RIYADH
- Polemik di balik penangkapan belasan pangeran dan pengusaha Arab
Saudi yang diinstruksikan oleh Raja Salman bin Abdul Azis Al-Saud awal
November 2017 belum usai. Terbaru, sang Putra Mahkota, Pangeran Mohammad
bin Salman diam-diam justru mengambil alih jabatan eksekutif perusahaan
milik para pangeran yang berstatus tersangka korupsi tersebut. Dia
dilaporkan mengambil alih perusahaan konstruksi Saudi Binladin Group
(SBG) dan perusahaan media MBC Group. Tak hanya itu, Pangeran Mohammad
juga mengambil alih investasi utama para tersangka seperti di Twitter
dan McDonald’s.
Penangkapan sejumlah pangeran, mantan menteri, dan pebisnis Saudi dilakukan sesaat Komite Anti-Korupsi dibentuk oleh Pangeran Mohammad lalu. Anggota Kerajaan Saudi yang terciduk dalam operasi pemberantasan korupsi itu ialah pebisnis dan investor terkenal yakni Pangeran Al-Waleed bin Talal. Dia dibebaskan pada 27 Januari lalu. Lalu Pangeran Fahd bin Abdullah, Pangeran Mutaib bin Abdullah, Pangeran Turki bin Abdullah, dan Pangeran Turki bin Nasser Al Saud. Mereka ditahan di Hotel Ritz-Carlton yang langsung tutup booking dan meminta para tamu untuk pergi. Lebih dari 2000 rekening bank juga dibekukan.
Pada Januari lalu, Kerajaan Arab Saudi diketahui membentuk komite yang terdiri dari lima orang untuk mengawasi jajaran penasihat SBG dan membuat keputusan eksekutif dalam kesepakatan bisnis perusahaan. Komite itu, Seperti dilansir businessinsider.com, terdiri dari dua anggota keluarga bin Laden dan tiga pemimpin industri.
SBG sebelumnya dipimpin oleh Bakr bin Laden. Disinyalir komite tersebut berkaitan dengan kesepakatan pembebasan Bakr. SBG merupakan perusahaan konstruksi terbesar di Arab Saudi dan dimiliki salah satu keluarga terkaya di Timur Tengah. Bakr bin Laden turut ditahan dalam operasi pemberantasan korupsi pada November 2017, termasuk sejumlah saudaranya.
Pada Februari lalu, otoritas terkait Arab Saudi juga berencana menyita kepemilikan saham utama di MBC Group. MBC Group dimiliki Waleed al-Ibrahim yang juga ditahan dalam operasi pemberantasan korupsi. Pejabat Arab Saudi menegosiasi Waleed untuk menyerahkan saham terbesarnya di MBC Group apabila ingin terbebas.
Akhir-akhir ini, Kerajaan Arab Saudi juga mengklaim memiliki hak veto dalam pembuatan keputusan investasi global senilai USD12,5 miliar di Kingdom Holding Company milik miliarder Pangeran al-Waleed bin Talal yang ditahan pada November tahun lalu. Al-Waleed dibebaskan pada Januari seusai menekan kesepakatan tertutup.
“Penguasaan beberapa industri bisnis besar memperkuat pertumbuhan konsolidasi kekuasaan Pangeran Mohammad dalam menguasai takhta kerajaan,” ungkap Rosie Perper dari businessinsider.com. Pria berusia 32 tahun itu dilaporkan menekan tersangka korupsi yang kaya raya untuk mengganti rugi atau menyerahkan sahamnya.
Seperti dilansir nytimes.com yang mengutip saksi, banyak tahanan yang mengalami penyiksaan secara fisik pada awal bulan penahanan. Sedikitnya 17 tahanan dibawa ke rumah sakit (RS). Seorang tahanan dikabarkan tewas di tempat penahanan dengan leher terpelintir, tubuh yang membengkak, dan beberapa tanda adanya penyiksaan.
Namun, Kerajaan Arab Saudi membantah atas tuduhan itu. “Proses investigasi yang dipimpin Jaksa Agung dilakukan sepenuhnya sesuai aturan hukum yang berlaku di Arab Saudi. Semua tahanan memiliki akses penuh terhadap konsul hukum, juga perawatan kesehatan bagi mereka yang memiliki penyakit kronis,” ungkap otoritas Arab Saudi.
Agar keluar dari penjara, para tahanan tidak hanya membayar tebusan dalam jumlah besar, tapi juga menyerahkan real estate dan saham perusahaan. Seorang mantan tahanan juga memakai tracking device. Dia mengaku depresi mengingat bisnisnya amburadul. “Saya tidak tahu jika rumah ini juga masih milik saya,” katanya.
Pangeran Mohammad menjadi satu-satunya anggota Kerajaan Arab Saudi yang sangat aktif memegang roda pemerintahan di samping Raja Salman. Pangeran Mohammad menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menjan) sejak 2015. Dia juga menjadi penggagas reformasi ekonomi dan sosial yang dikenal dengan Vision 2030.
Pangeran Mohammad dilaporkan akan mengunjungi Amerika Serikat (AS) pada 20 Maret mendatang. Hal itu diungkapkan Gedung Putih, kemarin. Presiden AS Donald Trump sangat senang dapat berdiskusi dengan Pangeran Mohammad dalam memperkuat hubungan kedua negara dan memajukan ekonomi serta keamanan.
Pemerintah AS dilaporkan ingin menjual reaktor nuklir kepada negara Timur Tengah. Juru Bicara (Jubir) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) AS, Heather Nauert, mengatakan Arab Saudi tertarik membeli material dan peralatan nuklir. Pemerintah Israel memperingatkan kemungkinan terjadinya perlombaan senjata nuklir.
Penangkapan sejumlah pangeran, mantan menteri, dan pebisnis Saudi dilakukan sesaat Komite Anti-Korupsi dibentuk oleh Pangeran Mohammad lalu. Anggota Kerajaan Saudi yang terciduk dalam operasi pemberantasan korupsi itu ialah pebisnis dan investor terkenal yakni Pangeran Al-Waleed bin Talal. Dia dibebaskan pada 27 Januari lalu. Lalu Pangeran Fahd bin Abdullah, Pangeran Mutaib bin Abdullah, Pangeran Turki bin Abdullah, dan Pangeran Turki bin Nasser Al Saud. Mereka ditahan di Hotel Ritz-Carlton yang langsung tutup booking dan meminta para tamu untuk pergi. Lebih dari 2000 rekening bank juga dibekukan.
Pada Januari lalu, Kerajaan Arab Saudi diketahui membentuk komite yang terdiri dari lima orang untuk mengawasi jajaran penasihat SBG dan membuat keputusan eksekutif dalam kesepakatan bisnis perusahaan. Komite itu, Seperti dilansir businessinsider.com, terdiri dari dua anggota keluarga bin Laden dan tiga pemimpin industri.
SBG sebelumnya dipimpin oleh Bakr bin Laden. Disinyalir komite tersebut berkaitan dengan kesepakatan pembebasan Bakr. SBG merupakan perusahaan konstruksi terbesar di Arab Saudi dan dimiliki salah satu keluarga terkaya di Timur Tengah. Bakr bin Laden turut ditahan dalam operasi pemberantasan korupsi pada November 2017, termasuk sejumlah saudaranya.
Pada Februari lalu, otoritas terkait Arab Saudi juga berencana menyita kepemilikan saham utama di MBC Group. MBC Group dimiliki Waleed al-Ibrahim yang juga ditahan dalam operasi pemberantasan korupsi. Pejabat Arab Saudi menegosiasi Waleed untuk menyerahkan saham terbesarnya di MBC Group apabila ingin terbebas.
Akhir-akhir ini, Kerajaan Arab Saudi juga mengklaim memiliki hak veto dalam pembuatan keputusan investasi global senilai USD12,5 miliar di Kingdom Holding Company milik miliarder Pangeran al-Waleed bin Talal yang ditahan pada November tahun lalu. Al-Waleed dibebaskan pada Januari seusai menekan kesepakatan tertutup.
“Penguasaan beberapa industri bisnis besar memperkuat pertumbuhan konsolidasi kekuasaan Pangeran Mohammad dalam menguasai takhta kerajaan,” ungkap Rosie Perper dari businessinsider.com. Pria berusia 32 tahun itu dilaporkan menekan tersangka korupsi yang kaya raya untuk mengganti rugi atau menyerahkan sahamnya.
Seperti dilansir nytimes.com yang mengutip saksi, banyak tahanan yang mengalami penyiksaan secara fisik pada awal bulan penahanan. Sedikitnya 17 tahanan dibawa ke rumah sakit (RS). Seorang tahanan dikabarkan tewas di tempat penahanan dengan leher terpelintir, tubuh yang membengkak, dan beberapa tanda adanya penyiksaan.
Namun, Kerajaan Arab Saudi membantah atas tuduhan itu. “Proses investigasi yang dipimpin Jaksa Agung dilakukan sepenuhnya sesuai aturan hukum yang berlaku di Arab Saudi. Semua tahanan memiliki akses penuh terhadap konsul hukum, juga perawatan kesehatan bagi mereka yang memiliki penyakit kronis,” ungkap otoritas Arab Saudi.
Agar keluar dari penjara, para tahanan tidak hanya membayar tebusan dalam jumlah besar, tapi juga menyerahkan real estate dan saham perusahaan. Seorang mantan tahanan juga memakai tracking device. Dia mengaku depresi mengingat bisnisnya amburadul. “Saya tidak tahu jika rumah ini juga masih milik saya,” katanya.
Pangeran Mohammad menjadi satu-satunya anggota Kerajaan Arab Saudi yang sangat aktif memegang roda pemerintahan di samping Raja Salman. Pangeran Mohammad menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menjan) sejak 2015. Dia juga menjadi penggagas reformasi ekonomi dan sosial yang dikenal dengan Vision 2030.
Pangeran Mohammad dilaporkan akan mengunjungi Amerika Serikat (AS) pada 20 Maret mendatang. Hal itu diungkapkan Gedung Putih, kemarin. Presiden AS Donald Trump sangat senang dapat berdiskusi dengan Pangeran Mohammad dalam memperkuat hubungan kedua negara dan memajukan ekonomi serta keamanan.
Pemerintah AS dilaporkan ingin menjual reaktor nuklir kepada negara Timur Tengah. Juru Bicara (Jubir) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) AS, Heather Nauert, mengatakan Arab Saudi tertarik membeli material dan peralatan nuklir. Pemerintah Israel memperingatkan kemungkinan terjadinya perlombaan senjata nuklir.
Pada 27 Februari lalu, Pangeran Mohammad dan Presiden Trump berkomunikasi melalui telepon dan sepakat untuk meningkatkan kemitraan bilateral, terutama di bidang ekonomi dan keamanan. Saat itu, Trump dilaporkan sepakat dengan Pangeran Mohammad mengenai pentingnya persatuan GCC dan memitigasi ancaman.
Credit sindonews.com