundi-pundi harta. Pertemuan dengan sejumlah penduduk lokal memunculkan
banyak legenda tentang peradaban besar yang punah atau tersembunyi, yang
konon meninggalkan warisan berharga yang belum terjamah.
Pencarian pun dikerahkan untuk menemukan sejumlah kota yang konon menyimpan kekayaan yang berlimpah, terutama emas.
Namun, pencarian besar-besaran tersebut berakhir dengan kegagalan.
Tiga kota yang diyakini dibangun dari emas tak pernah ditemukan, bahkan
hingga kini ketika teknologi jauh lebih maju dari masa lalu.
Berikut kota emas peninggalan peradaban masa lalu yang hingga kini masih jadi misteri:
1. El Dorado
Sebuah mitos menuntun para
petualang dan pemburu harta rakus dari Eropa menempuh perjalanan panjang
menembus hutan, mendaki gunung liar di Amerika Selatan. Bahkan tega
membantai penduduk asli dan memporakporandakan budaya serta sistem
kepercayaan lokal: El Dorado.
El Dorado konon adalah sebuah kota kaya raya yang terbuat dari emas, bahkan tubuh rajanya diselimuti serbuk emas.
Diawali
penjelajahan Columbus di Amerika pada 1492, kisah dunia baru yang kaya
logam mulia itu tersebar ke Eropa, mengundang lebih banyak penakluk
Spanyol berdatangan, mengikuti hawa nafsu penaklukan dan mengeruk harta.
Benar,
banyak emas ditemukan di sana. Namun, temuan arkeolog baru-baru ini
menyebut, seluruh perjalanan bangsa Eropa menemukan sebuah kota emas,
sia-sia. Sebab, El Dorado bukan tempat melainkan orang.
Salah
satu dasarnya adalah mitos asli bangsa Amerika Selatan yang menyebut El
Dorado sejatinya bukan lokasi melainkan seorang penguasa yang saking
kayanya menutup dirinya dengan emas, dari kepala hingga ujung kaki
setiap pagi, dan mencucinya di danau suci tiap malam.
Kisah nyata tersebut perlahan dikuak satu-persatu, mengkombinasikan teks kuno dan riset arkeologi terbaru.
"Itu
kisah ini adalah ritus upacara yang dilakukan masyarakat Muisca yang
tinggal di kawasan Kolombia Tengah pada tahun 800 Masehi," kata Dr Jago
Cooper, kurator Amerika di British Museum, seperti dimuat BBC.
El Dorado. (foto: geek.com) Kisah ini lalu ditulis ulang oleh orang Spanyol di awal Abad ke-16, Juan Rodriguez Freyle. Dalam tulisannya, "The Conquest and Discovery of the New Kingdom of Granada"
terbit tahun 1939, Freyle menceritakan, saat pemimpin Muisca
meninggal, dipilihlah penggantinya--biasanya kemenakan lelaki mendiang.
Melalui
proses inisiasi yang panjang, upacara pelantikan berakhir di sebuah
danau suci. Belakangan diketahui, danau itu adalah Danau Guatavita, di
Bogota, Kolombia.
Pewaris itu lalu ditelanjangi, tubuhnya
ditutupi dengan lumpur dan emas bubuk. "Lalu warga melempar persembahan
untuk para dewa, berupa benda berharga seperti emas, zamrud, dan benda
berharga lain ke danau."
Kisah ini diperkuat temuan arkeolog yang
mengungkapkan keterampilan luar biasa dan skala produksi emas di
Kolombia pada saat kedatangan bangsa Eropa pada 1537.
Namun,
dalam masyarakat Muisca, emas, perak, dan tembaga dicari, bukan karena
nilai materinya, tetapi lebih untuk alasan religius. Emas bukan pertanda
kemakmuran.
"Untuk rakyat Muisca hari ini, seperti halnya bagi
leluhur kami, emas tidak lebih dari sekadar persembahan ... emas tidak
mewakili simbol kekayaan bagi kami," kata keturunan Muisca, Enrique
Gonzalez.
Sikap itu berbeda dengan rakyat Eropa yang melihat emas sebagai simbol kekayaan, juga kekuasaan.
2. Ciudad Blanca
Legenda mengisahkan keberadaan Ciudad Blanca atau "Kota Putih" yang
penuh emas bernilai tinggi. Yang menjadi buruan para penjelajah dan
pemburu harta karun sejak penakluk Hernando Cortes menyebutnya dalam
surat yang ditujukan pada Raja Spayol, Charles V tahun 1526 silam.
Kota
itu konon menjadi tempat lahir Dewa Aztec, Quetzalcoatl. Di mana patung
sang dewa yang terbuat dari emas dan ukiran batu putih bertebaran di
sana. Namun, tak ada konfirmasi tentang keberadaan kota tersebut.
Pada
2013, para peneliti mengaku yakin, mereka telah menguak keberadaan
kota yang hilang menggunakan pemindai berteknologi tinggi. Menggunakan
pesawat terbang yang bisa mengintip di sela rapatnya hutan di Honduras.
Para
peneliti yang berasal dari University of Houston dan National Center
for Airborne Laser Mapping (NCALM) menerbangkan pesawat kecil di langit
Mosquitia. Pesawat itu menembakkan miliaran pulsa laser ke permukaan
tanah, untuk menciptakan peta digital 3 dimensi topologi yang ada di
bawah pepohonan yang mirip kanopi itu.
Dengan mengompilasikan
data tersebut, para analis mengungkap apa yang terlihat sebagai
perubahan elevasi buatan manusia. Yang diduga menunjukkan lapangan kota
yang hilang itu, yang dihiasi dengan sejumlah piramida.
Adalah
sinematografer sekaligus pecinta segala hal soal Ciudad Blanca, Steve
Elkins yang mencari dukungan investor swasta untuk membiayai tim NCLAM,
menggunakan teknologi pemetaan lasernya untuk memetakan lantai hutan
Mosquitia.
Selama seminggu, NCALM dan teknisi dari University
of Houston menerbangkan pesawat Cessna bermesin gandanya, menyisir area
seluas 60 mil persegi. Untuk mengungkap bukti adanya permukiman kuno
atau lanskap yang direkayasa manusia. Dibantu komputer LiDAR.
"Data
LiDAR menunjukkan, sisa-sisa pemukiman yang bisa dicirikan sebagai
kota kuno berdasarkan kompleksitas spasial, ukuran dan pengaturan," kata
pengajar Colorado State University, Christopher Fisher, yang memimpin
penelitian, seperti dimuat Daily Mail.
"Kami mungkin tak
akan bisa memastikan apakah itu Ciudad Blanca yang dicari, atau apakah
kota legendaris itu benar adanya. Namun, berdasarkan bukti data, kami
bisa menyatakan, di sana ada wilayah pemukiman dengan lingkungan yang
dimodifikasi oleh manusia," tambah dia.
Keberhasilan tim
mendeteksi keberadaan yang diduga pemukiman kuno juga diapresiasi
Presiden Honduras, President Porfirio Lobo. Untuk membuktikan apakah
benar ada kota terlupakan yang kembali ditemukan, para arkeolog harus
menembus lebatnya hutan untuk membuktikannya.
Honduras juga
dihadapkan pada dilema, apakah perlu untuk menghancurkan ekosistem yang
berharga melindungi Bumi demi menemukan sejumlah emas?
3. Cibola
Legenda Cibola atau Tujuh Kota Emas memiliki keterkaitan dengan
legenda mengenai nasib Don Rodrigo dari Spanyol yang kehilangan
kerajaannya pada Abad ke-8 Masehi -- setelah kalah dari pasukan Muslim.
Konon, sang raja membawa tujuh dan sejumlah orang untuk ikut berlayar ke sebuah pulau bernama Antilia.
Di
pulau itu, masing-masing uskup membangun sebuah kota. Semua kapal dan
alat navigasi dibakar untuk mencegah orang-orang pulang ke Spanyol.
Legenda
itu dihidupkan kembali pada tahun 1530-an, ketika empat orang yang
selamat dari ekspedisi Barvaez yang gagal menduduki Florida tiba di New Spain (Nueva Espana) atau yang kini adalah Meksiko.
Dalam
perjalanan menyelamatkan diri itu, mereka mengaku bertemu dengan
sejumlah penduduk asli, yang menceritakan tentang legenda kota-kota yang
dipenuhi emas, yang konon berada di suatu tempat di Gurun Sonoran.
Ilustrasi Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry) Pada 1539, raja muda Antonio de Mendoza mengirim salah satu
korban yang selamat itu -- budak bernama Esteban de Dorantesdan seorang
pendeta bernama Marcos de Niza, dalam ekspedisi untuk menemukan Tujuh
Kota yang konon sarat harta.
Esteban dilaporkan tewas dibunuh,
kemudian Marcos kembali ke Mexico City. Kepada penguasa, ia melapor
telah melihat salah satu kota Cibola dari kejauhan.
Namun, Marcos tak sampai masuk kota itu karena mengaku khawatir akan menemui nasib yang sama dengan Esteban.
Seperti dikutip dari situs Ancient Origins, sang raja muda memutuskan untuk mengirim ekspedisi yang lebih besar pada tahun berikutnya, kali ini di bawah kepemimpinan conquistador atau penakluk Francisco Vázquez de Coronado.
Coronado memimpin 350 tentara Spanyol, ditambah pasukan bantuan dari
penduduk lokal yang jumlahnya antara 900 hingga 1.300 untuk mencari
harta itu.
Ekspedisi itu berlangsung sekitar dua tahun. Hasilnya, gagal total.
Alih-alih menemukan kota besar dengan dinding terbuat dari emas,
Coronado dan anak buahnya menemukan desa adat sederhana dengan dinding
lumpur.
Ketika kembali ke Mexico City, mereka pulang dengan tangan kosong. Coronado bangkrut, demikian pula dengan para bawahannya.