Jumat, 20 April 2018
Inggris Khawatir Suriah Hancurkan Bukti Senjata Kimia
Dubes Inggris Moazzam Malik menyatakan
pihaknya khawatir Suriah menghilangkan bukti dugaan serangan senjata
kimia di Douma, dua pekan lalu. (ANTARA Foto/Yudhi Mahatma)
"Kami khawatir jika situs di Douma sudah dihalangi dan sudah dibersihkan. Meskipun begitu, kami tetap perlu akses penuh ke wilayah itu untuk memastikan yang terjadi," ucap Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik di Kemlu RI, Jakarta, Kamis (19/4).
Karena itu London mendesak Damaskus segera membuka akses tim pencari fakta Organisasi Internasional Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) untuk melakukan penyelidikan independen di Suriah, terutama Douma.
Malik mengatakan Inggris, Amerika Serikat dan Perancis telah mendapat sejumlah bukti berupa kesaksian warga setempat yang menjadi korban serangan senjata kimia. Selain itu, ada pula rekaman video yang diduga menggambarkan peristiwa di Douma 7 April lalu.
|
Serangan itu, menurut Malik, menewaskan sedikitnya 75 orang dan melukai 1.000 lainnya di sejumlah lokasi di Douma yang tak jauh dari Ibu Kota Damaskus.
Dia mengatakan pihak Barat mendapatkan bukti dari beberapa organisasi pemerhati HAM.
Dilaporkan sebelumnya, sejumlah aktivis mengatakan serangan gas beracun itu berasal dari bom barel yang dijatukan helikopter.
"Kami meyakini bahwa gas itu kemungkinan klorin atau mungkin sarin. Banyak saksi mata di sana ikut menjadi korban, termasuk perempuan dan anak-anak," kata Malik.
|
Malik mengatakan bukti-bukti tersebut menjadi salah satu dalil Inggris, AS, dan Perancis meluncurkan serangan udara ke Suriah.
"Serangan gabungan ini mengincar situs militer dan senjata demi membuat Suriah jera dan tidak menggunakan senjata kimianya lagi. Kami bukan ingin menggulingkan rezim atau mencampuri konflik sipil di Suriah," kata Malik.
Serangan
gabungan Barat ke Suriah disebut hanya mengincar fasilitas senjata
kimia. (Cpl L Matthews, 83EAG, Royal Air Force Photographer/Ministry of
Defence Handout via Reuters)
|
Menurutnya, seluruh upaya dialog dan diplomatik sudah dicoba ketiga negara guna menghentikan tindakan Damaskus. Namun, Suriah tetap berkeras menggunakan senjata itu hingga menewaskan warganya sendiri.
|
"Kami sudah gunakan cara diplomatik dan ekonomi untuk menghindari situasi yang saat ini terjadi," kata Donovan.
"Penting juga diingat bahwa Suriah telah meratifikasi konvensi senjata kimia pada 2013 lalu sehingga berkewajiban melucuti seluruh senjata kimianya.
"Rusia menjadi penjamin Suriah dalam hal itu dan kami belum melihat komitmen kedua pihak untuk memusnahkan senjata kimia di Suriah."
Credit cnnindonesia.com
Jet-jet Tempur Irak Bombardir Suriah untuk Gempur ISIS
BAGHDAD - Pesawat-pesawat jet tempur F-16 Irak membombardir wilayah Suriah untuk menyerang basis-basis kelompok Islamic State of Iraq and Syria
(ISIS). Pemerintah Perdana Menteri (PM) Haider al-Abadi mengklaim
serangan di Suriah telah dikoordinasikan dengan pasukan Presiden Bashar
al-Assad.
Serangan udara mematikan Irak berlangsung pada hari Kamis setelah PM Abadi memerintahkan serangan tersebut beberapa hari lalu. Perintah dikeluarkan dengan alasan kelompok ISIS yang bersembunyi di Suriah bisa mengancam keamanan Irak.
"Berdasarkan perintah dari panglima angkatan bersenjata, Haider al-Abadi, angkatan udara heroik kami melakukan serangan udara mematikan terhadap situs-situs ISIS di Suriah pada Kamis di dekat perbatasan dengan Irak," kata kantor PM Abadi dalam sebuah pernyataan yang dilansir Al Jazeera, Jumat (20/4/2018).
Menurut pernyataan itu, serangan yang diluncurkan mencerminkan kemampuan militer pasukan bersenjata Irak dalam memerangi teror.
Militer Irak melalui seorang juru bicaranya mengonfirmasi bahwa operasi militer di wilayah Suriah sepenuhnya dikoordinasikan dengan tentara Presiden Assad.
PM Abadi secara resmi mengumumkan kemenangan Irak atas ISIS tahun lalu. Kemenangan itu diraih dengan bantuan koalisi yang terdiri dari pasukan Peshmerga Kurdi dan unit paramiliter yang didominasi milisi Syiah.
Tentara Irak juga menerima dukungan serangan udara dan darat dari koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat.
Kendati demikian, ISIS masih menjadi ancaman, terutama di sepanjang perbatasan Irak-Suriah. Melalui perbatasan itu, kelompok ISIS masih kerap melakukan penyergapan dan pemboman di wilayah Irak.
Pada hari Kamis, pemerintah Suriah juga mengultimatum para milisi ISIS untuk menyerah dan meninggalkan wilayah Yarmouk, selatan Damaskus, dalam waktu 48 jam. Wilayah yang jadi lokasi kamp pengungsi Palestina tersebut telah diduduki kelompok ISIS selama hampir tiga tahun.
Serangan udara mematikan Irak berlangsung pada hari Kamis setelah PM Abadi memerintahkan serangan tersebut beberapa hari lalu. Perintah dikeluarkan dengan alasan kelompok ISIS yang bersembunyi di Suriah bisa mengancam keamanan Irak.
"Berdasarkan perintah dari panglima angkatan bersenjata, Haider al-Abadi, angkatan udara heroik kami melakukan serangan udara mematikan terhadap situs-situs ISIS di Suriah pada Kamis di dekat perbatasan dengan Irak," kata kantor PM Abadi dalam sebuah pernyataan yang dilansir Al Jazeera, Jumat (20/4/2018).
Menurut pernyataan itu, serangan yang diluncurkan mencerminkan kemampuan militer pasukan bersenjata Irak dalam memerangi teror.
Militer Irak melalui seorang juru bicaranya mengonfirmasi bahwa operasi militer di wilayah Suriah sepenuhnya dikoordinasikan dengan tentara Presiden Assad.
PM Abadi secara resmi mengumumkan kemenangan Irak atas ISIS tahun lalu. Kemenangan itu diraih dengan bantuan koalisi yang terdiri dari pasukan Peshmerga Kurdi dan unit paramiliter yang didominasi milisi Syiah.
Tentara Irak juga menerima dukungan serangan udara dan darat dari koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat.
Kendati demikian, ISIS masih menjadi ancaman, terutama di sepanjang perbatasan Irak-Suriah. Melalui perbatasan itu, kelompok ISIS masih kerap melakukan penyergapan dan pemboman di wilayah Irak.
Pada hari Kamis, pemerintah Suriah juga mengultimatum para milisi ISIS untuk menyerah dan meninggalkan wilayah Yarmouk, selatan Damaskus, dalam waktu 48 jam. Wilayah yang jadi lokasi kamp pengungsi Palestina tersebut telah diduduki kelompok ISIS selama hampir tiga tahun.
Credit sindonews.com
Moskow tuduh dinas rahasia Inggris racuni bekas mata-mata
Moskow (CB) - Moskow, Kamis, melemparkan tuduhan bahwa
dinas rahasia Inggris sengaja meracuni bekas mata-mata, Sergei Skripal,
dengan tujuan untuk menyudutkan Rusia.
"Dinas rahasia Inggris kemungkinan besar mendapat keuntungan dari provokasi dengan meracuni warga negara Rusia di Salisbury dan, kemungkinan, mengatur (insiden) ini untuk menyudutkan Rusia dan kepemimimpinan politiknya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam acara jumpa pers.
"Langkah ini sejalan dengan kebijakan Fobia-Rusia secara umum yang dianut pemerintah konservatif dengan tujuan untuk menjelek-jelekkan negara kami," tambah Zakharova.
Ia mengatakan penolakan pihak berwenang Inggris untuk berinteraksi dengan Rusia dalam menyelidiki peristiwa Salisbury, dalam memberikan kesempatan pada Rusia untuk menemui para korban serta keengganan pihak berwenang Inggris untuk mengungkapkan kepada Rusia dokumen-dokumen yang diperlukan bagi penyelidikan obyektif, merupakan "bukti" mengenai niat London.
Skripal, sang mantan mata-mata Rusia, dan putrinya diracun pada 4 Maret di kota Inggris Selatan, Salisbury. Inggris menuding Rusia sebagai pihak "yang kemungkinan besar" telah menggunakan racun saraf kategori militer, dengan mengutip hasil penyelidikan yang dilakukan oleh para pakar Inggris.
Sebagai kelanjutan dari insiden itu, Inggris mengusir sejumlah diplomat Rusia. Amerika Serikat dan beberapa negara lain Eropa memberikan dukungan kepada London dengan juga mengusir para diplomat Rusia dari negara mereka. Rusia membalas langkah-langkah itu dengan balik mengusir diplomat negara-negara asing dalam jumlah yang sepadan.
Para ahli dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) membenarkan temuan mitra-mitra mereka dari Inggris setelah OPCW menjalankan penyelidikan independen.
Namun, Moskow membantah memiliki keterlibatan apa pun dan menolak menerima kesimpulan OPCW sampai pihaknya diberikan akses terhadap penyelidikan itu, kata para pejabat Rusia.
Zakharova mengatakan Rusia masih siap melakukan kontak membangun dengan Inggris untuk menjernihkan insiden itu "melalui format hukum internasional apa pun."
"Dan kami mendesak London agar jangan cepat-cepat melenyapkan bukti," katanya.
"Dinas rahasia Inggris kemungkinan besar mendapat keuntungan dari provokasi dengan meracuni warga negara Rusia di Salisbury dan, kemungkinan, mengatur (insiden) ini untuk menyudutkan Rusia dan kepemimimpinan politiknya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam acara jumpa pers.
"Langkah ini sejalan dengan kebijakan Fobia-Rusia secara umum yang dianut pemerintah konservatif dengan tujuan untuk menjelek-jelekkan negara kami," tambah Zakharova.
Ia mengatakan penolakan pihak berwenang Inggris untuk berinteraksi dengan Rusia dalam menyelidiki peristiwa Salisbury, dalam memberikan kesempatan pada Rusia untuk menemui para korban serta keengganan pihak berwenang Inggris untuk mengungkapkan kepada Rusia dokumen-dokumen yang diperlukan bagi penyelidikan obyektif, merupakan "bukti" mengenai niat London.
Skripal, sang mantan mata-mata Rusia, dan putrinya diracun pada 4 Maret di kota Inggris Selatan, Salisbury. Inggris menuding Rusia sebagai pihak "yang kemungkinan besar" telah menggunakan racun saraf kategori militer, dengan mengutip hasil penyelidikan yang dilakukan oleh para pakar Inggris.
Sebagai kelanjutan dari insiden itu, Inggris mengusir sejumlah diplomat Rusia. Amerika Serikat dan beberapa negara lain Eropa memberikan dukungan kepada London dengan juga mengusir para diplomat Rusia dari negara mereka. Rusia membalas langkah-langkah itu dengan balik mengusir diplomat negara-negara asing dalam jumlah yang sepadan.
Para ahli dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) membenarkan temuan mitra-mitra mereka dari Inggris setelah OPCW menjalankan penyelidikan independen.
Namun, Moskow membantah memiliki keterlibatan apa pun dan menolak menerima kesimpulan OPCW sampai pihaknya diberikan akses terhadap penyelidikan itu, kata para pejabat Rusia.
Zakharova mengatakan Rusia masih siap melakukan kontak membangun dengan Inggris untuk menjernihkan insiden itu "melalui format hukum internasional apa pun."
"Dan kami mendesak London agar jangan cepat-cepat melenyapkan bukti," katanya.
Credit antaranews.com
Rusia Bongkar Delapan Kebohongan Inggris dalam Kasus Skripal
DEN HAAG
- Narasi Inggris dalam kasus Skripal adalah kisah yang ditenun dengan
kebohongan, di mana London terus berusaha menipu komunitas
internasional. Hal itu dikatakan oleh utusan OPCW asal Rusia, menyoroti
delapan kesalahan informasi tersebut.
"Kami telah mencoba untuk menunjukkan bahwa semua yang dihasilkan rekan-rekan kami di Inggris adalah cerita yang dijalin dengan kebohongan," ucap perwakilan permanen Rusia kepada Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) Aleksandr Shulgin.
"Dan, tidak seperti Inggris, yang tidak terbiasa mengambil tanggung jawab atas kata-kata mereka dan tuduhan tidak berdasar, kami menunjukkan fakta-fakta spesifik mengapa kami percaya mitra Inggris kami, secara halus, 'menipu' semua orang," imbuhnya usai pertemuan OPCW terkait kasus Skripal seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (19/4/2018).
Pejabat itu memberikan delapan contoh misinformasi yang didorong Inggris, seputar peristiwa 4 Maret, ketika mantan agen ganda Sergei Skripal dan putrinya Yulia diracuni di kota Salisbury.
1. Rusia menolak menjawab 'pertanyaan' Inggris
"Kenyataannya, mereka hanya meminta kami dua 'pertanyaan.' Dan keduanya dikatakan dengan cara sedemikian rupa sehingga keberadaan gudang persenjataan kimia tak terdokumentasi dalam cara penyelesaian yang sajikan Rusia sebagai fakta yang tidak bisa dimungkiri sebagai fakta yang mampan," tuturnya.
Itu adalah ultimatum yang efektif, menekan Moskow untuk mengakui bahwa ia menyerang Inggris dengan senjata kimia, atau mengakui bahwa ia kehilangan kendali atas persenjataan perang kimiawi.
Moskow menjawab kedua 'pertanyaan' ini segera, menyatakan bahwa itu tidak ada hubungannya dengan insiden Salisbury. Terlepas dari itu, pejabat itu menekankan, itu adalah fakta yang tidak bisa dimungkiri bahwa Rusia menghancurkan semua persediaan persenjataan kimianya lebih cepat dari jadwal pada tahun lalu.
2. Inggris tunduk pada buku aturan Konvensi Senjata Kimia
"Prosedur OPCW dengan jelas menyatakan bahwa jika satu negara anggota memiliki masalah dengan yang lain, ia harus mengirim permintaan resmi, dan dengan demikian pihak lain akan berkewajiban untuk menanggapi dalam 10 hari," terang Shulgin.
Namun, sebaliknya, Inggris diduga dihasut oleh rekan-rekan mereka dari seberang, mengabaikan mekanisme yang tetap dan muncul dengan skema verifikasi independen yang meragukan, yang melanggar aturan-aturan OPCW tersebut.
3. Rusia menolak bekerja sama
Sementara Inggris dan sejumlah sekutunya menuduh Rusia menolak bekerja sama untuk mendapatkan kebenaran, situasinya justru sebaliknya, Shulgin bersikeras.
Moskow tertarik dengan penyelidikan menyeluruh atas insiden itu - terutama karena para korban adalah warga Rusia. Moskow berulang kali bersikeras pada penyelidikan bersama dan mendesak London untuk merilis data tentang kasus Skripal, tetapi semua upaya itu sia-sia. Banyak permintaan yang tidak dijawab oleh Inggris, sementara yang lain hanya menerima balasan resmi.
4. Rusia menciptakan versi lain untuk mengalihkan perhatian
Shulgin mengatakan meskipun banyak spekulasi dan tuduhan oleh sumber-sumber yang dipertanyakan, dikutip oleh media Inggris, pada akhirnya Moskow dituduh dengan membuat 30 versi dari peristiwa Salisbury yaang diduga untuk menggangu penyelidikan.
"Kami telah mencoba untuk menunjukkan bahwa semua yang dihasilkan rekan-rekan kami di Inggris adalah cerita yang dijalin dengan kebohongan," ucap perwakilan permanen Rusia kepada Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) Aleksandr Shulgin.
"Dan, tidak seperti Inggris, yang tidak terbiasa mengambil tanggung jawab atas kata-kata mereka dan tuduhan tidak berdasar, kami menunjukkan fakta-fakta spesifik mengapa kami percaya mitra Inggris kami, secara halus, 'menipu' semua orang," imbuhnya usai pertemuan OPCW terkait kasus Skripal seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (19/4/2018).
Pejabat itu memberikan delapan contoh misinformasi yang didorong Inggris, seputar peristiwa 4 Maret, ketika mantan agen ganda Sergei Skripal dan putrinya Yulia diracuni di kota Salisbury.
1. Rusia menolak menjawab 'pertanyaan' Inggris
"Kenyataannya, mereka hanya meminta kami dua 'pertanyaan.' Dan keduanya dikatakan dengan cara sedemikian rupa sehingga keberadaan gudang persenjataan kimia tak terdokumentasi dalam cara penyelesaian yang sajikan Rusia sebagai fakta yang tidak bisa dimungkiri sebagai fakta yang mampan," tuturnya.
Itu adalah ultimatum yang efektif, menekan Moskow untuk mengakui bahwa ia menyerang Inggris dengan senjata kimia, atau mengakui bahwa ia kehilangan kendali atas persenjataan perang kimiawi.
Moskow menjawab kedua 'pertanyaan' ini segera, menyatakan bahwa itu tidak ada hubungannya dengan insiden Salisbury. Terlepas dari itu, pejabat itu menekankan, itu adalah fakta yang tidak bisa dimungkiri bahwa Rusia menghancurkan semua persediaan persenjataan kimianya lebih cepat dari jadwal pada tahun lalu.
2. Inggris tunduk pada buku aturan Konvensi Senjata Kimia
"Prosedur OPCW dengan jelas menyatakan bahwa jika satu negara anggota memiliki masalah dengan yang lain, ia harus mengirim permintaan resmi, dan dengan demikian pihak lain akan berkewajiban untuk menanggapi dalam 10 hari," terang Shulgin.
Namun, sebaliknya, Inggris diduga dihasut oleh rekan-rekan mereka dari seberang, mengabaikan mekanisme yang tetap dan muncul dengan skema verifikasi independen yang meragukan, yang melanggar aturan-aturan OPCW tersebut.
3. Rusia menolak bekerja sama
Sementara Inggris dan sejumlah sekutunya menuduh Rusia menolak bekerja sama untuk mendapatkan kebenaran, situasinya justru sebaliknya, Shulgin bersikeras.
Moskow tertarik dengan penyelidikan menyeluruh atas insiden itu - terutama karena para korban adalah warga Rusia. Moskow berulang kali bersikeras pada penyelidikan bersama dan mendesak London untuk merilis data tentang kasus Skripal, tetapi semua upaya itu sia-sia. Banyak permintaan yang tidak dijawab oleh Inggris, sementara yang lain hanya menerima balasan resmi.
4. Rusia menciptakan versi lain untuk mengalihkan perhatian
Shulgin mengatakan meskipun banyak spekulasi dan tuduhan oleh sumber-sumber yang dipertanyakan, dikutip oleh media Inggris, pada akhirnya Moskow dituduh dengan membuat 30 versi dari peristiwa Salisbury yaang diduga untuk menggangu penyelidikan.
"Kenyataannya, gambaran itu berbeda. Faktanya, itu adalah tabloid Inggris, yang disebut media independen, yang menduplikasi versi-versi itu," kata pejabat itu, mengingat beberapa narasi, yang sebagian besar sepenuhnya bertentangan satu sama lain.
5. Menghabisi pengkhianat adalah kebijakan resmi negara Rusia
"Mereka mengklaim bahwa kepemimpinan Rusia, pada beberapa kesempatan, menyatakan bahwa menghabisi pengkhianat di luar negeri adalah kebijakan negara Rusia," kata Shulgin.
"Ini fitnah, tentu saja. Inggris tidak bisa menghasilkan satu contoh pun dari pernyataan semacam itu, karena para pemimpin Rusia tidak pernah mengatakan hal semacam itu," tegasnya.
6. Para ahli menyalahkan Rusia
Kepala misi OPCW telah dengan jelas mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menentukan di negara mana zat beracun yang digunakan di Salisbury berasal. Namun temuan OPCW sekali lagi digunakan oleh pejabat Inggris untuk mengklaim bahwa Moskow "sangat mungkin" bertanggung jawab.
"Dengar, kata kepala misi OPCW itu tidak mungkin dan mereka, meninggalkan semua akal sehat, mengatakan Mereka telah mengkonfirmasi evaluasi kami bahwa itu adalah Rusia. Bagaimana lagi Anda bisa mengevaluasi ini tetapi sebagai sebuah kebohongan?" tanya Shulgin.
7. 'Novichok' adalah penemuan Soviet, jadi itu harus Rusia
Perkembangan yang disebut keluarga Novichok dari zat beracun lebih dari 30 tahun yang lalu di Uni Soviet adalah salah satu pilar utama dalam narasi Inggris, yang menyalahkan insiden Skripal kepada Rusia.
"Sumber-sumber yang tersedia secara publik, bagaimanapun, menunjukkan bahwa Barat telah dan masih melakukan penelitian dan pengembangan menjadi zat-zat seperti itu," kata Shulgin, memberikan contoh baru dari kegiatan tersebut.
"Belum lama ini, yaitu pada 1 Desember 2015, Kantor Paten dan Merek Dagang AS mengajukan permintaan kepada rekan-rekan Rusia yang meminta untuk memeriksa paten dari peluru yang dipenuhi senjata kimia, yang dapat dilengkapi dengan Tabun, Sarin atau keluarga dari zat Novichok," kata pejabat itu.
8. Yulia Skripal menghindari kontak dengan kerabat & menolak dukungan konsuler Rusia
Meskipun pernyataan seperti itu memang dibuat oleh otoritas Inggris "atas nama" Yulia, Moskow percaya itu salah. Menurut Shulgin, situasi Yulia terlihat seperti warga Rusia yang secara efektif sedang "disandera" oleh otoritas Inggris.
Credit sindonews.com
Pesawat AS masih diizinkan terbang di wilayah udara Rusia
Moskow (CB) - Maskapai penerbangan Amerika Serikat masih
bisa terbang di wilayah udara Rusia, kata Kementerian Transportasi, Rabu
(18/04), meskipun kesepakatan transit antara Washington dan Moskow akan
berakhir dalam waktu dekat.
“Menteri transportasi Federasi Rusia mengonfirmasi bahwa penerbangan maskapai penerbangan Amerika di atas wilayah Rusia masih diizinkan sesuai dengan skema yang ada sebelum negosiasi baru,” kata juru bicara Kementerian Transportasi Timur Khikmatov kepada AFP.
“Pekan ini, kami mengirimi rekan kami di Amerika proposal untuk menegosiasikan masalah ini. Tanggal negosiasi belum disepakati. Kami menantikan jawaban dari rekan kami di Amerika,” imbuhnya.
Menurut laporan, yang mengutip pernyataan Menteri Transportasi Rusia Maxim Sokolov, Moskow mempertimbangkan langkah pembalasan terhadap Washington di bidang tersebut sebagai tanggapan atas sanksi Amerika Serikat baru-baru ini.
Namun, larangan penerbangan transit belum dibicarakan, imbuhnya.
“Kami mempertimbangkan berbagai jawaban yang dapat diberikan negara kami atas penjatuhan sanksi yang ilegal menurut pandangan kami. Meskipun masih terlalu dini untuk membicarakannya, respons akan disiapkan, disetujui dan diadopsi di saat yang tepat,” menurut pernyataan Sokolov yang dikutip berbagai kantor berita.
Setiap hari, puluhan penerbangan Amerika melintasi langit Rusia di rute terpendek dan paling menguntungkan mereka ke Asia, tapi izin untuk melakukannya akan berakhir pada pukul 19.59 (2359 GMT).
“Menteri transportasi Federasi Rusia mengonfirmasi bahwa penerbangan maskapai penerbangan Amerika di atas wilayah Rusia masih diizinkan sesuai dengan skema yang ada sebelum negosiasi baru,” kata juru bicara Kementerian Transportasi Timur Khikmatov kepada AFP.
“Pekan ini, kami mengirimi rekan kami di Amerika proposal untuk menegosiasikan masalah ini. Tanggal negosiasi belum disepakati. Kami menantikan jawaban dari rekan kami di Amerika,” imbuhnya.
Menurut laporan, yang mengutip pernyataan Menteri Transportasi Rusia Maxim Sokolov, Moskow mempertimbangkan langkah pembalasan terhadap Washington di bidang tersebut sebagai tanggapan atas sanksi Amerika Serikat baru-baru ini.
Namun, larangan penerbangan transit belum dibicarakan, imbuhnya.
“Kami mempertimbangkan berbagai jawaban yang dapat diberikan negara kami atas penjatuhan sanksi yang ilegal menurut pandangan kami. Meskipun masih terlalu dini untuk membicarakannya, respons akan disiapkan, disetujui dan diadopsi di saat yang tepat,” menurut pernyataan Sokolov yang dikutip berbagai kantor berita.
Setiap hari, puluhan penerbangan Amerika melintasi langit Rusia di rute terpendek dan paling menguntungkan mereka ke Asia, tapi izin untuk melakukannya akan berakhir pada pukul 19.59 (2359 GMT).
Credit antaranews.com
Trump Minta Negara Arab Gantikan Militer AS di Suriah
WASHINGTON
- Pemerintah Trump dilaporkan mencoba merekrut negara-negara Arab untuk
pendanaan dan pasukan guna menggantikan kehadiran militer Amerika
Serikat (AS) di Suriah.
The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa para pejabat AS telah meminta Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab tentang kontribusi miliaran dolar dan sumber daya militer untuk membantu mengamankan Suriah setelah ISIS dikalahkan.
Penasihat keamanan nasional John Bolton juga dilaporkan telah menghubungi pejabat Mesir tentang inisiatif tersebut seperti dikutip dari The Hill, Rabu (18/4/2018).
Para pejabat militer mengatakan kepada WSJ bahwa akan sulit untuk meyakinkan negara-negara Arab untuk mengirim pasukan jika AS menarik pasukannya sepenuhnya.
Upaya yang dilaporkan itu dilakukan beberapa hari setelah Presiden Trump mengesahkan sasaran serangan rudal di Suriah sebagai tanggapan terhadap serangan senjata kimia terhadap warga sipil di kota Douma.
Namun, Trump dalam beberapa minggu terakhir menciptakan ketidakpastian atas masa depan peran AS di Suriah. Meskipun ia telah berjanji untuk mengalahkan ISIS, Trump telah menunjukkan pada beberapa kesempatan bahwa dia ingin membawa pulang pasukan Amerika dari Suriah segera.
"Amerika tidak mencari kehadiran yang tidak terbatas di Suriah," katanya dalam pidato saat mengumumkan serangan rudal.
“Ini adalah tempat yang bermasalah. Kami akan berusaha membuatnya lebih baik. Tetapi itu adalah tempat yang bermasalah,” tukasnya.
Selama konferensi pers dengan para pemimpin Baltik, Trump menyatakan AS dapat memperpanjang kehadiran militernya di Suriah jika negara-negara Arab lainnya, seperti Arab Saudi, membayarnya.
Baca: Trump: Ingin Pasukan AS Tetap di Suriah, Saudi Harus Bayar
https://international.sindonews.com/read/1295272/42/trump-ingin-pasukan-as-tetap-di-suriah-saudi-harus-bayar-1522862571
Beberapa penasihat militer dan anggota parlemen telah mendorong Trump meralat ucapannya. Mereka memperingatkan bahwa menarik pasukan dari Suriah akan menjadi kesalahan yang dapat mengganggu kestabilan kawasan.
Awal bulan ini, Trump menegaskan kembali keinginannya untuk mengakhiri keterlibatan AS di Suriah dengan cepat.
"Saya ingin (tentara AS) keluar (Suriah). Saya ingin membawa pasukan kami kembali ke rumah," tegas Trump.
The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa para pejabat AS telah meminta Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab tentang kontribusi miliaran dolar dan sumber daya militer untuk membantu mengamankan Suriah setelah ISIS dikalahkan.
Penasihat keamanan nasional John Bolton juga dilaporkan telah menghubungi pejabat Mesir tentang inisiatif tersebut seperti dikutip dari The Hill, Rabu (18/4/2018).
Para pejabat militer mengatakan kepada WSJ bahwa akan sulit untuk meyakinkan negara-negara Arab untuk mengirim pasukan jika AS menarik pasukannya sepenuhnya.
Upaya yang dilaporkan itu dilakukan beberapa hari setelah Presiden Trump mengesahkan sasaran serangan rudal di Suriah sebagai tanggapan terhadap serangan senjata kimia terhadap warga sipil di kota Douma.
Namun, Trump dalam beberapa minggu terakhir menciptakan ketidakpastian atas masa depan peran AS di Suriah. Meskipun ia telah berjanji untuk mengalahkan ISIS, Trump telah menunjukkan pada beberapa kesempatan bahwa dia ingin membawa pulang pasukan Amerika dari Suriah segera.
"Amerika tidak mencari kehadiran yang tidak terbatas di Suriah," katanya dalam pidato saat mengumumkan serangan rudal.
“Ini adalah tempat yang bermasalah. Kami akan berusaha membuatnya lebih baik. Tetapi itu adalah tempat yang bermasalah,” tukasnya.
Selama konferensi pers dengan para pemimpin Baltik, Trump menyatakan AS dapat memperpanjang kehadiran militernya di Suriah jika negara-negara Arab lainnya, seperti Arab Saudi, membayarnya.
Baca: Trump: Ingin Pasukan AS Tetap di Suriah, Saudi Harus Bayar
https://international.sindonews.com/read/1295272/42/trump-ingin-pasukan-as-tetap-di-suriah-saudi-harus-bayar-1522862571
Beberapa penasihat militer dan anggota parlemen telah mendorong Trump meralat ucapannya. Mereka memperingatkan bahwa menarik pasukan dari Suriah akan menjadi kesalahan yang dapat mengganggu kestabilan kawasan.
Awal bulan ini, Trump menegaskan kembali keinginannya untuk mengakhiri keterlibatan AS di Suriah dengan cepat.
"Saya ingin (tentara AS) keluar (Suriah). Saya ingin membawa pasukan kami kembali ke rumah," tegas Trump.
Credit sindonews.com
Amerika dan Sekutu Desak RI Tekan Suriah soal Senjata Kimia
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia
Joseph R Donovan (tengah), Dubes Perancis Jean-Charles Berthonnet
(kiri), Dubes Inggris Moazzam Malik usai menemui Menteri Luar Negeri RI
Retno Marsudi di Kemlu, Kamis (19/4). ( CNN Indonesia/Riva Dessthania
Suastha)
Permintaan itu diungkapkan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik usai bertemu Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi bersama Dubes AS Joseph R Donovan dan Dubes Perancis Jean-Charles Berthonnet di Kemlu RI, Kamis (19/4).
"Kami meminta Indonesia untuk bisa berperan lebih jauh lagi dan bergabung bersama kami untuk mendesak rezim Assad bertanggung jawab atas penyalahgunaan senjata kimia terhadap warganya sendiri," ucap Moazam usai menghadiri pertemuan tertutup dengan Menlu RI kepada media.
Malik mengatakan sebagai salah satu negara anggota Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Indonesia memiliki peran penting terkait penegakan hukum internasional soal penggunaan senjata kimia.
|
"Indonesia juga sebentar lagi bergabung sebagai salah satu komite eksekutif OPCW. Karena itu kami juga ingin Indonesia bergabung bersama negara lainnya di dunia untuk menekan Suriah dan Rusia agar mau memberi akses terhadap untuk melakukan penyelidikan ke Douma," lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Malik juga menegaskan serangan gabungan Inggris, AS, dan Perancis pada pekan lalu ke Suriah dilakukan bukan untuk menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad.
Malik mengatakan serangan udara pada Sabtu (14/4) dini hari ditujukan guna menghancurkan situs militer dan senjata kimia milik Suriah.
"Serangan gabungan ini menargetkan situs militer dan senjata demi membuat Suriah jera dan tidak menggunakan senjata kimianya lagi. Kami bukan ingin menggulingkan rezim atau mencampuri konflik sipil di Suriah," kata Malik.
Sementara itu, Donovan juga menegaskan bahwa serangan udara ketiga negara terhadap Suriah telah memenuhi basis hukum karena ditujukan demi menghentikan penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil di Suriah.
Donovan menyebut selama beberapa pekan terakhir pihaknya terus mendapat serangkaian bukti seperti rekaman mengenai apa yang terjadi Douma termasuk banyaknya korban yang tewas akibat serangan gas kimia itu.
Foto: REUTERS/ Omar Sanadiki
Warga Suriah memprotes serangan AS ke negaranya. |
"Dalam pertemuan dengan bu Retno, kami bertiga juga menjelaskan bukti-bukti nyata serangan kimia telah terjadi. Kami juga bertukar mengenai opini legal kami soal serangan senjata kimia di Suriah," kata Donovan.
Menurut Dubes AS, seluruh upaya dialog dan diplomatik sudah dicoba ketiga negara guna menghentikan tindakan Suriah namun masih tidak cukup menekan Assad untuk menghentikan penggunaan senjata kimianya.
"Kami sudah gunakan cara diplomatik dan ekonomi untuk menghindari situasi yang saat ini terjadi [respons militer]. Tapi penting juga diingat bahwa Suriah telah meratifikasi konvensi senjata kimia pada 2013 lalu sehingga berkewajiban melucuti seluruh senjata kimianya. Rusia menjami penjamin Suriah dalam hal itu. Dan kami belum melihat komitmen kedua negara untuk memusnahkan senjata kimia di Suriah," kata Donovan.
Suriah dan sekutunya, Rusia membantah tuduhan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya terkait serangan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur. Rusia bahkan mensinyalir bahwa oposisi Suriah, yang didukung AS, merekayasa adanya serangan tersebut karena telah terdesak oleh pasukan pemerintah Presiden Bashar Al-Assad. Adapun posisi Indonesia adalah prihatin atas eskalasi di Suriah dan meminta semua pihak menahan diri.
Credit cnnindonesia.com
Miguel Diaz-Canel terpilih sebagai presiden baru Kuba
Havana (CB) - Miguel Diaz-Canel pada Kamis terpilih sebagai
presiden baru Kuba untuk menggantikan Raul Castro, yang telah
menyelesaikan dua periode masa jabatan lima tahunnya secara
berturut-turut.
Diaz-Canel adalah mantan wakil presiden pertama dan insinyur elektronik yang akan berusia 58 tahun pada Jumat ini.
Pencalonannya sebagai presiden diajukan oleh Komisi Pencalonan Nasional pada Rabu setelah namanya diusulkan oleh 604 anggota Majelis Nasional untuk memimpin Kuba.
Setelah menyerahkan kursi kepresidenan kepada penggantinya, Raul Castro, 86, akan tetap menjadi anggota parlemen dan menjabat sebagai sekretaris pertama Komite Pusat Partai Komunis Kuba yang berkuasa.
Partai tersebut dianggap sebagai kekuatan utama di kalangan rakyat Kuba, demikian Xinhua.
Diaz-Canel adalah mantan wakil presiden pertama dan insinyur elektronik yang akan berusia 58 tahun pada Jumat ini.
Pencalonannya sebagai presiden diajukan oleh Komisi Pencalonan Nasional pada Rabu setelah namanya diusulkan oleh 604 anggota Majelis Nasional untuk memimpin Kuba.
Setelah menyerahkan kursi kepresidenan kepada penggantinya, Raul Castro, 86, akan tetap menjadi anggota parlemen dan menjabat sebagai sekretaris pertama Komite Pusat Partai Komunis Kuba yang berkuasa.
Partai tersebut dianggap sebagai kekuatan utama di kalangan rakyat Kuba, demikian Xinhua.
Credit antaranews.com
Miguel Diaz-Canel janji lanjutkan "revolusi" Kuba
Havana (CB) - Presiden baru Kuba Miguel Diaz-Canel, yang
dipilih sebagai pengganti Raul Castro, berjanji tidak hanya akan
memastikan pulau Karibia melanjutkan “revolusi,” tapi juga reformasi
ekonomi, Kamis (19/04).
“Mandat yang diberikan rakyat kepada badan legislatif ini yaitu melanjutkan revolusi Kuba pada momen bersejarah yang penting ini, yang akan ditandai dengan apa yang harus kita lakukan untuk menerapkan model ekonomi” yang diberlakukan Castro, katanya seperti dikutip AFP, Kamis (19/4).
"Saya datang untuk bekerja, dan bukan membuat janji," katanya di Majelis Nasional, yang 605 delegasinya memilih dia dalam pemungutan suara pada Rabu.
Dia berjanji tidak hanya berpegang pada warisan komandan Fidel Castro, tetapi juga untuk contoh, nilai-nilai dan ajaran Jenderal Raul Castro.
Castro, yang masih menjabat sebagai ketua Partai Komunis yang berkuasa, akan "mengawasi keputusan paling penting untuk masa kini dan masa depan bangsa kita."
Diaz-Canel (57), menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk naik ke jajaran petinggi partai, dinobatkan sebagai calon presiden tunggal, Rabu, dan secara resmi dipilih sebagai presiden, Kamis, untuk masa jabatan lima tahun.
Dia mengambil alih jabatan sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-58.
“Mandat yang diberikan rakyat kepada badan legislatif ini yaitu melanjutkan revolusi Kuba pada momen bersejarah yang penting ini, yang akan ditandai dengan apa yang harus kita lakukan untuk menerapkan model ekonomi” yang diberlakukan Castro, katanya seperti dikutip AFP, Kamis (19/4).
"Saya datang untuk bekerja, dan bukan membuat janji," katanya di Majelis Nasional, yang 605 delegasinya memilih dia dalam pemungutan suara pada Rabu.
Dia berjanji tidak hanya berpegang pada warisan komandan Fidel Castro, tetapi juga untuk contoh, nilai-nilai dan ajaran Jenderal Raul Castro.
Castro, yang masih menjabat sebagai ketua Partai Komunis yang berkuasa, akan "mengawasi keputusan paling penting untuk masa kini dan masa depan bangsa kita."
Diaz-Canel (57), menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk naik ke jajaran petinggi partai, dinobatkan sebagai calon presiden tunggal, Rabu, dan secara resmi dipilih sebagai presiden, Kamis, untuk masa jabatan lima tahun.
Dia mengambil alih jabatan sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-58.
Credit antaranews.com
Kamis, 19 April 2018
Iran Arak Sistem Rudal Baru Kamin-2 dalam Parade Militer
TEHERAN
- Militer Iran mengarak sistem rudal baru Kamin-2 dalam parade Hari
Tentara Nasional, Rabu. Presiden Hassan Rouhani menegaskan bahwa Teheran
akan membeli maupun memproduksi senjata apa pun yang dibutuhkan untuk
menghadapi "kekuatan penjajah".
Sistem rudal Kamin-2 di arak di belakang truk di sepanjang jalan di Teheran. Sistem peluru kendali dengan ketinggian rendah ini dirancang untuk menghadapi drone militer, kendaraan udara tak berawak (UAV) dan pesawat terbang rendah.
Sistem senjata terbaru Iran ini adalah versi teranyar dari sistem rudal Mersad. Media lokal melaporkan bahwa sistem telah di-upgrade oleh para ahli Iran sesuai dengan teknologi paling maju di dunia.
Iran bisa mengerahkan sistem rudal terbarnya tersebut ke zona perang di Timur Tengah seperti Suriah untuk memerangi apa yang disebut para pejabat Teheran sebagai "ancaman regional".
Sebelumnya, Komandan Angkatan Udara Iran, Yousef Qorbani mengumumkan peluncuran sebuah sistem rudal baru. Namun, dia tidak menyebutkan apakah sistem senjata yang dia maksud adalah Kamin-2.
"Jangkauan rudal itu dua kali lipat untuk terbang 8 hingga 12 kilometer lebih jauh dibandingkan dengan versi sebelumnya," katanya.
"Mengingat ancaman regional yang kita hadapi, itu bisa sangat efektif dalam pertempuran di zona tempur jarak pendek," ujarnya.
Selain sistem rudal baru, Iran juga meluncurkan helikopter yang dipersenjatai dengan roket dan senapan mesin. "Para ahli kami di industri penerbangan telah memiliki kinerja yang sangat sukses dan telah melengkapi helikopter kami dengan sistem penglihatan malam," ujarnya.
Sementara itu, Presiden Rouhani menegaskan bahwa negaranya akan membuat atau membeli senjata apa pun yang diperlukan untuk mempertahankan diri di wilayah yang dilanda "kekuatan penjajah".
Jet-jet tempur dan pesawat pembom terbang di atas kepala saat Rouhani mengatakan kepada kerumunan massa di Teheran dan penonton televisi pada hari Rabu bahwa pasukan Iran tidak menimbulkan ancaman bagi tetangganya.
"Kami mengatakan kepada dunia bahwa kami akan memproduksi atau memperoleh senjata yang kami butuhkan, dan tidak akan menunggu persetujuan mereka ... Kami memberitahu negara tetangga kami bahwa senjata kami tidak melawan Anda, itu untuk pencegahan," kata Rouhani, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/4/2018).
"Kami tidak tinggal di wilayah yang normal, dan kami melihat kekuatan penjajah telah membangun pangkalan di sekitar kami. Mengabaikan prinsip-prinsip hukum internasional, mereka melakukan intervensi dalam urusan regional dan menyerang negara lain tanpa izin," imbuh dia.
Parade militer Iran ini digelar beberap hari setelah Amerika Serikat, Inggris dan Prancis menyerang Suriah dengan ratusan rudal. Agresi ini diluncurkan dengan dalih pembalasan atas serangan senjata kimia pada 7 April 2018 di Douma yang dituduhkan dilakukan rezim pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sistem rudal Kamin-2 di arak di belakang truk di sepanjang jalan di Teheran. Sistem peluru kendali dengan ketinggian rendah ini dirancang untuk menghadapi drone militer, kendaraan udara tak berawak (UAV) dan pesawat terbang rendah.
Sistem senjata terbaru Iran ini adalah versi teranyar dari sistem rudal Mersad. Media lokal melaporkan bahwa sistem telah di-upgrade oleh para ahli Iran sesuai dengan teknologi paling maju di dunia.
Iran bisa mengerahkan sistem rudal terbarnya tersebut ke zona perang di Timur Tengah seperti Suriah untuk memerangi apa yang disebut para pejabat Teheran sebagai "ancaman regional".
Sebelumnya, Komandan Angkatan Udara Iran, Yousef Qorbani mengumumkan peluncuran sebuah sistem rudal baru. Namun, dia tidak menyebutkan apakah sistem senjata yang dia maksud adalah Kamin-2.
"Jangkauan rudal itu dua kali lipat untuk terbang 8 hingga 12 kilometer lebih jauh dibandingkan dengan versi sebelumnya," katanya.
"Mengingat ancaman regional yang kita hadapi, itu bisa sangat efektif dalam pertempuran di zona tempur jarak pendek," ujarnya.
Selain sistem rudal baru, Iran juga meluncurkan helikopter yang dipersenjatai dengan roket dan senapan mesin. "Para ahli kami di industri penerbangan telah memiliki kinerja yang sangat sukses dan telah melengkapi helikopter kami dengan sistem penglihatan malam," ujarnya.
Sementara itu, Presiden Rouhani menegaskan bahwa negaranya akan membuat atau membeli senjata apa pun yang diperlukan untuk mempertahankan diri di wilayah yang dilanda "kekuatan penjajah".
Jet-jet tempur dan pesawat pembom terbang di atas kepala saat Rouhani mengatakan kepada kerumunan massa di Teheran dan penonton televisi pada hari Rabu bahwa pasukan Iran tidak menimbulkan ancaman bagi tetangganya.
"Kami mengatakan kepada dunia bahwa kami akan memproduksi atau memperoleh senjata yang kami butuhkan, dan tidak akan menunggu persetujuan mereka ... Kami memberitahu negara tetangga kami bahwa senjata kami tidak melawan Anda, itu untuk pencegahan," kata Rouhani, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/4/2018).
"Kami tidak tinggal di wilayah yang normal, dan kami melihat kekuatan penjajah telah membangun pangkalan di sekitar kami. Mengabaikan prinsip-prinsip hukum internasional, mereka melakukan intervensi dalam urusan regional dan menyerang negara lain tanpa izin," imbuh dia.
Parade militer Iran ini digelar beberap hari setelah Amerika Serikat, Inggris dan Prancis menyerang Suriah dengan ratusan rudal. Agresi ini diluncurkan dengan dalih pembalasan atas serangan senjata kimia pada 7 April 2018 di Douma yang dituduhkan dilakukan rezim pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Credit sindonews.com
Castro Segera Mundur dari Jabatan Presiden Kuba
Raul Castro akan segera mundur dari jabatannya sebagai presiden Kuba. (Reuters/Carlo Allegri)
Castro (86) bakal mengundurkan diri pada Kamis (19/4) setelah 10 tahun menjabat. Dia mengumumkan keputusan itu beberapa tahun lalu dan telah lama memberi sinyal Diaz-Canel, pendukung loyal Partai Komunis berusia 57 tahun, kemungkinan jadi penerusnya.
Peralihan ke generasi lebih muda bakal jadi peristiwa bersejarah di pulau yang didominasi 60 tahun kepemimpinan Fidel Castro sebelum digantikan adiknya, Raul. Namun, peristiwa ini mungkin tak akan langsung membawa perubahan pada sistem satu partai maupun perekonomian yang didominasi pemerintah.
Transisi ini ditanggapi cuek oleh warga Kuba pada umumnya yang ditemui di jalanan Havana. Beberapa di antara mereka mengatakan jauh dari dunia politik dan lebih peduli dengan melanjutkan kehidupan di tengah peluang ekonomi sempit.
|
"Kami lebih khawatir soal kehidupan sehari-hari daripada politik," kata Ricardo Lugone (28), penata rambut yang diwawancarai Reuters. Industri yang ia tekuni dikelola oleh pemerintah di masa pemerintahan Fidel, hingga akhirnya Raul memberi kelonggaran.
Diaz-Canel, yang saat ini merupakan wakil presiden pertama, adalah satu-satunya nama yang diajukan oleh komisi sokongan partai pada Rabu. Usulan itu disambut tepuk tangan panjang dari para anggota parlemen yang kemudian menggelar rapat tertutup untuk menerimanya dengan suara mutlak.
Hasil pemilihan diperkirakan akan diumumkan pada Kamis, dan presiden baru akan dilantik.
Meski Dewan mempromosikan pemimpin lebih muda, Castro dan para tokoh revolusi yang lebih tua akan tetap memegang kekuatan sebagai pejabat tinggi Partai Komunis, setidaknya hingga kongres partai digelar 2021 nanti.
|
Para pengamat politik mengatakan Diaz-Canel akan ditugasi memberi napas baru bagi perekonomian yang lemah, tapi dia akan meminta persetujuan Castro soal keputusan-keputusan strategis besar seperti soal hubungan dengan Amerika Serikat.
Credit cnnindonesia.com
Dokter Lokal Bantah Serangan Gas di Douma
DAMASKUS
- Seorang warga Suriah yang tinggal di lokasi dugaan serangan senjata
kimia mengatakan hal itu tidak pernah terjadi. Demikian laporan terbaru
yang dimuat media Inggris, The Independent.
Jurnalis The Independent yang mengunjungi lokasi serangan, Robert Fisk, mengaku pertanyaannya seputar serangan itu berubah menjadi kebingungan yang nyata.
Seperti diketahui, dugaan serangan kimia itu digunakan sebagai dalih untuk serangan udara akhir pekan lalu terhadap rezim Assad yang didukung Rusia oleh Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis.
"Anehnya, setelah mengobrol dengan lebih dari 20 orang, saya tidak dapat menemukan orang yang menunjukkan sedikit ketertarikan atas peran insiden di Douma dalam serangan udara Barat," tulis Fisk.
"Dua orang sebenarnya memberitahuku bahwa mereka tidak tahu tentang hubungannya," sambungnya seperti dikutip dari Newshub, Kamis (19/4/2018).
Video warga sipil yang menderita efek senjata kimia - diyakini klorin dan sarin - tidak diragukan lagi nyata, tetapi seorang dokter setempat mengatakan kepada Fisk bahwa mereka menderita hipoksia - kehilangan oksigen - dan menghirup debu.
"Pada malam itu, ada angin dan awan debu besar mulai masuk ke ruang bawah tanah dan gudang di mana orang tinggal," ujar Assim Rahaibani.
"Orang-orang mulai tiba di sini menderita hipoksia, kehilangan oksigen," jelasnya.
Kebingungan mulai muncul ketika seseorang berteriak "gas!" dan kepanikan pun pecah.
"Orang-orang mulai melempar air satu sama lain. Ya, video itu difilmkan di sini, itu asli, tapi apa yang Anda lihat adalah orang-orang yang menderita hipoksia bukan keracunan gas," terangnya lagi
Dr Rahaibani tidak ada ketika insiden itu terjadi - para dokter dilaporkan memberikan bukti pada penyelidik senjata kimia di Damaskus.
Prancis mengklaim memiliki bukti senjata kimia yang digunakan dalam serangan itu, tetapi menambahkan kemungkinan bahwa bukti dan elemen penting itu hilang dari situs ini seiring dicegahnya penyidik independen masuk ke Douma.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pekan lalu ratusan orang dirawat karena terpapar bahan kimia beracun, termasuk iritasi parah pada membran mukosa, kegagalan pernafasan dan gangguan pada sistem saraf pusat.
Jurnalis The Independent yang mengunjungi lokasi serangan, Robert Fisk, mengaku pertanyaannya seputar serangan itu berubah menjadi kebingungan yang nyata.
Seperti diketahui, dugaan serangan kimia itu digunakan sebagai dalih untuk serangan udara akhir pekan lalu terhadap rezim Assad yang didukung Rusia oleh Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis.
"Anehnya, setelah mengobrol dengan lebih dari 20 orang, saya tidak dapat menemukan orang yang menunjukkan sedikit ketertarikan atas peran insiden di Douma dalam serangan udara Barat," tulis Fisk.
"Dua orang sebenarnya memberitahuku bahwa mereka tidak tahu tentang hubungannya," sambungnya seperti dikutip dari Newshub, Kamis (19/4/2018).
Video warga sipil yang menderita efek senjata kimia - diyakini klorin dan sarin - tidak diragukan lagi nyata, tetapi seorang dokter setempat mengatakan kepada Fisk bahwa mereka menderita hipoksia - kehilangan oksigen - dan menghirup debu.
"Pada malam itu, ada angin dan awan debu besar mulai masuk ke ruang bawah tanah dan gudang di mana orang tinggal," ujar Assim Rahaibani.
"Orang-orang mulai tiba di sini menderita hipoksia, kehilangan oksigen," jelasnya.
Kebingungan mulai muncul ketika seseorang berteriak "gas!" dan kepanikan pun pecah.
"Orang-orang mulai melempar air satu sama lain. Ya, video itu difilmkan di sini, itu asli, tapi apa yang Anda lihat adalah orang-orang yang menderita hipoksia bukan keracunan gas," terangnya lagi
Dr Rahaibani tidak ada ketika insiden itu terjadi - para dokter dilaporkan memberikan bukti pada penyelidik senjata kimia di Damaskus.
Prancis mengklaim memiliki bukti senjata kimia yang digunakan dalam serangan itu, tetapi menambahkan kemungkinan bahwa bukti dan elemen penting itu hilang dari situs ini seiring dicegahnya penyidik independen masuk ke Douma.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pekan lalu ratusan orang dirawat karena terpapar bahan kimia beracun, termasuk iritasi parah pada membran mukosa, kegagalan pernafasan dan gangguan pada sistem saraf pusat.
Fisk kemudian mengatakan ia bebas berkeliaran di kota, dan orang-orang mengatakan kepadanya kelompok Islamis bersenjata yang membuat klaim serangan gas. Dr Rahaibani dua kali menyebut "teroris" pemberontak, menunjukkan bahwa ia mungkin sejalan dengan rezim Assad.
Fisk, yang berbicara bahasa Arab dengan lancar, telah meliput Timur Tengah selama beberapa dekade. Sejumlah karyanya pun diganjar dengan penghargaan.
Meski begitu, surat kabar Inggris The Times menyatakan sejumlah laporan Fisk yang berat sebelah dan kerap mengkritik Barat tidak selalu didukung dengan bukti.
Sebuah tim PBB yang mencoba mengakses situs yang dicurigai menjadi lokasi serangan semalam dihujani tembakan dan terpaksa mundur.
Credit sindonews.com
Aktivis Suriah Cerita Serangan Kimia: Mayat-mayat di Jalan
DAMASKUS
- Muayad al-Dirani, 20, berada di pusat medis di Kota Douma, Suriah,
pada malam 7 April 2018. Aktivis ini melihat para pasien mulai masuk.
Banyak dari mereka mati lemas atau yang masih hidup mengalami kejang. Menurut Dirani, mereka merupakan korban serangan kimia gas beracun yang menyerang wilayah kantong pemberontak Suriah tersebut.
Menurutnya, para dokter bergegas untuk menanggalkan pakaian para korban, mencelupkannya dalam air, dan memberi suntikan atropin. Tapi, para pasien tidak bisa mengikuti instruksi para dokter.
"Semua orang kehilangan sarafnya, merasa tidak berdaya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan," kata Dirani. "Pesawat itu masih ada di langit," lanjut dia.
Rasha Edlibi, seorang korban yang selamat dari serangan kimia, mengatakan bahwa gas beracun membuatnya tidak bisa bernafas dan membuat matanya terlihat penuh air mata.
Dirani melanjutkan, para petugas medis sudah bekerja dengan kapasitas penuh setelah berminggu-minggu artileri tentara dan serangan udara menghantam Douma. Dirani merupakan fotografer yang bekerja untuk mendokumentasikan korban serangan selama konflik Suriah.
Dia mengambil kameranya, mengenakan masker wajah, dan berlari dengan pekerja darurat ke lokasi serangan di dekatnya.
"Di jalan, kami melihat mayat-mayat di jalan ... Mereka mencoba melarikan diri dan tidak berhasil," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/4/2018).
Kelompok bantuan medis mengatakan lusinan pria, wanita, dan anak-anak dibunuh dengan gas beracun di Douma pada malam itu. Damaskus dan sekutunya, Moskow, telah menolak laporan tentang serangan kimia di Douma.
Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris telah meluncurkan serangan ratusan rudal pada Sabtu lalu dengan dalih sebagai respons atas dugaan serangan kimia yang dituduhan dilakukan pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Dirani berbicara kepada Reuters dalam wawancara telepon dari wilayah pemberontak di Suriah utara, di mana ribuan pasukan pemberontak dan warga sipil dari Douma dievakuasi di bawah kesepakatan menyerah dengan pemerintah Assad.
Dirani mengatakan ketika dia mencapai lokasi serangan, dia menemukan hampir 30 mayat di lantai dasar, dan beberapa lainnya ditemukan lantai pertama. Mata mereka terbuka dan busa keluar dari mulut.
Banyak dari mereka mati lemas atau yang masih hidup mengalami kejang. Menurut Dirani, mereka merupakan korban serangan kimia gas beracun yang menyerang wilayah kantong pemberontak Suriah tersebut.
Menurutnya, para dokter bergegas untuk menanggalkan pakaian para korban, mencelupkannya dalam air, dan memberi suntikan atropin. Tapi, para pasien tidak bisa mengikuti instruksi para dokter.
"Semua orang kehilangan sarafnya, merasa tidak berdaya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan," kata Dirani. "Pesawat itu masih ada di langit," lanjut dia.
Rasha Edlibi, seorang korban yang selamat dari serangan kimia, mengatakan bahwa gas beracun membuatnya tidak bisa bernafas dan membuat matanya terlihat penuh air mata.
Dirani melanjutkan, para petugas medis sudah bekerja dengan kapasitas penuh setelah berminggu-minggu artileri tentara dan serangan udara menghantam Douma. Dirani merupakan fotografer yang bekerja untuk mendokumentasikan korban serangan selama konflik Suriah.
Dia mengambil kameranya, mengenakan masker wajah, dan berlari dengan pekerja darurat ke lokasi serangan di dekatnya.
"Di jalan, kami melihat mayat-mayat di jalan ... Mereka mencoba melarikan diri dan tidak berhasil," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/4/2018).
Kelompok bantuan medis mengatakan lusinan pria, wanita, dan anak-anak dibunuh dengan gas beracun di Douma pada malam itu. Damaskus dan sekutunya, Moskow, telah menolak laporan tentang serangan kimia di Douma.
Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris telah meluncurkan serangan ratusan rudal pada Sabtu lalu dengan dalih sebagai respons atas dugaan serangan kimia yang dituduhan dilakukan pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Dirani berbicara kepada Reuters dalam wawancara telepon dari wilayah pemberontak di Suriah utara, di mana ribuan pasukan pemberontak dan warga sipil dari Douma dievakuasi di bawah kesepakatan menyerah dengan pemerintah Assad.
Dirani mengatakan ketika dia mencapai lokasi serangan, dia menemukan hampir 30 mayat di lantai dasar, dan beberapa lainnya ditemukan lantai pertama. Mata mereka terbuka dan busa keluar dari mulut.
"Tidak ada tempat bagi kita untuk berjalan ... Mereka tampak mengerikan," ujar Dirani.
Dia berhenti mengambil foto para korban dan bergegas keluar untuk mendapatkan pertolongan pertama, setelah matanya terbakar dan napasnya menjadi pendek. Dirani mengatakan dia juga batuk dan merasakan sakit di bagian bawah perutnya.
"Adegan yang saya lihat tidak meninggalkan pikiran saya, dan mereka tidak akan pernah terhapus dari ingatan saya," katanya.
Dia mengingat pemandangan seorang bocah kejang di lantai, disemprot dengan air dan diberi oksigen. "Kami menunggu dia untuk menjadi lebih baik atau mati," katanya.
"Semua orang menangis, staf medis menangis dan saya juga, dan kami tidak bisa berbuat apa-apa," imbuh dia. Douma terletak di wilayah Ghouta timur, dekat Damaskus.
Credit sindonews.com
Bocah Suriah Ungkap Rekayasa Serangan Kimia White Helmets
DOUMA
- Hassan Diab, bocah lelaki di Douma, Suriah, mengungkap bahwa dirinya
berpartisipasi dalam pembuatan video rekayasa serangan kimia yang dibuat
LSM White Helmets. Laporan LSM itulah yang jadi salah satu rujukan
Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis melakukan serangan ratusan
rudal terhadap situs-situs di Suriah pekan lalu.
Kelompok White Helmets selama ini dikenal sebagai LSM yang pro-oposisi atau pemberontak Suriah. Kelompok yang beroperasi di area yang dikuasai pemberontak tersebut pernah meraih Piala Oscar atas video dokumenter serangan kimia di Suriah beberapa tahun lalu.
Hassan diwawancarai channel 24 TV secara eksklusif pada 18 April 2018. Dalam wawancara itu, Hassan mengatakan bahwa dia dan ibunya mendengar suara keras di jalan yang menyerukan semua orang untuk bergegas ke rumah sakit.
Ketika Hassan memasuki rumah sakit, orang-orang tak dikenal menangkapnya, menuangkan air kepadanya. Dia kemudian dibaringkan dengan pasien lain.
"Kami berada di ruang bawah tanah. Ibu mengatakan kepada saya bahwa hari ini kita tidak punya apa-apa untuk dimakan dan bahwa kita akan makan besok. Kami mendengar teriakan di luar, memanggil 'pergi ke rumah sakit'. Kami berlari ke rumah sakit dan segera setelah Saya masuk, mereka menangkap saya dan mulai menuangkan air terhadap saya," kata Hassan.
Ayah Hassan melanjutkan cerita putranya. Dia saat itu sedang bekerja ketika mendengar bahwa putranya dirawat di rumah sakit. Dia bergegas ke rumah sakit dan menemukan keluarganya di sana dalam keadaan sehat. Dia berada di jalan, merokok dan tidak merasakan senjata kimia.
Menurutnya, semua orang yang bepartisipasi dalam pembuatan video diberi makanan. Hassan dan orang-orang kemudian diboleh pergi.
"Tidak ada senjata kimia. Saya merokok di luar dan tidak merasakan apa-apa. Saya memasuki rumah sakit dan melihat keluarga saya. Militan memberi mereka kurma, kue dan nasi karena berpartisipasi dalam film ini dan membebaskan semua orang pulang ke rumah mereka," kata ayah Hassan.
Stasiun televisi itu juga menyiarkan wawancara dengan seorang dokter yang berada di rumah sakit ketika White Helmets memfilmkan video rekayasa yang mereka sebut sebagai serangan kimia. Dokter yang menolak diidentifikasi itu mengatakan bahwa tidak ada pasien dengan tanda-tanda cedera terkait dengan senjata kimia yang tiba pada hari itu.
Dokter tersebut mengatakan, banyak pasien yang datang mengalami masalah pernapasan karena asap dan debu dari pemboman baru-baru ini. Semua dokter sibuk merawat mereka dan tidak sempat bereaksi terhadap kru White Helmets pembuat video.
Kelompok LSM itu dituding Rusia menyudutkan rezim pemerintah Suriah dengan laporan yang memicu agresi. Terkait dengan tayangan wawancara tersebut, White Helmets belum berkomentar.
Kelompok White Helmets selama ini dikenal sebagai LSM yang pro-oposisi atau pemberontak Suriah. Kelompok yang beroperasi di area yang dikuasai pemberontak tersebut pernah meraih Piala Oscar atas video dokumenter serangan kimia di Suriah beberapa tahun lalu.
Hassan diwawancarai channel 24 TV secara eksklusif pada 18 April 2018. Dalam wawancara itu, Hassan mengatakan bahwa dia dan ibunya mendengar suara keras di jalan yang menyerukan semua orang untuk bergegas ke rumah sakit.
Ketika Hassan memasuki rumah sakit, orang-orang tak dikenal menangkapnya, menuangkan air kepadanya. Dia kemudian dibaringkan dengan pasien lain.
"Kami berada di ruang bawah tanah. Ibu mengatakan kepada saya bahwa hari ini kita tidak punya apa-apa untuk dimakan dan bahwa kita akan makan besok. Kami mendengar teriakan di luar, memanggil 'pergi ke rumah sakit'. Kami berlari ke rumah sakit dan segera setelah Saya masuk, mereka menangkap saya dan mulai menuangkan air terhadap saya," kata Hassan.
Ayah Hassan melanjutkan cerita putranya. Dia saat itu sedang bekerja ketika mendengar bahwa putranya dirawat di rumah sakit. Dia bergegas ke rumah sakit dan menemukan keluarganya di sana dalam keadaan sehat. Dia berada di jalan, merokok dan tidak merasakan senjata kimia.
Menurutnya, semua orang yang bepartisipasi dalam pembuatan video diberi makanan. Hassan dan orang-orang kemudian diboleh pergi.
"Tidak ada senjata kimia. Saya merokok di luar dan tidak merasakan apa-apa. Saya memasuki rumah sakit dan melihat keluarga saya. Militan memberi mereka kurma, kue dan nasi karena berpartisipasi dalam film ini dan membebaskan semua orang pulang ke rumah mereka," kata ayah Hassan.
Stasiun televisi itu juga menyiarkan wawancara dengan seorang dokter yang berada di rumah sakit ketika White Helmets memfilmkan video rekayasa yang mereka sebut sebagai serangan kimia. Dokter yang menolak diidentifikasi itu mengatakan bahwa tidak ada pasien dengan tanda-tanda cedera terkait dengan senjata kimia yang tiba pada hari itu.
Dokter tersebut mengatakan, banyak pasien yang datang mengalami masalah pernapasan karena asap dan debu dari pemboman baru-baru ini. Semua dokter sibuk merawat mereka dan tidak sempat bereaksi terhadap kru White Helmets pembuat video.
Kelompok LSM itu dituding Rusia menyudutkan rezim pemerintah Suriah dengan laporan yang memicu agresi. Terkait dengan tayangan wawancara tersebut, White Helmets belum berkomentar.
Credit sindonews.com
China akan kirim 395 tentara penjaga perdamaian ke Mali
Beijing (CB) - China pada Mei akan mengirim 395 tentara
penjaga perdamaian ke Mali selama satu tahun untuk bergabung dengan
sebuah misi Perserikatan Bangsa-bangsa.
Batalion tersebut secara resmi dibentuk pada Rabu dan akan menjadi gelombang keenam penjaga perdamaian yang dikerahkan China ke Mali, demikian seperti dilaporkan Xinhua.
Kesatuan tentara China itu terdiri atas sebuah unit penjaga berkekuatan 170 personel, 155 pemeriksa ranjau dan satu unit medis yang beranggotakan 70 personel.
Mereka akan menjalankan berbagai tugas, seperti memperbaiki jalan, jembatan dan landasan pacu pesawat di daerah-daerah tempat misi PBB berada, melindungi markas di wilayah-wilayah perang serta merawat mereka yang sakit dan luka-luka.
Di antara 395 personel penjaga perdamaian itu, satu brigade pertahanan kimia pernah bergabung dengan misi penjaga perdamaian di Sudan Selatan sebanyak lima kali serta hampir 100 perwira dan prajurit yang sudah mengikuti misi penjaga perdamaian lebih dari dua kali.
Batalion tersebut secara resmi dibentuk pada Rabu dan akan menjadi gelombang keenam penjaga perdamaian yang dikerahkan China ke Mali, demikian seperti dilaporkan Xinhua.
Kesatuan tentara China itu terdiri atas sebuah unit penjaga berkekuatan 170 personel, 155 pemeriksa ranjau dan satu unit medis yang beranggotakan 70 personel.
Mereka akan menjalankan berbagai tugas, seperti memperbaiki jalan, jembatan dan landasan pacu pesawat di daerah-daerah tempat misi PBB berada, melindungi markas di wilayah-wilayah perang serta merawat mereka yang sakit dan luka-luka.
Di antara 395 personel penjaga perdamaian itu, satu brigade pertahanan kimia pernah bergabung dengan misi penjaga perdamaian di Sudan Selatan sebanyak lima kali serta hampir 100 perwira dan prajurit yang sudah mengikuti misi penjaga perdamaian lebih dari dua kali.
Credit antaranews.com
Kapal sipil dilarang lintasi Selat Taiwan
Beijing (CB) - Kapal sipil sempat dilarang melintasi Selat
Taiwan pada saat pasukan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menggelar
latihan menembak di wilayah perairan itu, demikian peringatan otoritas
setempat.
Badan Keamanan Maritim (MSA) Fujian telah mengeluarkan peringatan bahwa latihan menembak dengan menggunakan peluru di Selat Taiwan dimulai pada Rabu (18/4) pukul 08.00 waktu setempat (07.00 WIB) hingga tengah malam.
Selama latihan tersebut berlangsung, kapal-kapal sipil dilarang melintasi wilayah itu, demikian MSA Fujian sebagaimana dikutip Global Times, Kamis.
Direktur Chinese Academy of Social Sciences Institute of Taiwan Studies Yu Keli mengatakan bahwa latihan tersebut tidak hanya peringatan terhadap kelompok prokemerdekaan Taiwan, melainkan juga terhadap Amerika Serikat yang makin intensif menjalin komunikasi dengan pemerintahan pulau berpenduduk 23 juta jiwa itu.
Rilis yang dikeluarkan MSA Fujian menyebutkan waktu latihan yang sangat terbatas dan lokasi yang lebih dekat ke Fujian daripada Taiwan, menunjukkan bahwa China tidak ingin memperkeruh situasi lintas-Selat Taiwan.
China mendesak Taiwan mematuhi prinsip-prinsip Konsensus 1992 mengenai kebijakan satu China. China menentang upaya kemerdekaan Taiwan dan menganggapnya sebagai provinsi yang membangkang.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MOFA) Hua Chunying mengecam kunjungan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ke Swaziland, Selasa (17/4), yang merupakan kunjungan pertamanya ke Afrika sejak menjabat.
"Kami berharap negara-negara di Afrika telah memahami tren yang berkembang di dunia dan bergabung dengan keluarga besar kami dalam kerja sama kemitraan China-Afrika," demikian Hua di laman MOFA.
Dua negara di Afrika yang sebelumnya menjalin kerja sama dengan Taiwan, yakni Gambia dan Sao Tome and Principe, berpaling ke China sejak dua tahun lalu.
Belakangan Panama di Amerika Latin juga menjalin hubungan diplomatik dengan China dan mendirikan kantor kedutaan di Beijing setelah beberapa tahun sebelumnya dengan Taiwan.
Badan Keamanan Maritim (MSA) Fujian telah mengeluarkan peringatan bahwa latihan menembak dengan menggunakan peluru di Selat Taiwan dimulai pada Rabu (18/4) pukul 08.00 waktu setempat (07.00 WIB) hingga tengah malam.
Selama latihan tersebut berlangsung, kapal-kapal sipil dilarang melintasi wilayah itu, demikian MSA Fujian sebagaimana dikutip Global Times, Kamis.
Direktur Chinese Academy of Social Sciences Institute of Taiwan Studies Yu Keli mengatakan bahwa latihan tersebut tidak hanya peringatan terhadap kelompok prokemerdekaan Taiwan, melainkan juga terhadap Amerika Serikat yang makin intensif menjalin komunikasi dengan pemerintahan pulau berpenduduk 23 juta jiwa itu.
Rilis yang dikeluarkan MSA Fujian menyebutkan waktu latihan yang sangat terbatas dan lokasi yang lebih dekat ke Fujian daripada Taiwan, menunjukkan bahwa China tidak ingin memperkeruh situasi lintas-Selat Taiwan.
China mendesak Taiwan mematuhi prinsip-prinsip Konsensus 1992 mengenai kebijakan satu China. China menentang upaya kemerdekaan Taiwan dan menganggapnya sebagai provinsi yang membangkang.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MOFA) Hua Chunying mengecam kunjungan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ke Swaziland, Selasa (17/4), yang merupakan kunjungan pertamanya ke Afrika sejak menjabat.
"Kami berharap negara-negara di Afrika telah memahami tren yang berkembang di dunia dan bergabung dengan keluarga besar kami dalam kerja sama kemitraan China-Afrika," demikian Hua di laman MOFA.
Dua negara di Afrika yang sebelumnya menjalin kerja sama dengan Taiwan, yakni Gambia dan Sao Tome and Principe, berpaling ke China sejak dua tahun lalu.
Belakangan Panama di Amerika Latin juga menjalin hubungan diplomatik dengan China dan mendirikan kantor kedutaan di Beijing setelah beberapa tahun sebelumnya dengan Taiwan.
Credit antaranews.com
Ketegangan Memanas, Militer China Latihan Tembak di Selat Taiwan
TAIPEI
- Angkatan Laut China menggelar latihan tembak di sekitar Selat Taiwan
pada hari Rabu (18/4/2018) di saat ketegangan antara Beijing dan Taipei
memanas. Kementerian Pertahanan Taiwan menuduh latihan militer tersebut
terlalu dibesar-besarkan Beijing untuk mengintimidasi Taipei.
"Latihan militer hari ini bertujuan untuk menjaga kedaulatan dan integritas teritorial China," kata Direktur Kantor Beijing untuk Urusan Taiwan Liu Jieyi seperti dilansir kantor berita CGTN yang dikelola pemerintah.
Manuver Beijing ini digelar hanya beberapa hari setelah armada tempur yang dipimpin kapal induk China unjuk kekuatan di sekitar Laut China Selatan.
Administrasi Keselamatan Laut Provinsi Fujian, China, sebelumnya menyatakan bahwa latihan tembak angkatan laut berlangsung antara pukul 08.00 pagi hingga tengah malam waktu setempat.
Setiap kapal diberitahu untuk menghindari kawasan lepas pantai tersebut yang memicu spekulasi bahwa armada tempur kapal induk Liaoning akan ambil bagian dalam latihan militer. Namun, hingga Rabi sore tak ada kapal angktan laut China yang bermanuver di Selat Taiwan.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa latihan tembak militer China hanya melibatkan artileri berbasis darat dan merupakan latihan tembak rutin.
Beijing sendiri tidak memberikan rincian tentang peralatan militer atau personel mana yang dilibatkan dalam latihan militer hari ini.
"China dengan sengaja merilis informasi palsu untuk membesar-besarkannya, untuk membuatnya terdengar besar padahal sebenarnya itu kecil," kata juru bicara kementerian Pertahanan Taiwan Chen Chung-chi kepada AFP.
"Ini adalah cara termudah untuk melakukan intimidasi verbal dan saber-ratling," kata Chen, yang menambahkan bahwa latihan tersebut telah diadakan setiap tahun sejak 2007, kecuali tahun lalu.
"Latihan ini adalah bagian dari perang psikologis Beijing melawan Taiwan, dan mungkin sarana untuk mengalihkan perhatian dari kunjungan (Presiden Taiwan) Tsai (Ing-wen) ke luar negeri dengan memaksa media untuk melaporkan latihan militer," kata J Michael Cole, seorang peneliti senior di University of Nottingham’s China Policy Institute.
"Media China telah memainkan signifikansi dari latihan ini, tetapi dalam kenyataannya itu akan relatif terbatas, dan kali ini tidak mungkin mereka akan menyeberang ke sisi garis median Taiwan di Selat Taiwan," kata Cole.
"China daratan harus menciptakan tekanan militer untuk membiarkan pihak lain tahu bahwa tidak peduli apakah itu terjadi secara bertahap atau mereka benar-benar menyatakan kemerdekaan, itu benar-benar tidak dapat diterima," imbuh Song Zhongping, komentator militer untuk Phoenix TV yang bermarkas di Hong Kong, kepada AFP.
Song, mantan dosen di Universitas Tentara Pembebasan Rakyat, telah meramalkan bahwa kapal induk Liaoning akan berpartisipasi dalam latihan hari Rabu, karena memiliki banyak keuntungan untuk menyelesaikan masalah Taiwan. Namun, faktanya tak ada kapal angkatan laut Beijing yang bermanuver.
"Latihan militer hari ini bertujuan untuk menjaga kedaulatan dan integritas teritorial China," kata Direktur Kantor Beijing untuk Urusan Taiwan Liu Jieyi seperti dilansir kantor berita CGTN yang dikelola pemerintah.
Manuver Beijing ini digelar hanya beberapa hari setelah armada tempur yang dipimpin kapal induk China unjuk kekuatan di sekitar Laut China Selatan.
Administrasi Keselamatan Laut Provinsi Fujian, China, sebelumnya menyatakan bahwa latihan tembak angkatan laut berlangsung antara pukul 08.00 pagi hingga tengah malam waktu setempat.
Setiap kapal diberitahu untuk menghindari kawasan lepas pantai tersebut yang memicu spekulasi bahwa armada tempur kapal induk Liaoning akan ambil bagian dalam latihan militer. Namun, hingga Rabi sore tak ada kapal angktan laut China yang bermanuver di Selat Taiwan.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa latihan tembak militer China hanya melibatkan artileri berbasis darat dan merupakan latihan tembak rutin.
Beijing sendiri tidak memberikan rincian tentang peralatan militer atau personel mana yang dilibatkan dalam latihan militer hari ini.
"China dengan sengaja merilis informasi palsu untuk membesar-besarkannya, untuk membuatnya terdengar besar padahal sebenarnya itu kecil," kata juru bicara kementerian Pertahanan Taiwan Chen Chung-chi kepada AFP.
"Ini adalah cara termudah untuk melakukan intimidasi verbal dan saber-ratling," kata Chen, yang menambahkan bahwa latihan tersebut telah diadakan setiap tahun sejak 2007, kecuali tahun lalu.
"Latihan ini adalah bagian dari perang psikologis Beijing melawan Taiwan, dan mungkin sarana untuk mengalihkan perhatian dari kunjungan (Presiden Taiwan) Tsai (Ing-wen) ke luar negeri dengan memaksa media untuk melaporkan latihan militer," kata J Michael Cole, seorang peneliti senior di University of Nottingham’s China Policy Institute.
"Media China telah memainkan signifikansi dari latihan ini, tetapi dalam kenyataannya itu akan relatif terbatas, dan kali ini tidak mungkin mereka akan menyeberang ke sisi garis median Taiwan di Selat Taiwan," kata Cole.
"China daratan harus menciptakan tekanan militer untuk membiarkan pihak lain tahu bahwa tidak peduli apakah itu terjadi secara bertahap atau mereka benar-benar menyatakan kemerdekaan, itu benar-benar tidak dapat diterima," imbuh Song Zhongping, komentator militer untuk Phoenix TV yang bermarkas di Hong Kong, kepada AFP.
Song, mantan dosen di Universitas Tentara Pembebasan Rakyat, telah meramalkan bahwa kapal induk Liaoning akan berpartisipasi dalam latihan hari Rabu, karena memiliki banyak keuntungan untuk menyelesaikan masalah Taiwan. Namun, faktanya tak ada kapal angkatan laut Beijing yang bermanuver.
"Secara efektif dapat menguasai wilayah udara, dan bahkan secara efektif memblokir strategi aliansi AS-Jepang untuk campur tangan dalam rencana China untuk menyelesaikan masalah Taiwan," katanya.
China hingga kini tak mengakui Taiwan sebagai negara dan tetap menganggapnya sebagai provinsinya yang membangkang.
Credit sindonews.com
Terungkap, China Menjamming Jet Tempur AS di Laut China Selatan
WASHINGTON
- Ketika kapal induk Amerika Serikat (AS), USS Theodore Roosevelt,
berlayar melewati Laut China Selatan pekan lalu, seorang pilot jet
tempur Angkatan Laut AS menghadapi gangguan elektronik. Gangguan yang
dikenal dengan istilah jamming itu membuat peralatan jet tempur tersebut tak berfungsi.
"Fakta bahwa (bila) beberapa peralatan Anda tidak berfungsi sudah merupakan indikasi bahwa seseorang sedang mencoba untuk menjatuhkan Anda," kata seorang pilot jet tempur EA-18G Growler kepada GMA News.
"Kami memiliki jawaban untuk itu," kata pilot yang berbicara dalam kondisi anonim itu mengonfirmasi gangguan elektronik tersebut. Growler adalah varian dari jet tempur F/A-18 Super Hornet yang diangkut kapal induk USS Theodore Roosevelt.
Menurut Omar Lamrani, seorang analis pertahanan di perusahaan konsultan Stratfor, menilai serangan jammers terhadap jet tempur tidak wajar. Gangguan elektronik seperti itu pada umumnya menyasar pada pesawat nirawak atau drone.
"Ini bukan sesuatu yang AS akan terlihat baik," katanya seperti dikutip Business Insider pada Rabu (18/4/2018).
Sumber-sumber intelijen AS mengungkap bahwa jamming dilakukan oleh militer China. Sumber tersebut kepada Wall Street Journal melaporkan bahwa para jammer militer telah dikerahkan di pos-pos China di Kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut China Selatan. Para jammer itu mampu mengganggu sistem komunikasi musuh.
Dalam patroli di Laut China Selatan, kapal USS Roosevelt berlabuh di Manila. Selama kunjungan tersebut jet-jet tempur AS bermanuver selama 20 menit di atas kapal induk tersebut.
Pemerintah maupun militer China belum berkomentar atas laporan serangan elektronik terhadap peralatan jet tempur AS. Komandan kapal induk AS saat itu membenarkan bahwa pihaknya melihat Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China berada tak jauh dari lokasi patroli kapal USS Roosevelt. Namun, komandan tersebut mengklaim militer Beijing saat itu bertindak profesional.
"Fakta bahwa (bila) beberapa peralatan Anda tidak berfungsi sudah merupakan indikasi bahwa seseorang sedang mencoba untuk menjatuhkan Anda," kata seorang pilot jet tempur EA-18G Growler kepada GMA News.
"Kami memiliki jawaban untuk itu," kata pilot yang berbicara dalam kondisi anonim itu mengonfirmasi gangguan elektronik tersebut. Growler adalah varian dari jet tempur F/A-18 Super Hornet yang diangkut kapal induk USS Theodore Roosevelt.
Menurut Omar Lamrani, seorang analis pertahanan di perusahaan konsultan Stratfor, menilai serangan jammers terhadap jet tempur tidak wajar. Gangguan elektronik seperti itu pada umumnya menyasar pada pesawat nirawak atau drone.
"Ini bukan sesuatu yang AS akan terlihat baik," katanya seperti dikutip Business Insider pada Rabu (18/4/2018).
Sumber-sumber intelijen AS mengungkap bahwa jamming dilakukan oleh militer China. Sumber tersebut kepada Wall Street Journal melaporkan bahwa para jammer militer telah dikerahkan di pos-pos China di Kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut China Selatan. Para jammer itu mampu mengganggu sistem komunikasi musuh.
Dalam patroli di Laut China Selatan, kapal USS Roosevelt berlabuh di Manila. Selama kunjungan tersebut jet-jet tempur AS bermanuver selama 20 menit di atas kapal induk tersebut.
Pemerintah maupun militer China belum berkomentar atas laporan serangan elektronik terhadap peralatan jet tempur AS. Komandan kapal induk AS saat itu membenarkan bahwa pihaknya melihat Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China berada tak jauh dari lokasi patroli kapal USS Roosevelt. Namun, komandan tersebut mengklaim militer Beijing saat itu bertindak profesional.
Credit sindonews.com
Langganan:
Postingan (Atom)