Kamis, 25 Agustus 2016

Begini Cara KKP Kembangkan Potensi Tangkapan Ikan Natuna

 
Begini Cara KKP Kembangkan Potensi Tangkapan Ikan Natuna Foto: Ardan Adhi Chandra
Jakarta -Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tengah fokus mengembangkan potensi tangkapan ikan di Kepulauan Natuna sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.

Kepulauan Natuna menjadi sorotan karena banyaknya kapal asing yang menangkap hasil laut Indonesia di wilayah tersebut. Menjadi salah satu wilayah terluar Indonesia, membuat Kepulauan Natuna kerap lepas dari pengawasan pemerintah pusat dan daerah.

Hingga maraknya pencurian ikan oleh kapal asing beberapa bulan lalu membuat pemerintah sadar bahwa potensi ikan dan bahkan migas di wilayah tersebut amat melimpah.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengemban tugas untuk menggarap potensi tangkapan hasil laut di Kepulauan Natuna. Pembangunan infrastruktur berupa cold storage juga sudah dimulai oleh KKP dengan target kapasitas awal 200 ton dan diperkirakan selesai Desember 2016.

Pembangunan rumah tinggal nelayan berupa rumah susun juga tengah direncanakan untuk menampung nelayan yang nantinya akan mengolah tangkapan ikan di Kepulauan Natuna.

KKP juga akan menggandeng BUMN Perikanan Indonesia (Perindo) untuk menyediakan logistik bagi para nelayan di wilayah Natuna mulai dari solar, alat tangkap, hingga kapal. Dengan adanya sinergi dari berbagai pihak ini diharapkan potensi tangkapan ikan di Kepulauan Natuna bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Berikut petikan wawancara detikFinance dengan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nilanto Perbowo di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat, Rabu (24/8/2016).



Potensi ikan di Natuna seberapa besar?
Kalau di Natuna sekarang ini kita dari PDSPKP sedang membangun cold storage kapasitas 200 ton. Sudah mulai dibangun di Selat Lampa di pulau induknya di main landnya.

Biaya investasinya berapa?
Kalau dari kami sekitar Rp 10 miliar sekian untuk cold storagenya. Kapasitas cold storagenya 200 ton. Kemudian nilainya sekitar Rp 10 miliar termasuk untuk integrated cold storage ice machine kapasitas 10 ton. Ruang pendingin mempu menampung 200 ton.

Potensi ikan yang banyak di Natuna apa?
Ikan yang paling besar di sana adalah ikan pelagis kecil, kemudian kakap merah, kemudian nelayan juga sering menangkap cumi dan juga sotong, gurita octopus.

Sudah banyak nelayan yang mencari ikan di Natuna?
Sudah banyak. Seperti sekarang ini lagi angin utara ombak tinggi nelayan hanya bagian kecil yang berani melaut ini karena cuaca buruk aja. Kita kemarin tanggal 19 hari Jumat melihat kelompok nelayan mereka dapat kerapu dari pancing sampai 12-15 kilogram (kg), kakap merah juga 10-15 kg. Kemudian mereka ada pengepulnya yang beli langsung dari nelayan bayar tunai.

Pengepulnya dari mana?
Pengepulnya masyarakat sekitar. Mereka simpan di cold box kemudian beri es bagus terus kemudian kirim ke Pontianak. Pengepulnya di daerah situ juga daerah Tanjung. Ada kelompok nelayan di daerah situ biasanya ada satu atau dua orang membeli tangkapan nelayan. Mereka hidup bareng dengan nelayan.

Nelayan yang melaut ke Natuna asalnya dari mana?
Kemarin pas saya datangi itu nelayan setempat. Kapalnya pakai kapal-kapal kecil. Target kita nanti di Januari 2017 cold storagenya operasional di Selat Lampa.

Saya dengar saat ini teman-teman dari perikanan tangkap akan melakukan uji coba sampai di akhir tahun akan mencoba mengaktifkan beberapa kapal bantuan pemerintah yang ada di sana dikerjakan oleh Perindo nanti. Mereka mau uji coba nanti ada alat tangkap segala macam.

Peminjaman kapal diuji coba ke nelayan setempat?
Iya ke nelayan setempat. Biaya sewa nggak lah, kan nanti mereka akan dibiayai oleh Perindo.

Sistemnya seperti apa?
Kalau itu dari teman teman di Ditjen Perikanan Tangkap persisnya seperti apa. bagi hasilnya apakah jadi karyawan itu di Perikanan Tangkap.

Jadi sebetulnya di Kepulauan Natuna sekarang kegiatan penangkapan ikan sudah dilakukan.

Nelayan dari mana saja?
Nelayan setempat, dari Pulau Tiga, dari masyarakat sekitar lah. Ada pengepul mereka punya box pendingin, esnya bagus es rumahan sepert itu pakai plastik 2 kiloan dihancurkan terus direndam pakai es, bagus.

Setelah bangun cold storage ada rencana bangun apa lagi di Natuna?
Ini tahun 2016, tahun 2017 kita akan mengembangkan cold storage dari 200 ton menjadi 3.000 ton.

Mulai pembangunan cold storage 3.000 ton kapan?
Akan dibangun mulai tahun 2017.

Butuh waktu berapa lama bangun cold storage?
Perkiraan berapa lama normal 6 bulan 7 bulan selesai.

Apa ada infrastruktur lain lagi yang mau dibangun di Kepulauan Natuna?
Di Selat Lampa kita itu ada reklamasi lahan 0,7 hektar sudah diisi dengan infrastruktur pelabuhan. Sarana dan prasaran dasar dari pelabuhan.

Sudah punya dermaga. Kemudian jalan aksesnya sudah bagus semua, kemudian air bersih jgua sudah ada. Perlengkapan sarana prasarana dasar di Selat Lampa itu dibangun oleh Ditjen Perikanan tangkap.

Dari PDSPKP bagaimana kita menyimpan ikan tadi mempersiapkan processing yang akan difasilitasi oleh Perindo nanti.

Ada rencana mau bangun rumah susun untuk nelayan?
Itu kita tunggu nanti perkembangannya. Itu sudah positif nanti dibangun PU. Jadi semacam rusunawa dan itu digunakan untuk mengantisipasi nelayan Pantura Jawa.

Sebenarnya bukan selamanya mereka pindah, mereka hanya sebagai fishing ground kawasan penangkapan ikannya di sana. Mereka bongkar atau cuaca buruk mereka bisa tinggal di sana sambil menunggu keberangkatan berikutnya. Kira-kira seperti hotel.

Selain bangun rusunawa dan cold storage, apa lagi?
Sebenarnya ada kaya semacam rumah singgah, rusunawa, rumah transit bagi nelayan yang menunggu ikannya mereka berangkat lagi bisa menempati tempat itu. terus yang kedua ada sumber air tawar.

Kalau di Selat Lampa ada gambarnya di bagian daratan itu ada kolam besar itu kaya danau itu akan digunakan sebagai pasokan air tawar. Ditjen Perikanan Tangkap mereka sudah mempersiapkan reverse osmosis untuk menurunkan kadar garamnya.

Terus kemudian sarana pentingnya ke depan yang akan disiapkan Perindo adalah kebutuhan logistik dari kapal penangkap ikan. Air bersih, makanan, solar, itu akan disiapkan semua di Selat Lampa.

Total investasi untuk membangun infrastruktur di Natuna?
Kita ada datanya di 2016, nanti saya cari.

Target selesai pembangunan infrastruktur di Natuna?
Akhir Desember selesai cold storage 200 ton. Kalau yang 3.000 akhir 2017 selesai. 2017 harus selesai semua sektor akan masuk di sana nanti.



Credit  detikfinance





Pesawat Terbesar Sejagat Airlander 10 Jatuh di Bedfordshire

 
Pesawat Terbesar Sejagat Airlander 10 Jatuh di Bedfordshire
Pesawat terbesar di dunia, Airlander 10, jatuh menukik saat uji terbang kedua. | (Airships.net)
 
BEDFORDSHIRE - Pesawat terbesar di dunia, Airlander 10, jatuh saat menjalani uji penerbangan uji di Bedfordshire, Inggris, pada hari Rabu (24/8/2016). Pesawat hybrid ini menghantam tiang telegraf kemudian jatuh menukik.

Pesawat dengan panjang 92 meter ini merupakan inovasi dalam pengembangan transportasi udara, di mana pesawat Airlander 10 bisa “tinggal” di udara selama lima hari.

Kebisingan pesawat ini juga diklaim lebih rendah dari pesawat pada umumnya dan pembuangan karbon juga lebih kecil. Kecelakaan yang dialami pesawat Airlander 10 terjadi saat uji terbang kedua.

Dalam video dari lokasi kecelakaan yang diambil oleh salah satu penonton, menunjukkan pesawat tiba-tiba mengambang turun ke tanah seperti balon terbang. Tingkat kerusakan pesawat akibat kecelakaan ini belum diketahui.

Produsen pesawat, Hybrid Air Vehicles (HAV), telah mengeluarkan pernyataan untuk mengkonfirmasi kecelakaan pesawat Airlander 10. Menurut HAV, tidak ada awak yang terluka dalam musibah ini.

Pesawat Airlander 10, yang juga dijuluki sebagai “The Flying Bum” karena desain yang unik, tidak mengalami kerusakan pada bagian kokpit.

“Penerbangan ini berjalan dengan sangat baik dan satu-satunya masalah adalah ketika mendarat,” kata pihak HAV, seperti dikutip IB Times.

Pesawat Airlander 10 melakukan penerbangan perdana pada 18 Agustus 2016 atau hampir seminggu sebelum kejadian ini. Pesawat ini berhasil berhasil terbang di sekitar lapangan udara Cardington selama penerbangan setengah jam.

Pembuatan pesawat terbesar ini  menelan biaya sekitar 25 juta poundsterling dan diharapkan beroperasi penuh pada 2021 mendatang.



Credit Sindonews






Jerman Pertimbangkan Tarik Jet Tempurnya dari Turki

 
Jerman Pertimbangkan Tarik Jet Tempurnya dari Turki
Jerman pertimbangkan untuk menarik pesawat jet Tornadonya dari pangkalan undara Incirlik, Turki. | (Istimewa)
 
BERLIN - Militer Jerman sedang mempersiapkan kemungkinan penarikan enam jet pengintai Tornadonya dari pangkalan udara Turki, Incirlik. Rencana ini sebagai kelanjutan atas penolakan Ankara terhadap anggota parlemen Jerman untuk mengunjungi fasilitas tersebut.

Menurut laporan yang diturunkan majalah Jerman, Der Spiegel, militer Jerman tengah mengevaluasi apakah bisa memindahkan pesawat tempur dan pengisian bahan bakar pesawat ke Yordania atau Siprus. Mengutip sumber-sumber di militer, langkah tersebut akan mengganggu penerbangan pengintaian selama minimal dua bulan. Jerman sendiri dari adalah bagian dari koalisi internasiona pimpinan Amerika Serikat (AS).

Kementerian Pertahanan Jerman tidak memberikan rincian tentang rencana itu. "Kami ingin melanjutkan misi dari Turki, tetapi ada alternatif ke basis di Incirlik," tulis Der Spiegel mengutip seorang juru bicara kementerian seperti disitir dari Reuters, Kamis (25/8/2016).

Partai Sosial Demokrat, yang menjadi mitra pemerintahan koalisi Kanselir Angela Merkel, bersikeras bahwa Jerman harus menarik pesawat dan pasukannya atas dasar penolakan Turki.

"Pemerintah Jerman harus segera mencari basis lain untuk tentara Jerman," kata juru bicara pertahanan untuk Demokrat Sosial di parlemen, Rainer Arnold.

Turki melarang kunjungan beberapa anggota parlemen Jerman awal musim panas ini. Sebelumnya, Turki dan Jerman terlibat ketegangan terkait keputusan Jerman parlemen Jerman mengakui pembantaian Armenia oleh pasukan Ottoman sebagai "genosida".



Credit Sindonews




Turki dan Rusia "Mesra" Dinilai Membuat AS Gugup


 
Turki dan Rusia Mesra Dinilai Membuat AS Gugup
Wakil Presiden AS Joe Biden (kiri) bertemu PM Turki Binali Yildirim. | (Reuters)
 
MOSKOW - Pulihnya hubungan Turki dan Rusia dinilai analis politik Mikhail Smolin telah membuat Amerika Serikat (AS) gugup. Hal itu ditandai dengan kunjungan Wakil Presiden AS Joe Biden ke Ankara pada Rabu.

Menurut Smolin, Washington menghendaki penjelasan dari Ankara atas kebijakan luar negerinya yang “buruk” pada AS dan sebaliknya “mesra” dengan Moskow.

”Hubungan Rusia dengan Turki telah berubah, membuat Amerika gugup,” kata Smolin yang juga Wakil Direktur Russian Institute for Strategic Studies kepada Sputniknews, Kamis (25/8/2016).

“Washington biasanya mengirimkan Biden untuk menyampaikan tuntutan yang sulit,” ujar Smolin.

”Saya berpikir bahwa pesan untuk Turki, dari (Gedung Putih) sebagai berikut: Presiden Recep Tayyip Erdogan jangan memperbaiki hubungan dengan Rusia dan Turki jangan bergabung dengan Moskow untuk menyelesaikan krisis Suriah,” imbuh Smolin.

Smolin lebih lanjut mengatakan bahwa Biden diyakini membuat penegasan pada kunjungannya pada hari Rabu kemarin bahwa Erdogan “jangan menyeberang” dalam membuat kebijakan dengan condong ke Rusia.

Meskipun Ankara adalah sekutu Washington, AS masih akan mencoba untuk menekan Turki. ”Mereka berpikir bahwa tekanan permanen selalu mengarah ke beberapa hasil. Saya rasa ini adalah tradisi kuno yang mereka ikuti dalam keadaan apapun bahkan dalam hubungan dengan sekutu mereka,” kata Smolin.

Sementara itu, dalam siaran pers-nya, Gedung Putih mengumumkan bahwa Biden akan bertemu dengan Erdogan dan Perdana Menteri Binali Yildirim untuk membahas hubungan kedua negara dan berbagi isu penting. Namun, Gedung Putih menolak merinci agenda dan isu yang dibahas.



Credit  Sindonews




Erdogan dan Biden silang pendapat soal Fethullah Gulen

 
Erdogan dan Biden silang pendapat soal Fethullah Gulen
Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden (kiri) bertemu Presiden Turki Tayyip Erdogan di Istana Beylerbeyi, Istanbul, Turki. (REUTERS/Murad Sezer)
 
Ankara (CB) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan tuntutan Turki untuk ekstradisi ulama Fethullah Gulen yang disebut sebagai dalang kudeta gagal Juli lalu tidak boleh diabaikan dan kesepakatan bilateral antara Ankara dan Washington menyasatkan penahanan Gulen.

Erdogan berbicara setelah bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden guna membahas permintaan ekstradisi Fethullah Gulen yang tinggal di pengasingan di AS sejak 1999.

Gulen sendiri telah membantah segala tuduhan Turki bahwa dia berada di balik kudeta gagal itu.

Sebaliknya Joe Biden berkata kepada Erdogan, hanya keputusan pengadilanlah yang bisa mengekstradisi Gulen.

Biden menyebut semua yang terlibat dalam kudeta adalah teroris dan saat ini AS memiliki banyak pengacara untuk menangani permintaan ekstradisi Gulen.

Biden mengatakan memang sulit bagi Turki untuk memahami bahwa Presiden Barack Obama tidak memiliki otoritas konstitusional untuk mengekstradisi Gulen, namun dia menjanjikan Washington akan bekerjasama erat dengan Turki menyangkut kasus Gulen, demikian Reuters.




Credit  ANTARA News




Italia terguncang oleh dahsyatnya gempa di bagian tengah negeri ini

 
Italia terguncang oleh dahsyatnya gempa di bagian tengah negeri ini
Amatrice di Italia Tengah yang setahun lalu dinobatkan sebagai salah satu kota terindah di Italia luluh lantak oleh gempa 6,2 SR yang terjadi pada 24 Agustus 2016 (Reuters)
usia saya sudah 65 tahun tetapi saya tidak pernah mengalami hal semacam ini, gempa memang ya sering terjadi, tetapi tidak pernah sebesar ini. Ini malapetaka
Roma/Accumoli, Italia (CB) - Italia terguncang oleh gempa bumi dahsyat yang meluluhlantakkan bagian tengah negeri ini, sedangkan tim penolong dengan menggunakan helikopter bergegas mengungsikan para penyintas ke tempat aman di wilayah-wilayah terisolir yang diputus oleh longsor dan puing-puing bangunan runtuh menyusul gempa bumi 6,2 Skala Richter yang mengguncang Italia tengah Rabu dini hari waktu setempat atau Rabu sore WIB tadi.

Perdana Menteri Italia Matteo Renzi yang langsung mengunjungi wilayah bencana mengatakan paling sedikit 120 orang tewas akibat gempa bumi ini.

Foto-foto udara menunjukkan seluruh wilayah Amatrice, yang tahun lalu dipilih sebagai salah satu kota bersejarah paling indah di Italia, diratakan oleh gempa bumi dahsyat itu.

Kebanyakan yang meninggal dunia atau hilang terkubur puing-puing bangunan adalah pengunjung atau wisatawan.

"Hanya orang-orang muda di sini, ini musim liburan, festival di kota ini akan digelar lusa sehingga banyak tamu datang," kata Giancarlo, penduduk Amatrice, berdiri di jalan dengan hanya mengenakan pakaian dalam.

"Mengerikan sekali, usia saya sudah 65 tahun tetapi saya tidak pernah mengalami hal semacam ini, gempa memang ya sering terjadi, tetapi tidak pernah sebesar ini. Ini malapetaka," sambung dia seperti dikutip Reuters.

Jumlah korban meninggal akibat bencana alam ini diperkirakan akan terus bertambah.

Sementara itu para pasien di sebuah rumah sakit di Amatrice yang tertimpa hebat oleh gempa bumi dahsyat diungsikan ke jalan-jalan begitu rumah sakit lapangan didirikan di sini.

"Tiga perempat kota ini sudah tidak ada lagi," kata Wali Kota Amatrice Sergio Pirozzi kepada stasiun televisi RAI. "Yang jadi tujuan sekarang adalah menyelematkan sebanyak mungkin orang. Banyak suara di bawah reruntuhan, kami harus menyelamatkan orang-orang di sana."

Stefano Petrucci, Wali Kota Accumoli, mengatakan sekitar 2.500 orang kehilangan rumahnya di 17 dusun.

Para penduduk selamat memindahkan dan menggeser berton-ton puing bangunan runtuh dengan tenaga seadanya sebelum petugas bantuan darurat tiba dengan alat-alat berat dan anjing pelacak.

Retak-retak lebar terlihat seperti luka yang menganga di bangunan-banguan yang masih berdiri.

Departemen Perlindungan Sipil mengatakan para penyintas akan diungsikan ke daerah-daerah aman di Italia tengah, sedangkan yang lainnya ditempatkan di tenda-tenda yang didirikan di kawasan itu, demikian Reuters.



Credit  ANTARA News


120 orang tewas akibat gempa bumi dahsyat di Italia

120 orang tewas akibat gempa bumi dahsyat di Italia
Paling sedikit 120 orang tewas akibat gempa bumi dahsyat yang mengguncang Italia tengah Rabu dini hari waktu Italia, 24 Agustus 2016. (Reuters)
Saya terguncang oleh apa yang saya lihat. Kami tak berhenti menggali seharian penuh
Roma/Accumoli, Italia (CB) - Gempa bumi hebat yang mengguncang Italia tengah Rabu waktu setempat telah menewaskan paling sedikit 120 orang, kata Perdana Menteri Italia Matteo Renzi seperti dikutip Reuters.

Sebagian dari jumlah korban itu ditimbun hidup-hidup oleh reruntuhan gedung yang ambruk dihajar gempa.  Para relawan dan petugas pemadam kebakaran berusaha menyelamatkan orang-orang yang masih terjebak di bawah bangunan-bangunan runtuh.

Gempa bumi dahsyat itu terjadi pada Rabu dini hari waktu Italia ketika sebagian besar penduduk tengah tertidur lelap dengan meratakan rumah dan jalan di sebuah kluster yang jaraknya 140 km dari Roma.

Gempa bumi ini terasa sampai Bologna di utara sampai Napoli di selatan yang masing-masing berjarak 220 km dari episentrum gempa.

"Saya terguncang oleh apa yang saya lihat. Kami tak berhenti menggali seharian penuh," kata Marcello di Marco (34), petani yang datang dari kota Narni, sekitar 100 km dari situs bencana, untuk ikut membantu korban di Pescara del Tronto.

Di desaAccumoli, satu keluarga terdiri dari empat orang, termasuk dua anak laki-laki berumur delapan bulan dan sembilan tahun, terkubur oleh rumahnya yang ambruk.

Begitu petugas penyelamat mengangkat jenazah bayi yang ditutupi selimut kecil, nenek dari kedua anak itu mengadu kepada Tuhan, "Dia telah mengambil mereka seluruhnya sekaligus.".

Tentara Italia telah memobilisasi bantuan dengan perangkat berat khusus dan dana 235 juta euro dari bantuan darurat. Di Vatikan, Paus Fransiskus membatalkan sebuah acara menyusul gempa bumi dahsyat ini, demikian Reuters.



Credit  ANTARA News







Kapal Perang Iran 'Lecehkan' Armada Laut AS di Hormuz

 
Kapal Perang Iran 'Lecehkan' Armada Laut AS di Hormuz Empat kapal laut Iran telah melakukan manuver berbahaya terhadap armada tempur laut Amerika Serikat di Selat Hormuz. (U.S. Navy photo/Released)
 
Jakarta, CB -- Empat kapal laut Iran telah melakukan manuver berbahaya terhadap armada tempur laut Amerika Serikat di Selat Hormuz. Bahkan AS menganggap tindakan Iran ini adalah bentuk "pelecehan" terhadap kapal perang Amerika.

Diberitakan Reuters yang mengutip sumber anonim di pemerintahan AS, Rabu (24/8), dua dari empat kapal perang Iran itu mendekat dengan kecepatan tinggi "yang tidak aman dan tidak profesional" ke kapal USS Nitze. Posisi kedua kapal Iran dan kapal perusak AS hanya terpaut sekitar 200 meter.

Sumber Reuters mengatakan, USS Nitze sedikitnya telah memperingatkan kapal Iran 12 kali, tapi tidak direspons. Bahkan kapal AS menembakkan 10 kali suar ke arah dua kapal Iran, namun tidak menghentikan laju mereka.

"Tingkat kedekatan kapal Iran menciptakan situasi berbahaya dan melecehkan yang bisa berujung eskalasi lebih lanjut, termasuk langkah pertahanan dari Nitze," kata sumber Reuters.

Demi mencegah hal yang tidak diinginkan, USS Nitze terpaksa mengalah dengan mengubah jalur pelayaran menjauhi kapal Iran. Sayangnya AS tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Iran sehingga tidak bisa melayangkan nota protes.

Tentara Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) telah lama mencurigai aktivitas militer AS di dekat perbatasan mereka. Sementara itu AS dan negara-negara lainnya mengecam dukungan Iran terhadap Bashar al-Assad dalam konflik di Suriah.

Iran juga menjadi sasaran sanksi internasional akibat program nuklir yang mereka kembangkan.

Ini bukan kali pertama ketegangan antara AS dan Iran terjadi di lautan.

Pada Desember lalu, dalam sebuah latihan perang militer Iran menembak roket dekat kapal induk Amerika USS Harry Truman.

Januari lalu, IRGC menangkap 10 tentara AL AS saat dua kapal komando Riverina yang mereka naiki berlayar di perairan dekat pulau Farsi Iran di Teluk Persia. Kesepuluh tentara itu telah dibebaskan.

Di akhir bulan Januari, Iran dilaporkan menerbangkan drone tanpa senjata di atas kapal perang AS. Angkatan Laut AS menganggap tindakan itu "abnormal dan tidak profesional."

Pada Juli, kapal perang Iran mendekat ke USS New Orleans saat Komandan Pusat Komando AS Jenderal Joseph Votel tengah berada di kapal perang tersebut.



Credit  CNN Indonesia



Rudal Korut Masuk Zona Udara Jepang

 
Rudal Korut Masuk Zona Udara Jepang  
Abe mengatakan bahwa ini merupakan kali pertama rudal Korut yang diluncurkan dari kapal selam memasuki zona identifikasi pertahanan udara Jepang. (Reuters/Toru Hanai)
 
Jakarta, CB -- Perdana Menteri Shinzo Abe menyatakan bahwa peluncuran rudal Korea Utara tidak dapat dimaafkan karena memasuki zona udara Jepang dan mengancam keamanan negaranya.

"Ini menimbulkan ancaman besar bagi keamanan Jepang dan merupakan tindakan yang tidak dapat dimaafkan yang menghancurkan keamanan dan stabilias kawasan," ujar Abe seperti dikutip Reuters, Rabu (24/8).

Abe mengatakan bahwa ini merupakan kali pertama rudal Korut yang diluncurkan dari kapal selam memasuki zona identifikasi pertahanan udara Jepang.


Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan bahwa rudal itu ditembakkan sekitar pukul 5.30 waktu setempat dari dekat kota pesisir Sinpo, kota yang merupakan pangkalan kapal selam Korut.

Rudal tersebut memang dilaporkan melesat hingga 500 kilometer di udara dan proyektilnya jatuh di zona identifikasi pertahanan udara Jepang, ADIZ, sebuah wilayah yang ditetapkan sebagai zona kendali keamanan udara.

Pejabat militer Korsel mengakui, peluncuran kali ini menunjukkan adanya kemajuan dalam teknologi rudal balistik kapal selam atau SLBM milik Korut.

Beberapa pengamat dari AS juga menilai peluncuran rudal Korut kali ini cukup berhasil setelah uji coba sebelumnya gagal.

Peluncuran ini terjadi hanya berselang dua hari setelah Korsel dan AS memulai latihan militer gabungan yang rutin digelar setiap tahun.

Korut mengecam latihan yang melibatkan 25 ribu tentara itu, dengan mengatakan bahwa AS dan Korsel tengah mempersiapkan invasi.


Rezim Kim Jong Un telah melancarkan ancaman terkait latihan tersebut. Pyongyang bahkan mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB, mengeluhkan provokasi oleh AS yang mengancam stabilitas perdamaian kawasan.

Rudal balistik juga diluncurkan setelah dua pekan lalu diplomat senior Korut yang bertugas di Inggris membelot ke Seoul.

Korut dan Korsel sejatinya masih dalam status berperang setelah Perang Korea berakhir pada tahun 1953 dengan gencatan senjata, bukan perdamaian.

Menyusul peluncuran ini, Korsel siaga penuh dan akan menggelar rapat dewan keamanan nasional di Seoul hari ini untuk membahas ancaman Korut.

Di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB yang bertujuan membendung pengembangan senjata nuklir Korut, Pyongyang dilarang meluncurkan rudal balistik. Pelanggaran resolusi ini berbuah embargo dan sanksi internasional, yang semakin membuat perekonomian Korut babak belur.

Namun ancaman sanksi tidak menghentikan Korut. Pejabat pertahanan Korsel awal bulan ini mengatakan Korut telah meluncurkan lebih dari 30 rudal dalam berbagai pengujian sejak Kim Jong un naik takhta menggantikan ayahnya Kim Jong Il pada 2011.


Credit  CNN Indonesia



Wanita Muslim Dipaksa Lepas Jilbab di Pantai Perancis

 
Wanita Muslim Dipaksa Lepas Jilbab di Pantai Perancis  
Ilustrasi burkini (Matt King/Getty Images)
 
Jakarta, CB -- Perdebatan seputar pelarangan burkini di Perancis semakin memanas ketika foto seorang wanita yang mengenakan burkini di sebuah pantai di Nice dikelilingi polisi menjadi viral di media sosial.

Rangkaian foto yang diterbitkan oleh media Inggris menunjukkan seorang wanita tengah mengenakan burkini, pakaian renang tertutup hingga ke kepala, tengah berbaring di pantai ketika ia dikelilingi oleh empat petugas polisi.

Sang wanita kemudian melepaskan tunik, salah satu bagian dari burkininya. Tanpa tunik itu, sang wanita masih mengenakan pakaian renang tanpa lengan. Tidak jelas apakah wanita itu melakukannya atas dasar kemauan sendiri atau diminta oleh para polisi. Keempat polisi itu kemudian terlihat menuliskan sesuatu di kertas denda untuk sang wanita.

Foto yang sumbernya tidak jelas ini menyebabkan kehebohan di Twitter. Banyak pengguna akun media sosial ini menafsirkan sebagai wanita dipaksa untuk menanggalkan pakaian tertutupnya oleh polisi.

"Pertanyaan hari: Berapa banyak polisi bersenjata yang dibutuhkan untuk memaksa seorang wanita untuk melepaskan pakainnya di depan umum?" kicau Andrew Stroehlein, Direktur Media Eropa Human Rights Watch, di Twitter, dikutip dari AFP.

Twitter Hend Amry
Nice adalah salah satu dari sekitar 15 kota Perancis yang melarang pemakaian burkini, baju renang tertutup yang kerap dikenakan oleh wanita Muslim. Otoritas Perancis menilai pakaian itu bertentangan nilai-nilai sekuler Perancis dan mengancam ketertiban umum.

Sementara itu, seorang ibu beranak dua menyatakan kepada AFP pada Selasa (23/8) bahwa ia dikenakan denda di pantai di resor Cannes karena mengenakan legging, tunik dan jilbab.

"Saya sedang duduk di pantai dengan keluarga saya. Saya mengenakan jilbab klasik. Saya tidak berniat berenang," kata wanita berusia 34 tahun yang hanya memberikan nama depannya, Siam.




Credit  CNN Indonesia





Rabu, 24 Agustus 2016

'Jimat' Nelayan Ini Ternyata Mutiara Senilai Rp 1,3 Triliun


Seorang nelayan tidak menyadari nilai mutiara temuannya dan menjadikan benda itu sekedar jimat peruntungan nasib. (Sumber Aileen Cynthia Amurao)
Seorang nelayan tidak menyadari nilai mutiara temuannya dan menjadikan benda itu sekedar jimat peruntungan nasib. (Sumber Aileen Cynthia Amurao)

CB, Puerto Princesca - Selama sekitar 10 tahun, seorang nelayan tidak menyadari bahwa ia memiliki mutiara terbesar yang pernah ditemukan manusia.
Nelayan yang tidak disebutkan namanya itu menemukan mutiara seberat 34 kilogram itu di lepas Pantai Palawan, Filipina.
Dikutip dari Daily Mail pada Rabu (24/8/2016), nelayan itu tidak menyangka betapa bernilainya temuan tersebut dan menjadikannya sebagai 'jimat' keberuntungan di gubuk kayunya.
Pihak berwenang baru mengetahui keberadaan mutiara tersebut setelah gubuk kayu itu terbakar pada awal tahun ini sehingga penghuninya terpaksa mengeluarkan semua barang dan pindah.
Sang Nelayan pun menyerahkan mutiara kepada seorang petugas pariwisata di Puerto Princesca. Ia juga menjelaskan asal muasal mutiara raksasa itu yang memilik lebar sekitar 30 cm dan panjang sekitar 66 cm.
Ukuran tersebut lebih besar daripada mutiara raksasa bernama The Pearl of Allah atau Pearl of Lao Tzu yang selama ini berstatus yang terbesar sedunia.
Berat mutiara yang ditemukan pada 1934 itu 'hanya' 6,4 kilogram dan bernilai sekitar US$35 juta atau setara dengan Rp 462,7 miliar.
Sementara itu, mutiara temuan nelayan ini memiliki berat sekitar 34 kilogram dengan nilai sekitar US$ 100 juta atau senilai Rp 1,3 triliun.
Aileen Cynthia Amurao, seorang petugas pariwisata mengatakan, "Sekitar 10 tahun lalu nelayan itu melempar sauhnya, dan tersangkut di karang saat ada badai."
"Ia mengamati bahwa jangkar tersebut ternyata menyangkut di sebuah cangkang. Ia kemudian menyelam untuk melepas jangkarnya sekaligus membawa cangkang itu bersamanya," ujar Amurao.
"Ia tidak menyadari nilainya dan memajangnya di rumah sekadar sebagai jimat keberuntungan. Kami akan menjaganya di Filipina dan saya harap mutiara ini akan menarik lebih banyak turis ke kota ini," imbuhnya.
Mutiara itu dipamerkan kepada umum pada Senin 22 Agustus 2016.
Sementara itu, laporan Elite Readers menyebutkan bahwa Palawan sendiri adalah magnet bagi wisatawan meski tanpa keberadaan mutiara raksasa itu.
Majalah Travel+Leisure mendudukkan Palawan di peringkat pertama dalam daftar 2016 World's Best Islands karena warna air lautnya yang "hijau kebiruan". Ditambah lagi dengan keberadaan beberapa bangkai kapal karam dan tebing-tebing di sekitar pulau yang membuatnya kian eksotis.







Credit  Liputan6.com



Sejarah Hari Ini: Pasukan Inggris Bakar Gedung Putih

 
Gedung Putih
Gedung Putih
 
CB,  Pada 24 Agustus 1814, pasukan Inggris memasuki Washington DC dan membakar Gedung Putih. Serangan merupakan balasan atas serangan Amerika Serikat di kota York di Ontario, Kanada pada Juni 1812.

Saat Inggris tiba di Gedung Putih kala itu, mereka menemukan Presiden James Madison dan ibu negara Dolley sudah melarikan diri ke tempat yang aman di Maryland.
Tentara kemudian dilapokan duduk untuk makan makanan sisa makanan dari bufet di Gedung Putih. Mereka menggunakan peralatan makan presiden sebelum menggeledah rumah dan melakukan pembakaran.

History.com melansir dari White House Historical Society dan surat pribadi Dolley mengatakan presiden telah meninggalkan Gedung Putih sejak 22 Agustus. Saat itu Inggris mengancam memasuki gedung parlemen.

Sebelum pergi Madison meminta istrinya menunggunya kembali keesokan harinya. Ia juga meminta Dolley mengumpulkan dokumen negara yang penting dan bersiap meninggalkan Gedung Putih.

Meski presiden dan istrinya bisa kembali ke Washington tiga hari kemudian setelah serangan, namun mereka tak pernah lagi tinggal di Gedung Putih.. Madison menjabat sisa masa jabatannya dengan tinggal di rumahnya di kota Octagon. Tidak sampai 1817, presiden baru terpilih James Monroe pindah kembali ke gedung yang telah direkonstruksi itu.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID







Perang Hibrida


http://apdf-magazine.com/wp-content/uploads/2016/08/Hybrid-Warfare.jpg

Tantangan Baru dalam Lingkungan Informasi

Oleh Kol. (Purn.) Arthur N. Tulak, Angkatan Darat A.S.
Sifat lingkungan ancaman militer telah berubah ketika musuh dan musuh potensial kita semakin sering menggunakan cara nonmiliter dan paramiliter untuk mencapai tujuan strategis dan operasional yang sebelumnya dianggap tugas militer murni. Kecenderungan penggunaan kemampuan dan operasi nonmiliter untuk menggantikan kekuatan militer, serta konvergensi pendekatan konvensional dan tidak teratur, telah diakui selama bertahun-tahun oleh para penulis dan ahli militer. Taktik yang dilakukan selama kompetisi di masa damai ini dapat menimbulkan hasil negatif abadi yang memengaruhi keamanan, ekonomi, dan hukum internasional secara langsung.
Kecenderungan ini baru-baru ini dipercepat ketika negara-negara adikuasa mencoba mencapai tujuan militer tanpa memicu konflik terbuka antarnegara. Pendekatan “campuran” terhadap perang modern telah diberi banyak nama, termasuk “perang generasi baru,” “perang asimetris,” “perang majemuk,” “perang hibrida,” dan baru-baru telah digambarkan sebagai tindakan yang dilakukan dalam “zona abu-abu” antara diplomasi klasik dan konflik militer terbuka. Dari berbagai istilah tersebut, istilah perang hibrida lebih populer sebagai cara untuk memahami peristiwa saat ini. Di lingkungan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), istilah ini digunakan untuk menggambarkan atribut operasional baru dari serangan Rusia terhadap Ukraina. Penggunaan peralatan dan pasukan militer oleh Rusia dengan kedok pasukan pribumi dan separatis di Ukraina adalah contoh pelik perang hibrida yang mencakup penggunaan kekuatan mematikan. Versi Tiongkok di Laut Cina Selatan hingga kini masih belum mematikan, meskipun metode mematikan seperti pesawat tempur, artileri, dan rudal pertahanan udara dikerahkan di pulau-pulau yang diperebutkan.
Perang hibrida menggunakan kombinasi metode militer dan nonmiliter di masa damai untuk mencapai tujuan militer tradisional (misalnya, kontrol atau penaklukan teritorial), dan dengan demikian mengubah “fakta di lapangan” tanpa memicu konflik yang sebenarnya. Dalam karyanya yang baru-baru ini diterbitkan, Mastering the Gray Zone: Understanding a Changing Era of Conflict, Michael Mazarr, seorang ilmuwan politik dan mantan pembantu dekan di National War College, mengungkapkan bahwa perang hibrida masa damai mencapai tujuan militer, yakni kontrol medan perang. Dia menegaskan bahwa “tujuan perang hibrida adalah memenangkan kampanye konklusif melalui penggunaan kekuatan dan beberapa tingkat kekerasan, atau mempersiapkan semacam aksi militer yang menentukan.”
Bukti dunia maya dipajang di Laboratorium Forensik Komputer Pertahanan di Linthicum, Maryland. Amerika Serikat membelanjakan 135,8 triliun rupiah (10 miliar dolar A.S.) per tahun untuk melindungi data sensitif pemerintah. THE ASSOCIATED PRESS

 Bukti dunia maya dipajang di Laboratorium Forensik Komputer Pertahanan di Linthicum, Maryland. Amerika Serikat membelanjakan 135,8 triliun rupiah (10 miliar dolar A.S.) per tahun untuk melindungi data sensitif pemerintah. THE ASSOCIATED PRESS

Perebutan lahan melalui perang hibrida di masa damai dapat dilihat sebagai membentuk medan operasi militer di masa depan dengan memperluas kontrol militer atas lahan atau ruang operasional yang diperebutkan agar dapat menggunakan kemampuan ofensif dan defensif dengan lebih baik seandainya terjadi konflik yang sebenarnya. Versi perang hibrida Rusia dan Tiongkok menggunakan langkah-langkah tanpa memicu konfrontasi militer langsung antar negara yang akan melanggar batas-batas perjanjian. Versi Rusia menampilkan “teknik yang tidak lazim dan beragam” yang menggabungkan perpaduan pasukan khusus, kampanye informasi, pasukan pihak ketiga, dan kegiatan kriminal, demikian menurut laporan Jane’s Defence Weekly pada tahun 2015. Ciri umum dari bentuk perang baru ini adalah manajemen strategis akurat terhadap tentara dan operasi, sampai ke tingkat taktis, dalam rangka mencapai ambiguitas tentang apakah pasukan dan metode yang digunakan benar-benar di bawah otoritas komando nasional, dan untuk mencapai efek pengaruh yang diinginkan dan penyampaian pesan komunikasi strategis di semua media.
Angkatan Darat A.S. telah mengakui tantangan yang ditimbulkan oleh perang hibrida dan meneliti kemampuan ancaman hibrida Tiongkok, Rusia, dan Iran dalam The U.S. Army Operating Concept: Win in a Complex World, yang diterbitkan pada Oktober 2014. Dalam mengkaji potensi ancaman ini, kami menemukan bahwa operasi informasi tradisional, perang elektronik (electronic warfare – EW), dan perang dunia maya adalah komponen penting dari perang hibrida.
OPERASI INFORMASI DALAM PERANG HIBRIDA: MEDAN EROPA
Operasi perang hibrida klasik ditunjukkan dalam kampanye Krimea pada tahun 2014, ketika pasukan Rusia berhasil menggunakan perang psikologis, operasi penyesatan, komunikasi internal yang terampil, intimidasi, penyuapan, dan propaganda Internet/media “untuk melemahkan perlawanan, sehingga menghindari penggunaan kekuatan senjata,” demikian menurut analisis pada tahun 2014 yang diterbitkan oleh Akademi Pertahanan Nasional Latvia. Baru-baru ini, serangan militer Rusia di Ukraina timur membuat mantan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen menyatakan bahwa “Rusia telah mengadopsi pendekatan ini [perang hibrida], dan perang itu adalah campuran dari perang konvensional yang sangat dikenal dan kampanye disinformasi dan propaganda baru yang lebih canggih termasuk upaya Rusia untuk memengaruhi opini publik melalui hubungan keuangan dengan partai politik dalam NATO dan keterlibatan dalam LSM [lembaga swadaya masyarakat],” lapor majalah Newsweek pada April 2015.
Dalam kedua kampanye itu, Rusia menggunakan pasukan daratnya sendiri yang mengenakan seragam kamuflase militer (dan sering kali dengan topeng wajah), tapi tanpa lencana yang akan mengidentifikasi mereka dengan jelas sebagai militer Rusia. Taktik ini memiliki efek menciptakan ambiguitas, karena Rusia mengklaim bahwa tentara yang bersenjata lengkap dan terlatih dengan baik itu hanyalah separatis dalam negeri. Pers menyebut pasukan misterius ini sebagai “pria hijau kecil” yang muncul dalam jumlah terlalu besar dan dengan kemampuan terlalu canggih sehingga tidak sesuai dengan deskripsi Kremlin sebagai kelompok separatis yang dibentuk secara lokal. Meskipun demikian, strategi itu berhasil memberikan ambiguitas dan pengingkaran masuk akal yang cukup lama untuk mengubah fakta-fakta di lapangan. Pada Maret 2015, para pejabat NATO memperkirakan bahwa 1.000 personel militer dan intelijen Rusia dikerahkan di Ukraina timur. Personel ini besar kemungkinan mengoperasikan atau mengawasi operasi sistem persenjataan canggih, termasuk tank, artileri, pertahanan udara, dan jaringan komando, kontrol, dan komunikasi yang mendukung pasukan separatis, demikian yang dilaporkan Jane’s Defence Weekly.
dari kiri: Direktur FBI James Comey, Direktur CIA John Brennan, Direktur Intelijen Nasional James Clapper, Direktur Lembaga Keamanan Nasional Laksamana Michael Rogers, dan Direktur Badan Intelijen Pertahanan Letjen Vincent Stewart hadir dalam dengar pendapat mengenai ancaman dunia maya di depan Komite Intelijen DPR A.S. di Washington, D.C., pada September 2015.

 dari kiri: Direktur FBI James Comey, Direktur CIA John Brennan, Direktur Intelijen Nasional James Clapper, Direktur Lembaga Keamanan Nasional Laksamana Michael Rogers, dan Direktur Badan Intelijen Pertahanan Letjen Vincent Stewart hadir dalam dengar pendapat mengenai ancaman dunia maya di depan Komite Intelijen DPR A.S. di Washington, D.C., pada September 2015. [THE ASSOCIATED PRESS]

Perang hibrida Rusia yang sering kali ditampilkan dalam operasi militer Rusia sekarang menjadi bagian dari doktrin baru militer Rusia, yang menekankan operasi informasi, kampanye disinformasi, dan mengeksploitasi “potensi protes” populasi target, serta menggunakan pasukan operasi khusus dan pihak ketiga untuk tetap berada di bawah ambang batas operasi militer konvensional, demikian lapor Jane’s Defence Weekly. Marsekal Angkatan Udara A.S. Philip Breedlove, panglima tertinggi NATO di Eropa, bersaksi di depan Komite Angkatan Bersenjata Senat A.S. bahwa doktrin ini sedang dipraktikkan. Dia menggambarkan upaya pengaruh Rusia di Eropa Timur sebagai “kampanye informasi yang berdedikasi, mahir, dan sangat aktif,” demikian menurut surat kabar Defense News. Marsekal Breedlove memperkirakan bahwa kampanye informasi ini didukung dengan pendanaan yang setara dengan 4,75 triliun rupiah (350 juta dolar A.S.) dan disebarluaskan oleh media cetak, Internet, dan televisi “dengan cara yang mahir dan berdedikasi.”
OPERASI INFORMASI DALAM PERANG HIBRIDA:
MEDAN INDO-ASIA-PASIFIK
Sejalan dengan militer Rusia, Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army – PLA) Tiongkok telah mengintegrasikan prinsip perang hibrida ke dalam doktrin militernya, yang menyerukan “menggabungkan tindakan konvensional dan non-konvensional,” demikian menurut Komando Pelatihan dan Doktrin Angkatan Darat A.S. Contoh perang hibrida di Indo-Asia-Pasifik ditampilkan oleh penggunaan pasukan nonmiliter dan paramiliter Tiongkok, seperti Penjaga Pantai dan kapal penindakan perikanan, kapal eksplorasi minyak, platform pengeboran minyak, dan kapal komersial, dan kapal nelayan yang terdaftar di Tiongkok untuk menekankan pengaruh dan menegaskan klaim teritorial dan maritim Tiongkok yang meragukan di Laut Cina Selatan. Seperti dilaporkan Defense News, Tiongkok telah menunjukkan bahwa pihaknya dapat mengerahkan sejumlah besar kapal nelayan secara mendadak menjadi “milisi maritim.” Taktik itu digunakan secara efektif melawan Taiwan pada tahun 1990-an dengan sekawanan kapal nelayan mengelilingi pulau-pulau terluar Taiwan selama periode ketegangan politik dan baru-baru ini ketika melawan Filipina dalam ketegangan di Scarborough Shoal dan ketika melawan Jepang di dekat Kepulauan Senkaku pada tahun 2012. Menurut Defense News, Tiongkok menggunakan sekawanan kapal nelayan untuk mengepung area yang disengketakan guna menghalangi akses penjaga pantai atau angkatan laut negara pesaingnya tanpa menggunakan kekuatan militer secara terang-terangan.
Dalam kesaksian di depan Komite Angkatan Bersenjata DPR A.S. pada April 2015, Laksamana Angkatan Laut A.S. Samuel J. Locklear III, komandan Komando Pasifik A.S. pada saat itu, mengakui kekhawatiran akan berbagai operasi nonmiliter dan paramiliter ini, serta peningkatan operasi militer di Laut Cina Selatan. Dia mengatakan bahwa meskipun ketergantungan Tiongkok pada penggunaan “kapal penegak hukum maritim untuk menegakkan klaim mereka sebagian besar telah terus membuat masalah ini berada di luar lingkup militer,” taktik ini juga disertai dengan “peningkatan yang stabil dalam patroli udara dan laut militer.”
Penggunaan apa yang besar kemungkinan adalah armada kapal keruk samudra terbesar di dunia untuk menciptakan serangkaian pulau buatan di atas beting dan terumbu karang yang terendam air laut di Laut Cina Selatan dan Laut Filipina Barat oleh Tiongkok adalah contoh lain dari taktik ini, demikian lapor majalah The Diplomat pada Februari 2015. Laksamana Harry B. Harris Jr., saat memegang komando Armada Pasifik A.S., mengomentari teknik perang hibrida PLA, mengatakan bahwa “Tiongkok sedang menciptakan ‘Tembok Raksasa pasir’ dengan kapal keruk dan buldoser selama berbulan-bulan,” lapor surat kabar The Washington Post pada April 2014.
Tiongkok telah menggunakan milisi maritim pada kapal komersial dan nonmiliter untuk mengganggu kapal Angkatan Laut A.S. yang sedang transit di Laut Cina Selatan, termasuk konfrontasi yang dilakukan kapal nelayan Tiongkok dengan mengganggu USNS Impeccable pada Maret 2009 dan kapal dagang Tiongkok lainnya yang mengganggu USS Lassen pada Oktober 2015. Baru-baru ini, Tiongkok menggunakan personel milisi angkatan lautnya yang menyamar sebagai nelayan untuk melakukan pendaratan di pulau-pulau Senkaku di Jepang seperti yang dilaporkan oleh Defense News pada Maret 2016. Sebagaimana dicatat dalam serangkaian artikel oleh Dr. Andrew Erickson dan Conor Kennedy dari Institut Studi Maritim Tiongkok di Naval War College A.S., milisi maritim Tiongkok adalah bagian dari organisasi milisi Tiongkok di bawah PLA dan kontrol negara. Sebagaimana dilaporkan oleh Defense News pada November 2015, penggunaan pasukan paramiliter ini, yang disebut sebagai “pria biru kecil,” yang diambil namanya dari warna seragam milisi maritim mereka, telah dibandingkan dengan “pria hijau kecil,” pasukan militer misterius Rusia yang menyamar sebagai separatis lokal di Krimea dan Ukraina timur. Maksud dari taktik perang hibrida tersebut adalah mencapai tujuan militer tanpa memicu konflik, sembari mengacaukan dan menunda pengambilan keputusan militer Barat.
Taruna Akademi Militer A.S. Kiefer Ragay berpartisipasi dalam latihan pertahanan dunia maya tahunan di Pusat Penelitian Dunia Maya (Cyber Research Center) di Akademi Militer A.S. di West Point, New York, pada April 2014. THE ASSOCIATED PRESS

 Taruna Akademi Militer A.S. Kiefer Ragay berpartisipasi dalam latihan pertahanan dunia maya tahunan di Pusat Penelitian Dunia Maya (Cyber Research Center) di Akademi Militer A.S. di West Point, New York, pada April 2014. THE ASSOCIATED PRESS

Tindakan perang hibrida yang dilakukan di masa damai dapat mengakibatkan ancaman jangka panjang bagi keamanan regional. Dalam pidato di Pusat Keamanan Amerika Baru, Wakil Menteri Luar Negeri A.S. Antony Blinken membandingkan proyek penciptaan lahan berskala besar Tiongkok di Laut Cina Selatan dengan pendudukan Krimea dan bagian Ukraina timur oleh Rusia, dan menyebutnya “ancaman bagi perdamaian dan stabilitas.” Pendirian pangkalan operasi berkemampuan militer di Laut Cina Selatan di perairan yang disengketakan di atas pulau-pulau buatan, dan pendudukan Krimea dan bagian Ukraina timur merupakan operasi perang hibrida yang dilakukan di bawah ambang batas konflik militer, tetapi tindakan ini sebenarnya besar kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya konflik militer konvensional antarpasukan di masa mendatang. Guna mengatasi ancaman ini, Blinken mengeluarkan peringatan keras:
“Di Ukraina timur dan Laut Cina Selatan, kita menyaksikan upaya untuk mengubah status quo secara sepihak dan secara paksa — pelanggaran yang akan dilawan secara bersama-sama oleh Amerika Serikat dan sekutu kami.”
Ketika Tiongkok melakukan perang hibrida untuk mencapai akuisisi teritorial melalui metode nonmiliter dan paramiliter, Tiongkok mengikuti contoh Rusia di Ukraina dengan menerapkan “kampanye informasi” pendukung terkoordinasi yang direncanakan di tingkat strategis dan disebarkan secara global. Kampanye informasi ini sesuai dengan doktrin “Tiga Perang” PLA dengan tindakan, kegiatan, dan penyampaian pesan untuk mendukung perang psikologis, media, dan hukum. Pesan-pesan itu telah mempromosikan “klaim historis,” niat damai, dan konsep “kedaulatan teritorial yang tak terbantahkan” dari pangkalan pulau-pulau buatan Tiongkok. Dalam konferensi pers pada April 2015 (selama operasi pengerukan yang sedang gencar dilakukan yang diawasi oleh Angkatan Laut PLA), Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengungkapkan pembenaran nonmiliter untuk pendudukan karang, beting, dan pulau yang diperebutkan banyak pihak dengan memuji setinggi langit banyaknya manfaat yang diharapkan dihasilkan dari administrasi dan kontrol pemerintah Tiongkok terhadap masyarakat internasional. Pesan ini ditujukan untuk membuat “penyesatan” informasi guna memungkinkan Tiongkok melanjutkan perjalanan untuk menyelesaikan pembangunan pulau-pulau buatan.
Sebulan kemudian, Ouyang Yujing dari Kementerian Luar Negeri Tiongkok menegaskan “bahwa Tiongkok memiliki hak untuk mengerahkan fasilitas yang diperlukan untuk pertahanan militer di terumbu karang dan pulau yang relevan” seperti yang dilaporkan surat kabar China Daily. Intelijen A.S. menemukan bahwa Tiongkok membuktikan klaim ini, ketika pihaknya mengidentifikasi kendaraan artileri berat di pulau buatan yang dibangun di atas Fiery Cross Reef, demikian lapor The Associated Press pada Mei 2015.
Pengerahan pesawat jet tempur J-11BH/BS PLA (seperti yang dilaporkan di situs web berbahasa Mandarin) baru-baru ini ke Pulau Woody di Kepulauan Paracel berfungsi untuk menyoroti tujuan sebenarnya dari landasan udara yang sedang dibangun di pulau-pulau buatan, seperti landasan udara 3.000 meter yang dibangun di atas Fiery Cross Reef. Terakhir, pengerahan rudal pertahanan udara HQ-9 ke Pulau Woody pada Februari 2016 membuktikan bahwa tujuan akhir perang hibrida adalah melakukan penaklukan militer tanpa memicu konflik militer terbuka. Singkatnya, Tiongkok memanfaatkan doktrin “Tiga Perang” untuk melaksanakan tindakan ofensif perang hibrida terhadap lawan yang militernya berada dalam masa damai.
PERANG ELEKTRONIK, LINGKUNGAN ANCAMAN DUNIA MAYA, DAN PERANG HIBRIDA
Aspek lain dari perang hibrida seperti yang dilakukan oleh Rusia dan Tiongkok adalah peran penting yang ditugaskan untuk unit perang elektronik dan dunia maya militer mereka, yang membawa rangkaian tantangan baru lainnya ketika kemampuan ini diterapkan pada perang hibrida.
Sebagaimana yang diamati oleh Wakil Menteri Pertahanan Robert Work, “pesaing kita mencoba untuk memenangkan kompetisi perang elektronik,” lapor Defense News. Buktinya adalah penggunaan perang elektronik oleh Angkatan Darat Rusia sebagai komponen perang hibrida selama operasi ofensifnya di Ukraina. Angkatan Darat Rusia menggunakan sistem perang elektronik canggih militer Rusia seperti sistem gelombang mikro berkekuatan tinggi untuk mengacaukan komunikasi dan pengintaian militer Ukraina serta menonaktifkan pengawasan wahana udara tak berawak yang dioperasikan oleh tim pemantauan gencatan senjata Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa, demikian yang dilaporkan oleh Jane’s Defence Weekly.
PLA juga mempertimbangkan perang elektronik dengan sangat serius, sebagaimana yang dibuktikan lewat tulisan militer yang menekankan “memperoleh dominasi elektromagnetik merupakan prasyarat untuk memenangkan perang modern,” demikian menurut China Radio. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh Komisi Tinjauan Ekonomi dan Keamanan A.S.-Tiongkok pada Februari 2015, analis menilai bahwa “PLA melihat kemampuan ruang angkasa, dunia maya, dan perang elektronik sebagai aspek yang semakin penting dari kemampuannya untuk mencegah atau, jika perlu, mengalahkan musuh berteknologi maju dalam perang lokal berbasis informasi di masa depan, baik terhadap Taiwan atau Kepulauan Senkaku/Diaoyu, sengketa teritorial maritim di Laut Cina Selatan, atau di tempat lain.”
Di lini dunia maya, seperti halnya dengan perang elektronik, pesaing dan musuh potensial kita semakin banyak menanamkan investasi dalam kemampuan ini dan menempatkannya untuk digunakan dalam perang hibrida di masa damai.
Dalam kesaksiannya pada tahun 2015 kepada Komite Angkatan Bersenjata DPR A.S., Laksamana Locklear menyatakan kekhawatiran tentang “risiko yang ditimbulkan oleh ancaman dunia maya yang terjadi secara terus-menerus” serta “peningkatan kemampuan dan penggunaan dunia maya, terutama oleh Tiongkok, Korea Utara, dan Rusia.” Dia secara khusus menyebutkan serangan dunia maya Korea Utara pada Sony Pictures sebagai contoh kemampuan dunia maya negara tersebut yang diterapkan terhadap jaringan militer dan sipil sekutu kita, Korea Selatan. Ancaman ini merupakan ancaman paling kompeten yang dikategorisasikan dalam dua tingkat teratas dalam matriks ancaman lima tingkat yang dikembangkan oleh Satuan Tugas Dewan Sains Pertahanan A.S. yang berfokus pada pemahaman ancaman dunia maya canggih yang dihadapi negara Amerika.
Kemampuan dunia maya Tiongkok terus tumbuh, matang, dan berkembang. PLA mendirikan unit perang informasi pertamanya pada tahun 2003. Unit ini ditugaskan “untuk mengembangkan virus guna menyerang sistem dan jaringan komputer musuh, dan taktik serta langkah-langkah untuk melindungi sistem dan jaringan sahabat,” demikian menurut Security Bulletin edisi tahun 2007. PLA mulai menggabungkan operasi jaringan komputer ofensifnya ke dalam latihannya pada tahun 2005 untuk membangun kemampuannya. Setelah penyangkalan resmi selama bertahun-tahun, PLA mengakui keberadaan unit khusus perang dunia maya dalam The Science of Military Strategy edisi 2013 yang diterbitkan oleh Akademi Sains Militer PLA, seperti yang dilaporkan oleh The Diplomat. Pengakuan ini diikuti oleh laporan terkenal pada tahun 2013 yang diterbitkan oleh perusahaan keamanan komputer komersial Mandiant, yang mengidentifikasi Unit 61398 Biro Kedua Departemen Ketiga Departemen Staf Umum PLA sebagai sumber dari banyak intrusi jaringan komputer yang berasal dari Tiongkok.
Hal penting dalam perang hibrida adalah pengakuan bahwa banyak kemampuan dunia maya dan prajurit dunia maya Tiongkok berada di luar militer, seperti peretas patriotik dan mahasiswa. Oleh karena itu Science of Campaigns menyerukan mobilisasi aset ini untuk perang dunia maya.  Menempatkan kemampuan ini di bawah kontrol militer di masa damai akan menjadi “Perang Rakyat” dalam ranah dunia maya dan akan memberikan pengingkaran masuk akal untuk serangan dunia maya yang mungkin akan menyertai perang hibrida. Seperti yang dijelaskan oleh Franz-Stefan Gady dalam tulisan di The Diplomat pada Maret 2015, “Pendekatan ini bisa jadi, mungkin lebih efektif daripada di negara-negara Barat, menempatkan kemampuan pelaku sipil dan non-negara di tangan pengambil keputusan militer senior yang bisa lebih efektif menyalurkan dan mengarahkan sumber daya ini untuk berbagai operasi di dunia maya.” Strategi Dunia Maya Departemen Pertahanan A.S. yang diterbitkan pada April 2015 membahas ancaman eksternal secara langsung: “Musuh-musuh potensial menanamkan investasi secara signifikan dalam dunia maya karena memberi mereka kemampuan penyangkalan praktis dan masuk akal untuk menarget wilayah A.S. dan mengganggu kepentingan A.S. Rusia dan Tiongkok telah mengembangkan kemampuan dan strategi dunia maya mutakhir.” Pengingkaran masuk akal terhadap serangan dunia maya telah membuatnya menjadi komponen perang hibrida yang praktis dan lebih disukai.
Tiongkok sekarang sepenuhnya menganggap dunia maya sebagai komponen operasi militer, sebagaimana yang terungkap dalam Buku Putih Pertahanan tahun 2015, yang menyatakan bahwa “Tiongkok akan mempercepat pengembangan pasukan dunia maya,” lapor surat kabar Stars and Stripes pada Mei 2015. Baru-baru ini, pada Oktober 2015, Bloomberg News menyiarkan pengumuman PLA bahwa PLA mengonsolidasikan berbagai unit dan kemampuan perang dunia maya Tiongkok menjadi komando militer tunggal di bawah Komisi Militer Pusat. Tindakan PLA dalam membangun komando dunia maya dilakukan lebih dari satu tahun setelah pengumuman militer Rusia pada Februari 2014 tentang komando dunia mayanya sendiri. Mayjen Yuri Kuznetso dari Rusia mengatakan bahwa sasarannya dalam mengoperasikannya secara penuh pada tahun 2017 “untuk membela infrastruktur penting angkatan bersenjata Rusia dari serangan komputer,” demikian lapor situs web Tripwire.com.
Perang dunia maya adalah karakteristik utama invasi Rusia ke Republik Georgia pada tahun 2008, dan taktik tersebut digunakan lagi dalam invasi Krimea pada tahun 2014. Selama invasi Rusia dan aneksasi Krimea, Ukraina mengalami “serangan dunia maya yang canggih dan terkoordinasi yang melumpuhkan jaringan komunikasi dan membanjiri situs web pemerintah,” sebagaimana dilaporkan oleh Channel 4 News Britania Raya pada Mei 2014. Baru-baru ini, peretas yang berbasis di Rusia melakukan serangan canggih pada jaringan listrik Ukraina pada Desember 2015 sehingga memutus sambungan listrik untuk puluhan ribu pelanggan di Ukraina tengah dan barat. Dinas keamanan negara SBU Ukraina menyalahkan dinas keamanan Rusia untuk malware yang digunakan dalam serangan itu, demikian yang dilaporkan Reuters. Kemudian, investigasi Tim Respons Darurat Dunia Maya Sistem Kontrol Industri Departemen Keamanan Dalam Negeri A.S. mengonfirmasi bahwa serangan ini adalah serangan dunia maya, yang dikaitkan oleh ahli keamanan dunia maya dengan kelompok peretas Russian Black Energy, demikian yang dilansir Reuters pada Februari 2016.
Serangan dunia maya meningkat di seluruh dunia, dan paling mengkhawatirkan di kawasan Indo-Asia-Pasifik. Pada Februari 2015, Jane’s Defence Weekly melaporkan statistik yang menunjukkan bahwa selama tahun 2013-2014, persentase serangan dunia maya di dunia yang berasal dari kawasan Indo-Asia-Pasifik berkisar dari 64 persen hingga 70 persen, dengan prediksi bahwa “ruang lingkup ancaman dunia maya … [dan] ancaman serangan dunia maya tetap berada pada tingkat yang cukup tinggi.”
Dalam menanggapi fenomena ini, pemerintah di seluruh kawasan Indo-Asia-Pasifik “mendorong upaya untuk meningkatkan keamanan dunia maya, dengan instansi pertahanan dan militer mengambil posisi utama” dengan investasi dari sekutu dan mitra keamanan Pasifik A.S. sebesar 230,9 triliun rupiah (17 miliar dolar A.S.) pada tahun 2014, demikian menurut Jane’s Defence Weekly. Kemungkinan serangan dunia maya, komponen utama perang hibrida, mengarah pada konflik bersenjata terbuka sekarang menjadi kekhawatiran serius. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, berbicara pada pertemuan puncak perencanaan aliansi utama pada Maret 2015, mengatakan: “NATO telah menjelaskan bahwa serangan dunia maya berpotensi memicu respons Pasal 5 [militer, keamanan kolektif],” lapor Defense News pada Maret 2015.
MELANGKAH KE DEPAN
Perang hibrida berlangsung selama “masa damai” dengan hasil yang dramatis tercermin dalam batas-batas yang digambar ulang di Eropa dan pulau-pulau buatan baru yang dibuat di dalam “garis putus-putus” yang digambarkan pada peta di Pasifik. Seperti yang ditampilkan dalam contoh yang diberikan Rusia dan Tiongkok, operasi informasi merupakan komponen utama untuk melakukan perang melawan musuh ketika berada dalam masa damai, tanpa memicu baku tembak. Pesaing dan musuh potensial telah mengadaptasikan operasi informasi tradisional agar sesuai dengan perang hibrida yang dirancang untuk menunda dan mengacaukan respons dan pengambilan keputusan militer dan pemerintah sehingga menciptakan tantangan baru bagi A.S., sekutu militer, dan mitra keamanan kita. Demikian juga, perang elektronik dan dunia maya telah terbukti sebagai komponen aktif perang hibrida yang dapat mengakibatkan gangguan dan perusakan komando dan kontrol, komunikasi, dan infrastruktur. Perang elektronik dan dunia maya ditetapkan sebagai bidang prioritas pengembangan oleh Tiongkok dan Rusia, yang mengupayakan dan mengembangkan kemampuan baru secara agresif dan membangun unit dan komando baru untuk menggunakannya. Perang hibrida berbasis pada operasi yang sukses dalam lingkungan informasi, yang menyediakan kamuflase, penyembunyian, dan penyamaran yang diperlukan untuk hal yang pada dasarnya merupakan operasi militer guna mencapai tujuan dan efek dalam lingkungan fisik. Mengatasi ancaman ini akan membutuhkan kemampuan dan organisasi militer yang lebih lincah serta personel militer khusus untuk mencegah agar operasi informasi, perang elektronik (EW), dan tindakan dunia maya dalam perang hibrida di masa damai tidak memicu konflik militer.





Credit APDF



Kesiapan Militer untuk Bertempur di Timur Ukraina

 Kesiapan Militer untuk Bertempur di Timur Ukraina
Sebuah tank T-62 Ukraina menembakan meriamnya dalam latihan taktis militer di wilayah Kharkiv, Ukraina, 23 Agustus 2016. Mikhail Palinchak/Ukraina Presiden Press Service

 Kesiapan Militer untuk Bertempur di Timur Ukraina
Sejumlah tank T-62 Ukraina berjaga-jaga saat mengikuti latihan taktis militer di wilayah Kharkiv, Ukraina, 23 Agustus 2016. Mikhail Palinchak/Ukraina Presiden Press Service

 Kesiapan Militer untuk Bertempur di Timur Ukraina
Presiden Ukraina Petro Poroshenko, menghadiri upacara untuk penyerahan senjata dan kendaraan militer untuk tentara Ukraina yang berperang di timur Ukraina, di Chuhui, 23 Agustus 2016. Mikhail Palinchak/Ukraina Presiden Press Service

 Kesiapan Militer untuk Bertempur di Timur Ukraina
Presiden Ukraina Petro Poroshenko, memberikan pidato saat menghadiri upacara untuk penyerahan senjata dan kendaraan militer untuk tentara Ukraina yang berperang di timur Ukraina, di Chuhui, 23 Agustus 2016. Mikhail Palinchak/Ukraina Presiden Press Service

 Kesiapan Militer untuk Bertempur di Timur Ukraina
Presiden Ukraina Petro Poroshenko, memantau latihan militer yang dilakukan di wilayah Kharkiv, Ukraina, 23 Agustus 2016. Mikhail Palinchak/Ukraina Presiden Press Service

 Kesiapan Militer untuk Bertempur di Timur Ukraina
Presiden Ukraina Petro Poroshenko, berjalan didepan kendaraan militer yang dipersiapkan untuk tentara Ukraina yang berperang di timur Ukraina, di Chuhui, 23 Agustus 2016. Mikhail Palinchak/Ukraina Presiden Press Service





Credit  Tempo.co

Inilah Kapal Perusak Korea Selatan untuk Hadapi Korea Utara dan Tiongkok

 Inilah Kapal Perusak Korea Selatan untuk Hadapi Korea Utara dan Tiongkok
Korea Selatan membangun tiga kelas kapal perusak sejak dekade 1990-an sampai sekarang. Ketiga kelas perusak dikenal dengan sebutan KDX (Korean Destroyer eXperimental), yaitu KDX I (3.800 ton), KDX II (5.500 ton), dan KDX III (10.000 ton). Saat ini, Angkatan Laut Korea Selatan diperkuat oleh tiga KDX I, enam KDX II, dan tiga KDX III. military-today.com


 Inilah Kapal Perusak Korea Selatan untuk Hadapi Korea Utara dan Tiongkok
Perangkat sensor, persenjataan, kendali penembakan dan mesin KDX-I memakai buatan Amerika Serikat dan Eropa. Rudal permukaan ke udara Sea Sparrow, rudal anti kapal Harpoon, torpedo, dan radar pencari target di udara, diproduksi oleh perusahaan Amerika Serikat. Meriam 127 mm, CIWS, helikopter Super, radar permukaan, radar pengendali tembakan, dan sonar, merupakan produk dari negara-negara Eropa. wikiwand.com

 Inilah Kapal Perusak Korea Selatan untuk Hadapi Korea Utara dan Tiongkok
Korea Selatan kemudian mengembangkan dan membangun KDX-II, yang memiliki panjang 150 m, dan lebar 17,4 m. KDX-II dapat melaju hingga kecepatan 29 knots (54 km/jam). Desain lambung kapal perusak KDX-II merupakan pengembangan sea-keeping hull, lisensi dari IABG, Jerman. Desain lambung menggabungkan teknologi siluman untuk mengurangi penampang inframerah dan radar. Kapal ini memiliki daya tahan tinggi dan dapat melindungi kru dari serangan biokimia. naval.com.br


 Inilah Kapal Perusak Korea Selatan untuk Hadapi Korea Utara dan Tiongkok
Perangkat sensor menggunakan radar pencari jarak jauh Raytheon AN/SPS-49(V)5 dua dimensi (2D) buatan Raytheon, radar indentifikasi target MW08 G-band 3D buatan Thales Belanda, dua radar pengendali tembakan STIR240, sonar hull-mounted DSQs-21, dan sonar pasif towed array buatan Daewoo. KDX-II dipersenjatai dengan rudal anti pesawat RIM-116 RAM, rudal anti kapal Harpoon, rudal permukaan ke udara SM-2 Block IIIB, meriam 127 mm Mk 45 mod 4, dan Goalkeeper 30 mm sebagai CIWS. globalsecurity.org

 Inilah Kapal Perusak Korea Selatan untuk Hadapi Korea Utara dan Tiongkok
Kapal perusak KDX-III memiliki panjang 165 m, lebar 21 m, dan mampu menjelajah hingga 5.500 mil laut atau 10.186 km dengan kecepatan jelajah 20 knots (37 km/jam). Kecepatan maksimum mencapai 30 knots (56 km/jam). KDX-III dilengkapi dengan sistem tempur Aegis yang dikembangkan oleh Lockheed Martin. Sistem ini terdiri dari radar AN/SPY-1D(V) , pemancar SPY-1D (V) dan sistem kontrol penembakan AN/SPG-62. Perusak KDX III juga dilengkapi dengan hull mounted sonar DSQS-21BZ , sistem towed array sonar MTeQ, dan sistem Infrared Search & Track (IRST) Sagem. wikipedia.org


 Inilah Kapal Perusak Korea Selatan untuk Hadapi Korea Utara dan Tiongkok
Kapal perusak KDX-III memiliki panjang 165 m, lebar 21 m, dan mampu menjelajah hingga 5.500 mil laut atau 10.186 km, dan kecepatan maksimum mencapai 30 knots (56 km/jam). KDX-III dilengkapi dengan sistem tempur Aegis yang dikembangkan oleh Lockheed Martin. Sistem ini terdiri dari radar AN/SPY-1D(V) , pemancar SPY-1D (V) dan sistem kontrol penembakan AN/SPG-62. Perusak KDX III juga dilengkapi dengan hull mounted sonar DSQS-21BZ , sistem towed array sonar MTeQ, dan sistem Infrared Search & Track (IRST) Sagem. wikipedia.org



Credit  Tempo.co

Armada Kapal Selam Rusia: Warisan Kekuatan Soviet dari Era Perang Dunia II

 
Armada kapal selam modern Rusia merupakan salah satu yang terkuat di dunia. Hal itu terbukti dalam operasi Suriah pada 2015 lalu. Namun, di balik segala kesuksesan tersebut, ada usaha puluhan tahun yang telah dimulai sejak Perang Dunia II.
 
M-98
Di balik kesuksesan armada kapal selam Rusia kini, ada usaha puluhan tahun yang telah dimulai sejak PD II. Sumber: Foto arsip
Dalam Perang Dunia II, armada kapal selam Soviet merupakan armada terbesar di dunia. Dari segi jumlah, kapal selam Soviet dua kali lipat lebih banyak dibanding AS, dan hampir empat kali lipat lebih besar dari Kriegsmarine (Angkatan Laut Nazi Jerman). 
Namun, tantangan yang ia hadapi terbilang ketat. Karena posisi geografisnya, Uni Soviet tak bisa memperjuangkan supremasinya di samudra. Mereka hanya punya dua jalur masuk ke samudra. Baik Kutub Utara maupun Timur Jauh tak memungkinkan bagi penyusunan infrastruktur marinir skala penuh. Dengan begitu, yang tersisa hanyalah laut tertutup: Laut Hitam dan Laut Baltik. Setelah perang pecah, ada keyakinan bahwa marinir Soviet dapat menyerang fasilitas komunikasi musuh yang terletak di wilayah ini. 
Uni Soviet hanya punya dua jalur masuk ke samudra. Namun, baik Kutub Utara maupun Timur Jauh tak memungkinkan bagi penyusunan infrastruktur marinir skala penuh.Uni Soviet hanya punya dua jalur masuk ke samudra. Namun, baik Kutub Utara maupun Timur Jauh tak memungkinkan bagi penyusunan infrastruktur marinir skala penuh.
 
Namun, kapal selam Rusia tak bisa menandingi kapal selam Jerman, sementara armada terbesar di dunia milik Inggris tak yakin hendak terlibat dalam perang untuk membantu Uni Soviet. Karena itu, keputusan untuk membangun armada kapal selam sendiri sangat logis: biaya produksi yang terbilang rendah membantu menciptakan pasukan tangguh yang memainkan peran penting dalam pertempuran laut.
Sebuah kapal selam Shchuka selama Perang Dunia II. Museum Pusat Kemaritiman Sankt Peterburg. Sumber: Alexander Sokolenko / RIA NovostiSebuah kapal selam Shchuka selama Perang Dunia II. Museum Pusat Kemaritiman Sankt Peterburg. Sumber: Alexander Sokolenko / RIA Novosti

Senjata Bawah Air Uni Soviet

Kapal selam Soviet beraksi dengan cepat dan efektif dalam pertempuran Perang Dunia II. Kapal selam seri Malyutka (Bayi) tak bisa dibilang senjata yang serius. Kapal ini terbilang mungil dan bisa dikirim menggunakan kereta, tapi tidak nyaman bagi para kru sekalipun mereka bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Hal yang paling perlu diperhatikan, kapal ini tak aman, karena hanya punya satu instalasi penembakan, tak cukup tangguh untuk menyelam cukup dalam untuk bertempur, dan dengan mudah bisa terbelah oleh badai. 
Namun anehnya, kapal Malyutka menjadi kapal selam Soviet yang paling efekif pada PD II. Kapal ini berhasil menghancurkan lebih dari 60 kapal transportasi musuh dan 8 kapal tempur. Meski kru kurang terlatih, mereka berhasil mencapai hasil yang mengesankan.
Armada Laut Hitam. Kapal selam Malyutka di muara Sungai Kopi. Sumber: Alexei Mezhuyev / TASS 
Armada Laut Hitam. Kapal selam Malyutka di muara Sungai Kopi. Sumber: Alexei Mezhuyev / TASS
 
Sementara kapal selam Soviet seri Srednyaya (S) adalah barang canggih pada eranya. Secara tak terduga, ia tak bisa menampilkan potensi tempurnya dalam skala penuh di Laut Baltik yang penuh ranjau. Kapal ini merupakan tiruan kapal Jerman, namun ternyata bisa melampaui kehebatan versi aslinya karena disesuaikan dengan perlengkapan dan persenjataan Soviet. Hasilnya, kapal selam universal ini tahan banting meski diserang ratusan kali, tak pernah rusak sekalipun.

Perang di Bawah Laut

Para sejarawan menuturkan fakta penting yang tak banyak dikenal. AL Soviet berhasil menghancurkan empat dari sembilan kapal selam milik Jerman. Pertempuran tersebut berlangsung di perairan Baltik dan Barents.
Armada Laut Hitam Uni Soviet, Perang Patriotik Raya (1941 – 1945). Kapal dan kapal selam Uni Soviet dalam sebuah misi, 1942. Sumber: Alexander Sokolenko / RIA NovostiArmada Laut Hitam Uni Soviet, Perang Patriotik Raya (1941 – 1945). Kapal dan kapal selam Uni Soviet dalam sebuah misi, 1942. Sumber: Alexander Sokolenko / RIA Novosti
AL Soviet menang dari ‘segi jumlah’. Mereka berhasil menghancurkan empat kapal selam milik Jerman meski di sisi lain harus mengorbankan tiga milik mereka. 
Sehari setelah Jerman menginvasi Uni Soviet, kapal U-144 Jerman yang memiliki persenjataan unggul menenggelamkan kapal selam Soviet M-98. Lalu 1,5 bulan kemudian, situasi berbalik. Di pesisir Estonia, kapal selam Soviet kelas Schuka menembakkan dua torpedo dan berhasil mengenai kapal utama Jerman tersebut. Dua tahun kemudian, pertempuran lain berakhir dengan kemenangan Soviet: tiga torpedo Soviet secara tak terduga mengenai kapal selam Jerman U-639 yang tengah menyebar ranjau di permukaan air Laut Barents.




Credit  RBTH Indonesia




Mirip, Sistem Rudal Bavar-373 Iran Pesaing S-300 Rusia?

 
Mirip Sistem Rudal Bavar 373 Iran Pesaing S 300 Rusia
Sistem rudal pertahanan Bavarian-373 Iran yang resmi diluncurkan. | (Facebook Iran Military)
 
TEHERAN - Iran baru-baru ini memamerkan sistem rudal pertahanan udara terbarunya, Bavar-373 yang karakteristiknya mirip dengan sistem rudal pertahanan udara S-300 Rusia. Lantaran mirip, kini muncul spekulasi bahwa Bavar-373 Iran menjadi pesaing S-300 Rusia.

Rusia sejatinya masih terikat kontrak dengan Iran untuk mengirim S-300, sebagai pengganti pembelian paket senjata yang dibatalkan Moskow di masa lalu. Namun Iran, terkesan enggan melanjutkan pembelian senjata itu.

Sistem rudal pertahanan Bavar-373 Iran diluncurkan secara resmi oleh Presiden Iran Hassan Rouhani hari Minggu lalu. Bavar-373 merupakan sistem rudal pertahanan buatan sendiri yang sudah lama dinantikan Iran.

Bavar-373 berhasil diuji coba pada bulan Agustus 2014. Hasilnya mirip dengan Rusia S-300 dan mampu menghantam target di ketinggian.

Pada hari Senin, Menteri Pertahanan Iran, Hossein Dehghan, mengumumkan bahwa Teheran sudah bersiap memproduksi massal sistem rudal pertahanan udra Bavar-373 setelah uji coba lanjutan dilakukan pada Maret 2017.

Spekulasi bahwa Bavar-373 Iran menjadi pesaiang S-300 Rusia tak dipungkiri Mahmud Shoori, Direktur Eurasia Research Group di Center for Strategic Research (CSR), sebuah kelompok think tank terkemuka di Iran.

Menurutnya, secara teknologi, sangat sulit untuk membedakan dua sistem rudal pertahanan S-300 Rusia dan Bavar-373 Iran.Keduanya memiliki kesamaan dan sulit dibedakan jika digunakan secara bersamaan.

Shoori mengatakan, yang lebih penting adalah perkembangan sistem rudal domestik Iran ditujukan untuk memuaskan semua kebutuhan militer secara mandiri.

”Secara keseluruhan, saya tidak melihat ada masalah bagi Iran melanjutkan pembelian dari S-300 di bawah kontrak yang ada (dengan) Rusia, sementara secara bersamaan (Iran) mengembangkan dan menampilkan prestasi industri pertahanan militer,” ujar Mahmud Shoori kepada Sputnik, yang dikutip Rabu (24/8/2016).

Menurutnya, prioritas utama untuk kompleks pertahanan militer Iran adalah memaksimalkan produksi persenjataan strategisnya secara mandiri.

Meski demikian, Shoori yakin kerjasama militer-teknis antara Rusia dan Iran akan terus berlanjut.

”Sejauh yang saya tahu, menteri pertahanan kami telah mengatakan bahwa Iran memiliki (kerjasama). Saat ini tidak ada kebutuhan pengiriman sistem rudal pertahanan canggih. Apa yang sudah kita miliki dalam pelayanan dan apa yang sekarang sedang disampaikan oleh Rusia cukup untuk memenuhi tuntutan industri pertahanan kami,” imbuh dia.

“Saya pribadi berpikir bahwa kerjasama militer-teknis antara dua negara pasti akan terus berlanjut," katanya.





Credit  Sindonews





Milisi Syiah Irak juga banyak siksa warga sipil Sunni

 
Milisi Syiah Irak juga banyak siksa warga sipil Sunni
Seorang ibu dan dua anaknya diungsikan melalui helikopter oleh militer Irak dari kota Amerli yang sedang dikepung ISIS (Reuters)
 
Jakarta (CB) - Milisi Syiah di Irak telah menahan, menyiksa dan melecehkan warga sipil Sunni yang jumlahnya jauh lebih banyak dari yang diperkirakan Amerika Serikat ketika kota Falluja direbut kembali dari tangan ISIS Juni lalu, kutip dokumen yang didapatkan Reuters.

Sekitar 700 pria dan bocah laki-laki Sunni hilang dalam dua bulan terakhir setelah benteng ISIS itu jatuh.

Penyiksaan itu terjadi kendati AS telah membatasi peran milisi Syiah dalam operasi ke Falluja, termasuk dengan mengancam menarik dukungan serangan udara dalam operasi militer Irak.

Ternyata ancaman itu tidak efektif karena milisi Syiah tidak menarik diri dari Falluja dengan malah berpartisipasi dalam penjarahan di sana dan kini mengabaikan upaya AS dalam membatasi peran mereka dalam operasi-operasi berikutnya ke sarang-sarang ISIS di Irak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 penyintas, pemimpin suku, politisi Irak dan diplomat Barat, milisi Syiah membunuh paling sedikit 66 pria Sunni dan melecehkan paling sedikit 1.500 orang yang kabur dari Falluja.

Orang-orang Sunni Irak ini ditembak, dipukuli dengan pipa karet dan beberapa di antara mereka dipenggal. Pengakuan para penyintas, pemimpin suku, politisi Irak dan diplomat Barat itu sesuai dengan sebuah investigasi pihak berwenang setempat Irak dan testimoni video dan foto para penyintas yang diambil setelah mereka dibebaskan.

Perang melawan ISIS dalam babak terakhir dari konflik antara mayoritas Syiah melawan minoritas Sunni di Irak yang merebak setelah invasi pimpinan AS pada 2003.

Perang yang dilancarkan AS itu mengakhiri dominasi beberapa dekade Sunni di bawah kepemimpinan Saddam Hussein dan mengantarkan terbentuknya pemerintahan yang didominasi partai-partai islamis Syiah yang dipatronase oleh Iran.

Ketidakmampuan Washington mencegah kekerasan sektarian kini menjadi keprihatinan besar para pejabat pemerintahan Presiden Barack Obama di tengah upaya mereka merebut kembali kota Irak yang jauh lebih besar, Mosul, yang telah menjadi ibu kota ISIS di Irak, demikian Reuters.






Credit  ANTARA News




Gencatan senjata harus dilakukan semua pasukan perang Suriah


 
Gencatan senjata harus dilakukan semua pasukan perang Suriah
Dokumentasi seorang wanita membawa walkie-talkie menuju lokasi kerusakan setelah terjadi serangan udara di kawasan dikendalikan pemberontak, kota Maaret al-Numan, provinsi Idlib, Suriah, Selasa (31/5/2016). (REUTERS/Khalil Ashawi)
 
Markas Besar PBB, New York (CB) - PBB meminta jaminan semua pasukan perang Suriah --bukan hanya Rusia-- mematuhi kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan 48 jam, kata kepala gerakan tersebut, Senin.

Ia mengatakan, PBB siap mengantarkan bantuan ke Aleppo, Suriah, dengan menunjukkan kekecewaan atas kurang perhatian banyak pihak terhadap warga.

Aleppo pernah menjadi kota terpadat dan pusat ekonomi, tetapi kini menjadi tempat utama perang saudara, yang telah berlangsung lima tahun.

Lebih dari dua juta orang dari kedua pihak tidak mempunyai jaminan ke air bersih setelah bom menghancurkan banyak bangunan.

Rusia, yang mendukung pemerintah Suriah dengan menjatuhkan banyak bom, mengatakan pada Kamis akan memenuhi permintaan gencatan senjata itu.

PBB meminta gencatan senjata dilakukan selama dua hari per minggunya guna membuka akses ke wilayah pemberontak di timur, dan pemerintah di barat Aleppo.

"Pernyataan Rusia cukup positif, tetapi permintaan ini tak hanya untuk satu pihak," kata kepala misi bantuan PBB, Stephen O'Brien, di depan negara anggota Dewan Keamanan PBB.

"Saat kami mendapatkan lampu hijau, bantuan itu dapat segera dikirim dalam waktu 48 sampai 72 jam," katanya.

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mengingatkan pada pekan lalu, "bencana kemanusiaan" semacam itu belum pernah terjadi di Aleppo. Ia mendesak Rusia dan Amerika Serikat secepatnya membuat gencatan senjata di kota itu dan wilayah lai di Suriah.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, telah membahas masalah tersebut.

Amerika Serikat mendukung sejumlah kelompok oposisi pemerintah Suriah dan ikut mengebom pegaris keras ISIS di sana.

Perang saudara itu dipicu upaya Presiden Suriah, Bashar al-Assad, menindak pengunjuk rasa pendukung demokrasi pada lima tahun lalu.

Pegaris keras ISIS memanfaatkan kerusuhan itu dengan mengambil alih wilayah di Suriah dan Irak.

O'Brien mengatakan tak ada bantuan yang dikirim ke satu juta warga yang terisolir dan sulit dijangkau pada Agustus akibat perang dan birokrasi berbelit pemerintah Suriah.

"Saya marah, dan sangat kesal," kata O'Brien, "Pembantaian massal ini jelas aksi penuh dosa."

Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja'afari, mengatakan di depan anggota Dewan Keamanan PBB, pemerintahnya tak bertanggung jawab atas serangan udara di wilayah pemberontak di al Qaterji pekan lalu.

Sebelumnya, video yang menayangkan anak laki-laki bernama Omran Daqneesh, ia tampak berdarah dan penuh luka saat ditarik dari puing akibat serangan udara di pemukiman itu, Rabu, sempat mengejutkan banyak orang di seluruh dunia.

"Serangan itu pasti dilakukan pihak lain," kata Ja'afari.



Credit  ANTARA News





Turki tarik duta besarnya dari Austria

 
Turki tarik duta besarnya dari Austria
Presiden Turki Tayyip Erdogan saat memberikan pidato di hadapan hadirin dalam pertemuan di Ankara, Turki, Selasa (12/1). (REUTERS/Kayhan Ozer/Presidential Palace Press Office/Handout via Reuters )
 
Ankara (CB) - Turki menarik duta besarnya untuk Austria guna meninjau kembali hubungan setelah serangkaian sengketa dengan negara anggota Uni Eropa tersebut menurut Menteri Luar Negeri Turki, Senin (22/08).

"Kami sudah memanggil ke Ankara duta besar untuk Wina untuk konsultasi dan peninjauan kembali hubungan kita," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu seperti dilansir Anadolu, kantor berita negara itu.

Penarikan duta besar itu dilakukan setelah media menyiarkan kabar bahwa pihak berwenang Austria mengizinkan para pendukung kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) berunjuk rasa di Wina.

Dalam konferensi pers bersama timpalannya dari Moldova, Cavusoglu menuding Austria "mendukung terorisme".

"Sayangnya, alasan-alasan untuk mempertahankan hubungan bilateral dan kerja sama dengan Austria seperti sebelumnya sudah tidak ada lagi," katanya.

Pada Senin, Ankara juga memanggil kuasa usaha kedutaan besar Austria ke Kementerian Luar Negeri Turki. Ini merupakan kali kedua bagi diplomat tersebut dipanggil terkait sengketa di Turki.

Sengketa dipicu oleh berita yang disiarkan di layar bandara Wina yang menyatakan bahwa pemerintah Turki mengizinkan hubungan seks dengan anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Cavusoglu mengatakan Turki akan mengambil "kebijakan-kebijakan lain" mengenai hubungan bilateral kedua negara.

Austria juga membuat geram Turki dengan mengklaim perundingan keanggotaan Uni Eropa (UE) dengan Ankara harus dihentikan karena upaya pembersihan tiada henti yang dilancarkan usai upaya kudeta yang gagal pada 15 Juli.

"Kita harus menghadapi kenyataan: perundingan keanggotaan kini tidak lebih dari fiksi," kata Kanselir Christian Kern kepada media Austria awal bulan ini.

Menteri Pertahanan Austria Hans-Peter Doskozil menyebut Turki membandingkan Turki dengan "kediktatoran", menambahkan bahwa "negara semacam itu tidak punya tempat di UE".

Menteri Luar Negeri Austria Sebastian Kurz kemudian mengatakan bahwa Wina menolak langkah apa pun yang akan membawa Turki mendekati bergabung dengan Uni Eropa, demikian menurut warta kantor berita AFP.




Credit  ANTARA News