Dubes Inggris Moazzam Malik menyatakan
pihaknya khawatir Suriah menghilangkan bukti dugaan serangan senjata
kimia di Douma, dua pekan lalu. (ANTARA Foto/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CB -- Inggrismenyatakan khawatir Suriahmenghancurkan
bukti serangan senjata kimia yang diduga dilakukan pemerintahan Bashar
al-Assad di Douma, Ghouta Timur, sekitar dua pekan lalu. Hal itu
disampaikan usai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
"Kami
khawatir jika situs di Douma sudah dihalangi dan sudah dibersihkan.
Meskipun begitu, kami tetap perlu akses penuh ke wilayah itu untuk
memastikan yang terjadi," ucap Duta Besar Inggris untuk Indonesia
Moazzam Malik di Kemlu RI, Jakarta, Kamis (19/4).
Karena itu
London mendesak Damaskus segera membuka akses tim pencari fakta
Organisasi Internasional Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) untuk melakukan
penyelidikan independen di Suriah, terutama Douma.
Malik mengatakan Inggris, Amerika Serikat dan Perancis telah
mendapat sejumlah bukti berupa kesaksian warga setempat yang menjadi
korban serangan senjata kimia. Selain itu, ada pula rekaman video yang
diduga menggambarkan peristiwa di Douma 7 April lalu.
Serangan itu, menurut Malik, menewaskan sedikitnya 75 orang dan melukai
1.000 lainnya di sejumlah lokasi di Douma yang tak jauh dari Ibu Kota
Damaskus.
Dia mengatakan pihak Barat mendapatkan bukti dari beberapa organisasi pemerhati HAM.
Dilaporkan sebelumnya, sejumlah aktivis mengatakan serangan gas beracun itu berasal dari bom barel yang dijatukan helikopter.
"Kami
meyakini bahwa gas itu kemungkinan klorin atau mungkin sarin. Banyak
saksi mata di sana ikut menjadi korban, termasuk perempuan dan
anak-anak," kata Malik.
Malik mengatakan bukti-bukti tersebut menjadi salah satu dalil Inggris, AS, dan Perancis meluncurkan serangan udara ke Suriah.
"Serangan
gabungan ini mengincar situs militer dan senjata demi membuat Suriah
jera dan tidak menggunakan senjata kimianya lagi. Kami bukan ingin
menggulingkan rezim atau mencampuri konflik sipil di Suriah," kata
Malik.
Serangan
gabungan Barat ke Suriah disebut hanya mengincar fasilitas senjata
kimia. (Cpl L Matthews, 83EAG, Royal Air Force Photographer/Ministry of
Defence Handout via Reuters)
Hal tersebut turut ditegaskan Dubes AS untuk Indonesia Joseph R Donovan dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya,
seluruh upaya dialog dan diplomatik sudah dicoba ketiga negara guna
menghentikan tindakan Damaskus. Namun, Suriah tetap berkeras menggunakan
senjata itu hingga menewaskan warganya sendiri.
"Kami sudah gunakan cara diplomatik dan ekonomi untuk menghindari situasi yang saat ini terjadi," kata Donovan.
"Penting
juga diingat bahwa Suriah telah meratifikasi konvensi senjata kimia
pada 2013 lalu sehingga berkewajiban melucuti seluruh senjata kimianya.
"Rusia
menjadi penjamin Suriah dalam hal itu dan kami belum melihat komitmen
kedua pihak untuk memusnahkan senjata kimia di Suriah."
BAGHDAD - Pesawat-pesawat jet tempur F-16 Irak membombardir wilayah Suriah untuk menyerang basis-basis kelompok Islamic State of Iraq and Syria
(ISIS). Pemerintah Perdana Menteri (PM) Haider al-Abadi mengklaim
serangan di Suriah telah dikoordinasikan dengan pasukan Presiden Bashar
al-Assad.
Serangan udara mematikan Irak berlangsung pada hari
Kamis setelah PM Abadi memerintahkan serangan tersebut beberapa hari
lalu. Perintah dikeluarkan dengan alasan kelompok ISIS yang bersembunyi
di Suriah bisa mengancam keamanan Irak.
"Berdasarkan perintah
dari panglima angkatan bersenjata, Haider al-Abadi, angkatan udara
heroik kami melakukan serangan udara mematikan terhadap situs-situs ISIS
di Suriah pada Kamis di dekat perbatasan dengan Irak," kata kantor PM
Abadi dalam sebuah pernyataan yang dilansir Al Jazeera, Jumat (20/4/2018).
Menurut pernyataan itu, serangan yang diluncurkan mencerminkan kemampuan militer pasukan bersenjata Irak dalam memerangi teror.
Militer
Irak melalui seorang juru bicaranya mengonfirmasi bahwa operasi militer
di wilayah Suriah sepenuhnya dikoordinasikan dengan tentara Presiden
Assad.
PM Abadi secara resmi mengumumkan kemenangan Irak atas
ISIS tahun lalu. Kemenangan itu diraih dengan bantuan koalisi yang
terdiri dari pasukan Peshmerga Kurdi dan unit paramiliter yang
didominasi milisi Syiah.
Tentara Irak juga menerima dukungan serangan udara dan darat dari koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat.
Kendati
demikian, ISIS masih menjadi ancaman, terutama di sepanjang perbatasan
Irak-Suriah. Melalui perbatasan itu, kelompok ISIS masih kerap melakukan
penyergapan dan pemboman di wilayah Irak.
Pada hari Kamis,
pemerintah Suriah juga mengultimatum para milisi ISIS untuk menyerah dan
meninggalkan wilayah Yarmouk, selatan Damaskus, dalam waktu 48 jam.
Wilayah yang jadi lokasi kamp pengungsi Palestina tersebut telah
diduduki kelompok ISIS selama hampir tiga tahun.
Yulia Skripal, putri mantan agen ganda Rusia, Sergei Skripal, yang diracun gas saraf di Inggris, awal Maret 2018. (Reuters)
Moskow (CB) - Moskow, Kamis, melemparkan tuduhan bahwa
dinas rahasia Inggris sengaja meracuni bekas mata-mata, Sergei Skripal,
dengan tujuan untuk menyudutkan Rusia.
"Dinas rahasia Inggris kemungkinan besar mendapat keuntungan dari
provokasi dengan meracuni warga negara Rusia di Salisbury dan,
kemungkinan, mengatur (insiden) ini untuk menyudutkan Rusia dan
kepemimimpinan politiknya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri
Rusia, Maria Zakharova, dalam acara jumpa pers.
"Langkah ini sejalan dengan kebijakan Fobia-Rusia secara umum yang
dianut pemerintah konservatif dengan tujuan untuk menjelek-jelekkan
negara kami," tambah Zakharova.
Ia mengatakan penolakan pihak berwenang Inggris untuk berinteraksi
dengan Rusia dalam menyelidiki peristiwa Salisbury, dalam memberikan
kesempatan pada Rusia untuk menemui para korban serta keengganan pihak
berwenang Inggris untuk mengungkapkan kepada Rusia dokumen-dokumen yang
diperlukan bagi penyelidikan obyektif, merupakan "bukti" mengenai niat
London.
Skripal, sang mantan mata-mata Rusia, dan putrinya diracun pada 4 Maret
di kota Inggris Selatan, Salisbury. Inggris menuding Rusia sebagai pihak
"yang kemungkinan besar" telah menggunakan racun saraf kategori
militer, dengan mengutip hasil penyelidikan yang dilakukan oleh para
pakar Inggris.
Sebagai kelanjutan dari insiden itu, Inggris mengusir sejumlah diplomat
Rusia. Amerika Serikat dan beberapa negara lain Eropa memberikan
dukungan kepada London dengan juga mengusir para diplomat Rusia dari
negara mereka. Rusia membalas langkah-langkah itu dengan balik mengusir
diplomat negara-negara asing dalam jumlah yang sepadan.
Para ahli dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) membenarkan
temuan mitra-mitra mereka dari Inggris setelah OPCW menjalankan
penyelidikan independen.
Namun, Moskow membantah memiliki keterlibatan apa pun dan menolak
menerima kesimpulan OPCW sampai pihaknya diberikan akses terhadap
penyelidikan itu, kata para pejabat Rusia.
Zakharova mengatakan Rusia masih siap melakukan kontak membangun dengan
Inggris untuk menjernihkan insiden itu "melalui format hukum
internasional apa pun."
"Dan kami mendesak London agar jangan cepat-cepat melenyapkan bukti," katanya.
DEN HAAG
- Narasi Inggris dalam kasus Skripal adalah kisah yang ditenun dengan
kebohongan, di mana London terus berusaha menipu komunitas
internasional. Hal itu dikatakan oleh utusan OPCW asal Rusia, menyoroti
delapan kesalahan informasi tersebut.
"Kami telah mencoba untuk
menunjukkan bahwa semua yang dihasilkan rekan-rekan kami di Inggris
adalah cerita yang dijalin dengan kebohongan," ucap perwakilan permanen
Rusia kepada Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) Aleksandr
Shulgin.
"Dan, tidak seperti Inggris, yang tidak terbiasa
mengambil tanggung jawab atas kata-kata mereka dan tuduhan tidak
berdasar, kami menunjukkan fakta-fakta spesifik mengapa kami percaya
mitra Inggris kami, secara halus, 'menipu' semua orang," imbuhnya usai
pertemuan OPCW terkait kasus Skripal seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (19/4/2018).
Pejabat
itu memberikan delapan contoh misinformasi yang didorong Inggris,
seputar peristiwa 4 Maret, ketika mantan agen ganda Sergei Skripal dan
putrinya Yulia diracuni di kota Salisbury.
1. Rusia menolak menjawab 'pertanyaan' Inggris "Kenyataannya,
mereka hanya meminta kami dua 'pertanyaan.' Dan keduanya dikatakan
dengan cara sedemikian rupa sehingga keberadaan gudang persenjataan
kimia tak terdokumentasi dalam cara penyelesaian yang sajikan Rusia
sebagai fakta yang tidak bisa dimungkiri sebagai fakta yang mampan,"
tuturnya.
Itu adalah ultimatum yang efektif, menekan Moskow untuk
mengakui bahwa ia menyerang Inggris dengan senjata kimia, atau mengakui
bahwa ia kehilangan kendali atas persenjataan perang kimiawi.
Moskow
menjawab kedua 'pertanyaan' ini segera, menyatakan bahwa itu tidak ada
hubungannya dengan insiden Salisbury. Terlepas dari itu, pejabat itu
menekankan, itu adalah fakta yang tidak bisa dimungkiri bahwa Rusia
menghancurkan semua persediaan persenjataan kimianya lebih cepat dari
jadwal pada tahun lalu.
2. Inggris tunduk pada buku aturan Konvensi Senjata Kimia "Prosedur
OPCW dengan jelas menyatakan bahwa jika satu negara anggota memiliki
masalah dengan yang lain, ia harus mengirim permintaan resmi, dan dengan
demikian pihak lain akan berkewajiban untuk menanggapi dalam 10 hari,"
terang Shulgin.
Namun, sebaliknya, Inggris diduga dihasut oleh
rekan-rekan mereka dari seberang, mengabaikan mekanisme yang tetap dan
muncul dengan skema verifikasi independen yang meragukan, yang melanggar
aturan-aturan OPCW tersebut.
3. Rusia menolak bekerja sama Sementara
Inggris dan sejumlah sekutunya menuduh Rusia menolak bekerja sama untuk
mendapatkan kebenaran, situasinya justru sebaliknya, Shulgin
bersikeras.
Moskow tertarik dengan penyelidikan menyeluruh atas
insiden itu - terutama karena para korban adalah warga Rusia. Moskow
berulang kali bersikeras pada penyelidikan bersama dan mendesak London
untuk merilis data tentang kasus Skripal, tetapi semua upaya itu
sia-sia. Banyak permintaan yang tidak dijawab oleh Inggris, sementara
yang lain hanya menerima balasan resmi.
4. Rusia menciptakan versi lain untuk mengalihkan perhatian
Shulgin
mengatakan meskipun banyak spekulasi dan tuduhan oleh sumber-sumber
yang dipertanyakan, dikutip oleh media Inggris, pada akhirnya Moskow
dituduh dengan membuat 30 versi dari peristiwa Salisbury yaang diduga
untuk menggangu penyelidikan.
"Kenyataannya, gambaran itu berbeda. Faktanya, itu adalah tabloid
Inggris, yang disebut media independen, yang menduplikasi versi-versi
itu," kata pejabat itu, mengingat beberapa narasi, yang sebagian besar
sepenuhnya bertentangan satu sama lain.
5. Menghabisi pengkhianat adalah kebijakan resmi negara Rusia "Mereka
mengklaim bahwa kepemimpinan Rusia, pada beberapa kesempatan,
menyatakan bahwa menghabisi pengkhianat di luar negeri adalah kebijakan
negara Rusia," kata Shulgin.
"Ini fitnah, tentu saja. Inggris
tidak bisa menghasilkan satu contoh pun dari pernyataan semacam itu,
karena para pemimpin Rusia tidak pernah mengatakan hal semacam itu,"
tegasnya.
6. Para ahli menyalahkan Rusia Kepala misi OPCW
telah dengan jelas mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menentukan di
negara mana zat beracun yang digunakan di Salisbury berasal. Namun
temuan OPCW sekali lagi digunakan oleh pejabat Inggris untuk mengklaim
bahwa Moskow "sangat mungkin" bertanggung jawab.
"Dengar, kata
kepala misi OPCW itu tidak mungkin dan mereka, meninggalkan semua akal
sehat, mengatakan Mereka telah mengkonfirmasi evaluasi kami bahwa itu
adalah Rusia. Bagaimana lagi Anda bisa mengevaluasi ini tetapi sebagai
sebuah kebohongan?" tanya Shulgin.
7. 'Novichok' adalah penemuan Soviet, jadi itu harus Rusia Perkembangan
yang disebut keluarga Novichok dari zat beracun lebih dari 30 tahun
yang lalu di Uni Soviet adalah salah satu pilar utama dalam narasi
Inggris, yang menyalahkan insiden Skripal kepada Rusia.
"Sumber-sumber
yang tersedia secara publik, bagaimanapun, menunjukkan bahwa Barat
telah dan masih melakukan penelitian dan pengembangan menjadi zat-zat
seperti itu," kata Shulgin, memberikan contoh baru dari kegiatan
tersebut.
"Belum lama ini, yaitu pada 1 Desember 2015, Kantor
Paten dan Merek Dagang AS mengajukan permintaan kepada rekan-rekan Rusia
yang meminta untuk memeriksa paten dari peluru yang dipenuhi senjata
kimia, yang dapat dilengkapi dengan Tabun, Sarin atau keluarga dari zat
Novichok," kata pejabat itu.
8. Yulia Skripal menghindari kontak dengan kerabat & menolak dukungan konsuler Rusia Meskipun
pernyataan seperti itu memang dibuat oleh otoritas Inggris "atas nama"
Yulia, Moskow percaya itu salah. Menurut Shulgin, situasi Yulia terlihat
seperti warga Rusia yang secara efektif sedang "disandera" oleh
otoritas Inggris.
Moskow (CB) - Maskapai penerbangan Amerika Serikat masih
bisa terbang di wilayah udara Rusia, kata Kementerian Transportasi, Rabu
(18/04), meskipun kesepakatan transit antara Washington dan Moskow akan
berakhir dalam waktu dekat.
“Menteri transportasi Federasi Rusia mengonfirmasi bahwa penerbangan
maskapai penerbangan Amerika di atas wilayah Rusia masih diizinkan
sesuai dengan skema yang ada sebelum negosiasi baru,” kata juru bicara
Kementerian Transportasi Timur Khikmatov kepada AFP.
“Pekan ini, kami mengirimi rekan kami di Amerika proposal untuk
menegosiasikan masalah ini. Tanggal negosiasi belum disepakati. Kami
menantikan jawaban dari rekan kami di Amerika,” imbuhnya.
Menurut laporan, yang mengutip pernyataan Menteri Transportasi Rusia
Maxim Sokolov, Moskow mempertimbangkan langkah pembalasan terhadap
Washington di bidang tersebut sebagai tanggapan atas sanksi Amerika
Serikat baru-baru ini.
Namun, larangan penerbangan transit belum dibicarakan, imbuhnya.
“Kami mempertimbangkan berbagai jawaban yang dapat diberikan negara kami
atas penjatuhan sanksi yang ilegal menurut pandangan kami. Meskipun
masih terlalu dini untuk membicarakannya, respons akan disiapkan,
disetujui dan diadopsi di saat yang tepat,” menurut pernyataan Sokolov
yang dikutip berbagai kantor berita.
Setiap hari, puluhan penerbangan Amerika melintasi langit Rusia di rute
terpendek dan paling menguntungkan mereka ke Asia, tapi izin untuk
melakukannya akan berakhir pada pukul 19.59 (2359 GMT).
WASHINGTON
- Pemerintah Trump dilaporkan mencoba merekrut negara-negara Arab untuk
pendanaan dan pasukan guna menggantikan kehadiran militer Amerika
Serikat (AS) di Suriah.
The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan
bahwa para pejabat AS telah meminta Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat
Arab tentang kontribusi miliaran dolar dan sumber daya militer untuk
membantu mengamankan Suriah setelah ISIS dikalahkan.
Penasihat
keamanan nasional John Bolton juga dilaporkan telah menghubungi pejabat
Mesir tentang inisiatif tersebut seperti dikutip dari The Hill, Rabu (18/4/2018).
Para
pejabat militer mengatakan kepada WSJ bahwa akan sulit untuk meyakinkan
negara-negara Arab untuk mengirim pasukan jika AS menarik pasukannya
sepenuhnya.
Upaya yang dilaporkan itu dilakukan beberapa hari
setelah Presiden Trump mengesahkan sasaran serangan rudal di Suriah
sebagai tanggapan terhadap serangan senjata kimia terhadap warga sipil
di kota Douma.
Namun, Trump dalam beberapa minggu terakhir
menciptakan ketidakpastian atas masa depan peran AS di Suriah. Meskipun
ia telah berjanji untuk mengalahkan ISIS, Trump telah menunjukkan pada
beberapa kesempatan bahwa dia ingin membawa pulang pasukan Amerika dari
Suriah segera.
"Amerika tidak mencari kehadiran yang tidak terbatas di Suriah," katanya dalam pidato saat mengumumkan serangan rudal.
“Ini
adalah tempat yang bermasalah. Kami akan berusaha membuatnya lebih
baik. Tetapi itu adalah tempat yang bermasalah,” tukasnya.
Selama
konferensi pers dengan para pemimpin Baltik, Trump menyatakan AS dapat
memperpanjang kehadiran militernya di Suriah jika negara-negara Arab
lainnya, seperti Arab Saudi, membayarnya.
Baca: Trump: Ingin Pasukan AS Tetap di Suriah, Saudi Harus Bayar https://international.sindonews.com/read/1295272/42/trump-ingin-pasukan-as-tetap-di-suriah-saudi-harus-bayar-1522862571
Beberapa
penasihat militer dan anggota parlemen telah mendorong Trump meralat
ucapannya. Mereka memperingatkan bahwa menarik pasukan dari Suriah akan
menjadi kesalahan yang dapat mengganggu kestabilan kawasan.
Awal bulan ini, Trump menegaskan kembali keinginannya untuk mengakhiri keterlibatan AS di Suriah dengan cepat.
"Saya ingin (tentara AS) keluar (Suriah). Saya ingin membawa pasukan kami kembali ke rumah," tegas Trump.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia
Joseph R Donovan (tengah), Dubes Perancis Jean-Charles Berthonnet
(kiri), Dubes Inggris Moazzam Malik usai menemui Menteri Luar Negeri RI
Retno Marsudi di Kemlu, Kamis (19/4). ( CNN Indonesia/Riva Dessthania
Suastha)
Jakarta, CB -- Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis meminta Indonesia bisa berperan lebih tegas dan besar lagi untuk menekan Suriah yang diduga meluncurkan serangan senjata kimia terhadap warganya sendiri di Douma, Ghouta Timur.
Permintaan
itu diungkapkan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik usai
bertemu Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi bersama Dubes AS Joseph R
Donovan dan Dubes Perancis Jean-Charles Berthonnet di Kemlu RI, Kamis
(19/4).
"Kami meminta Indonesia untuk bisa berperan lebih jauh
lagi dan bergabung bersama kami untuk mendesak rezim Assad bertanggung
jawab atas penyalahgunaan senjata kimia terhadap warganya sendiri," ucap
Moazam usai menghadiri pertemuan tertutup dengan Menlu RI kepada media.
Malik mengatakan sebagai salah satu negara anggota Organisasi
Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Indonesia memiliki peran penting
terkait penegakan hukum internasional soal penggunaan senjata kimia.
"Indonesia juga sebentar lagi bergabung sebagai salah satu komite
eksekutif OPCW. Karena itu kami juga ingin Indonesia bergabung bersama
negara lainnya di dunia untuk menekan Suriah dan Rusia agar mau memberi
akses terhadap untuk melakukan penyelidikan ke Douma," lanjutnya.
Dalam
kesempatan itu, Malik juga menegaskan serangan gabungan Inggris, AS,
dan Perancis pada pekan lalu ke Suriah dilakukan bukan untuk
menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad.
Malik mengatakan serangan
udara pada Sabtu (14/4) dini hari ditujukan guna menghancurkan situs
militer dan senjata kimia milik Suriah.
"Serangan gabungan ini
menargetkan situs militer dan senjata demi membuat Suriah jera dan tidak
menggunakan senjata kimianya lagi. Kami bukan ingin menggulingkan rezim
atau mencampuri konflik sipil di Suriah," kata Malik.
Sementara
itu, Donovan juga menegaskan bahwa serangan udara ketiga negara terhadap
Suriah telah memenuhi basis hukum karena ditujukan demi menghentikan
penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil di Suriah.
Donovan
menyebut selama beberapa pekan terakhir pihaknya terus mendapat
serangkaian bukti seperti rekaman mengenai apa yang terjadi Douma
termasuk banyaknya korban yang tewas akibat serangan gas kimia itu.
Foto: REUTERS/ Omar Sanadiki Warga Suriah memprotes serangan AS ke negaranya.
"Dalam pertemuan dengan bu Retno, kami bertiga juga menjelaskan
bukti-bukti nyata serangan kimia telah terjadi. Kami juga bertukar
mengenai opini legal kami soal serangan senjata kimia di Suriah," kata
Donovan.
Menurut Dubes AS, seluruh upaya dialog dan diplomatik
sudah dicoba ketiga negara guna menghentikan tindakan Suriah namun masih
tidak cukup menekan Assad untuk menghentikan penggunaan senjata
kimianya.
"Kami sudah gunakan cara diplomatik dan ekonomi untuk
menghindari situasi yang saat ini terjadi [respons militer]. Tapi
penting juga diingat bahwa Suriah telah meratifikasi konvensi senjata
kimia pada 2013 lalu sehingga berkewajiban melucuti seluruh senjata
kimianya. Rusia menjami penjamin Suriah dalam hal itu. Dan kami belum
melihat komitmen kedua negara untuk memusnahkan senjata kimia di
Suriah," kata Donovan.
Suriah dan sekutunya, Rusia membantah
tuduhan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya terkait serangan
senjata kimia di Douma, Ghouta Timur. Rusia bahkan mensinyalir bahwa
oposisi Suriah, yang didukung AS, merekayasa adanya serangan tersebut
karena telah terdesak oleh pasukan pemerintah Presiden Bashar Al-Assad.
Adapun posisi Indonesia adalah prihatin atas eskalasi di Suriah dan
meminta semua pihak menahan diri.
Havana (CB) - Miguel Diaz-Canel pada Kamis terpilih sebagai
presiden baru Kuba untuk menggantikan Raul Castro, yang telah
menyelesaikan dua periode masa jabatan lima tahunnya secara
berturut-turut.
Diaz-Canel adalah mantan wakil presiden pertama dan insinyur elektronik yang akan berusia 58 tahun pada Jumat ini.
Pencalonannya sebagai presiden diajukan oleh Komisi Pencalonan Nasional
pada Rabu setelah namanya diusulkan oleh 604 anggota Majelis Nasional
untuk memimpin Kuba.
Setelah menyerahkan kursi kepresidenan kepada penggantinya, Raul Castro,
86, akan tetap menjadi anggota parlemen dan menjabat sebagai sekretaris
pertama Komite Pusat Partai Komunis Kuba yang berkuasa.
Partai tersebut dianggap sebagai kekuatan utama di kalangan rakyat Kuba, demikian Xinhua.
Havana (CB) - Presiden baru Kuba Miguel Diaz-Canel, yang
dipilih sebagai pengganti Raul Castro, berjanji tidak hanya akan
memastikan pulau Karibia melanjutkan “revolusi,” tapi juga reformasi
ekonomi, Kamis (19/04).
“Mandat yang diberikan rakyat kepada badan legislatif ini yaitu
melanjutkan revolusi Kuba pada momen bersejarah yang penting ini, yang
akan ditandai dengan apa yang harus kita lakukan untuk menerapkan model
ekonomi” yang diberlakukan Castro, katanya seperti dikutip AFP, Kamis
(19/4).
"Saya datang untuk bekerja, dan bukan membuat janji," katanya di
Majelis Nasional, yang 605 delegasinya memilih dia dalam pemungutan
suara pada Rabu.
Dia berjanji tidak hanya berpegang pada warisan komandan Fidel Castro,
tetapi juga untuk contoh, nilai-nilai dan ajaran Jenderal Raul Castro.
Castro, yang masih menjabat sebagai ketua Partai Komunis yang berkuasa,
akan "mengawasi keputusan paling penting untuk masa kini dan masa depan
bangsa kita."
Diaz-Canel (57), menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk naik ke jajaran
petinggi partai, dinobatkan sebagai calon presiden tunggal, Rabu, dan
secara resmi dipilih sebagai presiden, Kamis, untuk masa jabatan lima
tahun.
Dia mengambil alih jabatan sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-58.
TEHERAN
- Militer Iran mengarak sistem rudal baru Kamin-2 dalam parade Hari
Tentara Nasional, Rabu. Presiden Hassan Rouhani menegaskan bahwa Teheran
akan membeli maupun memproduksi senjata apa pun yang dibutuhkan untuk
menghadapi "kekuatan penjajah".
Sistem rudal Kamin-2 di arak di
belakang truk di sepanjang jalan di Teheran. Sistem peluru kendali
dengan ketinggian rendah ini dirancang untuk menghadapi drone militer, kendaraan udara tak berawak (UAV) dan pesawat terbang rendah.
Sistem senjata terbaru Iran ini adalah versi teranyar dari sistem rudal Mersad. Media lokal melaporkan bahwa sistem telah di-upgrade oleh para ahli Iran sesuai dengan teknologi paling maju di dunia.
Iran
bisa mengerahkan sistem rudal terbarnya tersebut ke zona perang di
Timur Tengah seperti Suriah untuk memerangi apa yang disebut para
pejabat Teheran sebagai "ancaman regional".
Sebelumnya, Komandan
Angkatan Udara Iran, Yousef Qorbani mengumumkan peluncuran sebuah sistem
rudal baru. Namun, dia tidak menyebutkan apakah sistem senjata yang dia
maksud adalah Kamin-2.
"Jangkauan rudal itu dua kali lipat untuk
terbang 8 hingga 12 kilometer lebih jauh dibandingkan dengan versi
sebelumnya," katanya.
"Mengingat ancaman regional yang kita hadapi, itu bisa sangat efektif dalam pertempuran di zona tempur jarak pendek," ujarnya.
Selain
sistem rudal baru, Iran juga meluncurkan helikopter yang dipersenjatai
dengan roket dan senapan mesin. "Para ahli kami di industri penerbangan
telah memiliki kinerja yang sangat sukses dan telah melengkapi
helikopter kami dengan sistem penglihatan malam," ujarnya.
Sementara
itu, Presiden Rouhani menegaskan bahwa negaranya akan membuat atau
membeli senjata apa pun yang diperlukan untuk mempertahankan diri di
wilayah yang dilanda "kekuatan penjajah".
Jet-jet tempur dan
pesawat pembom terbang di atas kepala saat Rouhani mengatakan kepada
kerumunan massa di Teheran dan penonton televisi pada hari Rabu bahwa
pasukan Iran tidak menimbulkan ancaman bagi tetangganya.
"Kami
mengatakan kepada dunia bahwa kami akan memproduksi atau memperoleh
senjata yang kami butuhkan, dan tidak akan menunggu persetujuan mereka
... Kami memberitahu negara tetangga kami bahwa senjata kami tidak
melawan Anda, itu untuk pencegahan," kata Rouhani, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/4/2018).
"Kami
tidak tinggal di wilayah yang normal, dan kami melihat kekuatan
penjajah telah membangun pangkalan di sekitar kami. Mengabaikan
prinsip-prinsip hukum internasional, mereka melakukan intervensi dalam
urusan regional dan menyerang negara lain tanpa izin," imbuh dia.
Parade
militer Iran ini digelar beberap hari setelah Amerika Serikat, Inggris
dan Prancis menyerang Suriah dengan ratusan rudal. Agresi ini
diluncurkan dengan dalih pembalasan atas serangan senjata kimia pada 7
April 2018 di Douma yang dituduhkan dilakukan rezim pemerintah Presiden
Suriah Bashar al-Assad.
Balasan tersebut sebagai respons atas sanksi baru AS untuk Rusia
CB,
MOSKOW -- Ketua majelis tinggi parlemen Rusia Valentina Matvienko
mengatakan tanggapan Moskow terhadap sanksi Amerika Serikat (AS) akan
lebih menyakitkan. AS bulan ini telah memasukkan beberapa perusahaan dan
pejabat Rusia ke dalam daftar hitam sanksi sebagai tanggapan atas apa
yang disebut Matvienko sebagai fitnah terhadap Kremlin.
Moskow mengatakan sanksi tersebut melanggar hukum. Ia juga
memperingatkan, Rusia akan segera membalas. "Tanggapan Rusia terhadap
sanksi, yang kami sebut sanksi balasan, akan tepat, menyakitkan, dan tak
diragukan lagi bagi negara-negara yang memberlakukan (sanksi) terhadap
Rusia," kata Matvienko, dikutip kantor berita Interfax.
"Sanksi
adalah pedang bermata dua dan mereka yang memaksakannya harus memahami
sanksi terhadap negara-negara, terutama seperti Rusia, akan membawa
risiko konsekuensi serius," tambah dia.
Anggota parlemen di
majelis rendah parlemen Rusia telah membuat undang-undang yang akan
memberikan kekuatan bagi pemerintah untuk melarang atau membatasi impor
barang dan jasa AS, mulai dari obat-obatan hingga perangkat lunak dan
mesin roket. Namun, Kremlin belum mengatakan apakah akan mendukung
langkah-langkah tersebut.
Presiden AS Donald Trump
mengatakan kepada wartawan pada Rabu (18/4) malam, AS akan memberikan
sanksi baru terhadap pemerintah Rusia. Sanksi akan diberikan segera
ketika Rusia memang sudah sangat layak mendapatkannya, seperti melakukan
serangan siber baru atau provokasi lainnya.
"Kami
menghadapi pertempuran yang sangat, sangat parah di Suriah baru-baru ini
[Februari] antara pasukan kami dan pasukan Rusia dan itu sangat
menyedihkan. Banyak orang tewas dalam pertempuran itu," kata Trump,
seperti dilaporkan laman Fox News.
Raul Castro akan segera mundur dari jabatannya sebagai presiden Kuba. (Reuters/Carlo Allegri)
Jakarta, CB-- Raul Castro akan segera mundur dari jabatannya sebagai presiden Kuba, sementara wakilnya, Miguel Diaz-Canel, bakal menggantikannya dan jadi pemimpin non-Castro pertama sejak revolusi 1959.
Castro
(86) bakal mengundurkan diri pada Kamis (19/4) setelah 10 tahun
menjabat. Dia mengumumkan keputusan itu beberapa tahun lalu dan telah
lama memberi sinyal Diaz-Canel, pendukung loyal Partai Komunis berusia
57 tahun, kemungkinan jadi penerusnya.
Peralihan ke generasi
lebih muda bakal jadi peristiwa bersejarah di pulau yang didominasi 60
tahun kepemimpinan Fidel Castro sebelum digantikan adiknya, Raul. Namun,
peristiwa ini mungkin tak akan langsung membawa perubahan pada sistem
satu partai maupun perekonomian yang didominasi pemerintah.
Transisi ini ditanggapi cuek oleh warga Kuba pada umumnya yang
ditemui di jalanan Havana. Beberapa di antara mereka mengatakan jauh
dari dunia politik dan lebih peduli dengan melanjutkan kehidupan di
tengah peluang ekonomi sempit.
"Kami lebih khawatir soal kehidupan sehari-hari daripada politik," kata Ricardo Lugone (28), penata rambut yang diwawancarai Reuters. Industri yang ia tekuni dikelola oleh pemerintah di masa pemerintahan Fidel, hingga akhirnya Raul memberi kelonggaran.
Diaz-Canel,
yang saat ini merupakan wakil presiden pertama, adalah satu-satunya
nama yang diajukan oleh komisi sokongan partai pada Rabu. Usulan itu
disambut tepuk tangan panjang dari para anggota parlemen yang kemudian
menggelar rapat tertutup untuk menerimanya dengan suara mutlak.
Hasil pemilihan diperkirakan akan diumumkan pada Kamis, dan presiden baru akan dilantik.
Meski
Dewan mempromosikan pemimpin lebih muda, Castro dan para tokoh revolusi
yang lebih tua akan tetap memegang kekuatan sebagai pejabat tinggi
Partai Komunis, setidaknya hingga kongres partai digelar 2021 nanti.
Para pengamat politik mengatakan Diaz-Canel akan ditugasi memberi napas
baru bagi perekonomian yang lemah, tapi dia akan meminta persetujuan
Castro soal keputusan-keputusan strategis besar seperti soal hubungan
dengan Amerika Serikat.
DAMASKUS
- Seorang warga Suriah yang tinggal di lokasi dugaan serangan senjata
kimia mengatakan hal itu tidak pernah terjadi. Demikian laporan terbaru
yang dimuat media Inggris, The Independent.
Jurnalis The
Independent yang mengunjungi lokasi serangan, Robert Fisk, mengaku
pertanyaannya seputar serangan itu berubah menjadi kebingungan yang
nyata.
Seperti diketahui, dugaan serangan kimia itu digunakan
sebagai dalih untuk serangan udara akhir pekan lalu terhadap rezim Assad
yang didukung Rusia oleh Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis.
"Anehnya,
setelah mengobrol dengan lebih dari 20 orang, saya tidak dapat
menemukan orang yang menunjukkan sedikit ketertarikan atas peran insiden
di Douma dalam serangan udara Barat," tulis Fisk.
"Dua orang sebenarnya memberitahuku bahwa mereka tidak tahu tentang hubungannya," sambungnya seperti dikutip dari Newshub, Kamis (19/4/2018).
Video
warga sipil yang menderita efek senjata kimia - diyakini klorin dan
sarin - tidak diragukan lagi nyata, tetapi seorang dokter setempat
mengatakan kepada Fisk bahwa mereka menderita hipoksia - kehilangan
oksigen - dan menghirup debu.
"Pada malam itu, ada angin dan awan
debu besar mulai masuk ke ruang bawah tanah dan gudang di mana orang
tinggal," ujar Assim Rahaibani.
"Orang-orang mulai tiba di sini menderita hipoksia, kehilangan oksigen," jelasnya.
Kebingungan mulai muncul ketika seseorang berteriak "gas!" dan kepanikan pun pecah.
"Orang-orang
mulai melempar air satu sama lain. Ya, video itu difilmkan di sini, itu
asli, tapi apa yang Anda lihat adalah orang-orang yang menderita
hipoksia bukan keracunan gas," terangnya lagi
Dr Rahaibani tidak
ada ketika insiden itu terjadi - para dokter dilaporkan memberikan bukti
pada penyelidik senjata kimia di Damaskus.
Prancis mengklaim
memiliki bukti senjata kimia yang digunakan dalam serangan itu, tetapi
menambahkan kemungkinan bahwa bukti dan elemen penting itu hilang dari
situs ini seiring dicegahnya penyidik independen masuk ke Douma.
Organisasi
Kesehatan Dunia mengatakan pekan lalu ratusan orang dirawat karena
terpapar bahan kimia beracun, termasuk iritasi parah pada membran
mukosa, kegagalan pernafasan dan gangguan pada sistem saraf pusat.
Fisk kemudian mengatakan ia bebas berkeliaran di kota, dan orang-orang
mengatakan kepadanya kelompok Islamis bersenjata yang membuat klaim
serangan gas. Dr Rahaibani dua kali menyebut "teroris" pemberontak,
menunjukkan bahwa ia mungkin sejalan dengan rezim Assad.
Fisk,
yang berbicara bahasa Arab dengan lancar, telah meliput Timur Tengah
selama beberapa dekade. Sejumlah karyanya pun diganjar dengan
penghargaan.
Meski begitu, surat kabar Inggris The Times
menyatakan sejumlah laporan Fisk yang berat sebelah dan kerap mengkritik
Barat tidak selalu didukung dengan bukti.
Sebuah tim PBB yang
mencoba mengakses situs yang dicurigai menjadi lokasi serangan semalam
dihujani tembakan dan terpaksa mundur.
DAMASKUS
- Muayad al-Dirani, 20, berada di pusat medis di Kota Douma, Suriah,
pada malam 7 April 2018. Aktivis ini melihat para pasien mulai masuk.
Banyak
dari mereka mati lemas atau yang masih hidup mengalami kejang. Menurut
Dirani, mereka merupakan korban serangan kimia gas beracun yang
menyerang wilayah kantong pemberontak Suriah tersebut.
Menurutnya,
para dokter bergegas untuk menanggalkan pakaian para korban,
mencelupkannya dalam air, dan memberi suntikan atropin. Tapi, para
pasien tidak bisa mengikuti instruksi para dokter.
"Semua orang
kehilangan sarafnya, merasa tidak berdaya dan tidak tahu apa yang harus
dilakukan," kata Dirani. "Pesawat itu masih ada di langit," lanjut dia.
Rasha
Edlibi, seorang korban yang selamat dari serangan kimia, mengatakan
bahwa gas beracun membuatnya tidak bisa bernafas dan membuat matanya
terlihat penuh air mata.
Dirani melanjutkan, para petugas medis
sudah bekerja dengan kapasitas penuh setelah berminggu-minggu artileri
tentara dan serangan udara menghantam Douma. Dirani merupakan fotografer
yang bekerja untuk mendokumentasikan korban serangan selama konflik
Suriah.
Dia mengambil kameranya, mengenakan masker wajah, dan berlari dengan pekerja darurat ke lokasi serangan di dekatnya.
"Di jalan, kami melihat mayat-mayat di jalan ... Mereka mencoba melarikan diri dan tidak berhasil," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/4/2018).
Kelompok
bantuan medis mengatakan lusinan pria, wanita, dan anak-anak dibunuh
dengan gas beracun di Douma pada malam itu. Damaskus dan sekutunya,
Moskow, telah menolak laporan tentang serangan kimia di Douma.
Amerika
Serikat, Prancis, dan Inggris telah meluncurkan serangan ratusan rudal
pada Sabtu lalu dengan dalih sebagai respons atas dugaan serangan kimia
yang dituduhan dilakukan pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Dirani
berbicara kepada Reuters dalam wawancara telepon dari wilayah
pemberontak di Suriah utara, di mana ribuan pasukan pemberontak dan
warga sipil dari Douma dievakuasi di bawah kesepakatan menyerah dengan
pemerintah Assad.
Dirani mengatakan ketika dia mencapai lokasi
serangan, dia menemukan hampir 30 mayat di lantai dasar, dan beberapa
lainnya ditemukan lantai pertama. Mata mereka terbuka dan busa keluar
dari mulut.
"Tidak ada tempat bagi kita untuk berjalan ... Mereka tampak mengerikan," ujar Dirani.
Dia
berhenti mengambil foto para korban dan bergegas keluar untuk
mendapatkan pertolongan pertama, setelah matanya terbakar dan napasnya
menjadi pendek. Dirani mengatakan dia juga batuk dan merasakan sakit di
bagian bawah perutnya.
"Adegan yang saya lihat tidak meninggalkan pikiran saya, dan mereka tidak akan pernah terhapus dari ingatan saya," katanya.
Dia
mengingat pemandangan seorang bocah kejang di lantai, disemprot dengan
air dan diberi oksigen. "Kami menunggu dia untuk menjadi lebih baik atau
mati," katanya.
"Semua orang menangis, staf medis menangis dan
saya juga, dan kami tidak bisa berbuat apa-apa," imbuh dia. Douma
terletak di wilayah Ghouta timur, dekat Damaskus.
DOUMA
- Hassan Diab, bocah lelaki di Douma, Suriah, mengungkap bahwa dirinya
berpartisipasi dalam pembuatan video rekayasa serangan kimia yang dibuat
LSM White Helmets. Laporan LSM itulah yang jadi salah satu rujukan
Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis melakukan serangan ratusan
rudal terhadap situs-situs di Suriah pekan lalu.
Kelompok White
Helmets selama ini dikenal sebagai LSM yang pro-oposisi atau pemberontak
Suriah. Kelompok yang beroperasi di area yang dikuasai pemberontak
tersebut pernah meraih Piala Oscar atas video dokumenter serangan kimia
di Suriah beberapa tahun lalu.
Hassan diwawancarai channel 24 TV secara
eksklusif pada 18 April 2018. Dalam wawancara itu, Hassan mengatakan
bahwa dia dan ibunya mendengar suara keras di jalan yang menyerukan
semua orang untuk bergegas ke rumah sakit.
Ketika Hassan
memasuki rumah sakit, orang-orang tak dikenal menangkapnya, menuangkan
air kepadanya. Dia kemudian dibaringkan dengan pasien lain.
"Kami
berada di ruang bawah tanah. Ibu mengatakan kepada saya bahwa hari ini
kita tidak punya apa-apa untuk dimakan dan bahwa kita akan makan besok.
Kami mendengar teriakan di luar, memanggil 'pergi ke rumah sakit'. Kami
berlari ke rumah sakit dan segera setelah Saya masuk, mereka menangkap
saya dan mulai menuangkan air terhadap saya," kata Hassan.
Ayah
Hassan melanjutkan cerita putranya. Dia saat itu sedang bekerja ketika
mendengar bahwa putranya dirawat di rumah sakit. Dia bergegas ke rumah
sakit dan menemukan keluarganya di sana dalam keadaan sehat. Dia berada
di jalan, merokok dan tidak merasakan senjata kimia.
Menurutnya, semua orang yang bepartisipasi dalam pembuatan video diberi makanan. Hassan dan orang-orang kemudian diboleh pergi.
"Tidak
ada senjata kimia. Saya merokok di luar dan tidak merasakan apa-apa.
Saya memasuki rumah sakit dan melihat keluarga saya. Militan memberi
mereka kurma, kue dan nasi karena berpartisipasi dalam film ini dan
membebaskan semua orang pulang ke rumah mereka," kata ayah Hassan.
Stasiun
televisi itu juga menyiarkan wawancara dengan seorang dokter yang
berada di rumah sakit ketika White Helmets memfilmkan video rekayasa
yang mereka sebut sebagai serangan kimia. Dokter yang menolak
diidentifikasi itu mengatakan bahwa tidak ada pasien dengan tanda-tanda
cedera terkait dengan senjata kimia yang tiba pada hari itu.
Dokter
tersebut mengatakan, banyak pasien yang datang mengalami masalah
pernapasan karena asap dan debu dari pemboman baru-baru ini. Semua
dokter sibuk merawat mereka dan tidak sempat bereaksi terhadap kru White
Helmets pembuat video.
Kelompok LSM itu dituding Rusia
menyudutkan rezim pemerintah Suriah dengan laporan yang memicu agresi.
Terkait dengan tayangan wawancara tersebut, White Helmets belum
berkomentar.
CB,
WASHINGTON - Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan pada
Rabu malam (18/4), AS akan memberikan sanksi baru terhadap pemerintah
Rusia. Sanksi akan diberikan segera ketika Rusia memang sudah sangat
layak mendapatkannya.
Trump menanggapi pertanyaan mengenai sanksi baru untuk Rusia saat
sedang melakukan konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Jepang
Shinzo Abe. Trump menegaskan kembali pernyataannya dengan mengatakan
tidak ada yang lebih keras terhadap Rusia daripada dia.
"Kami
menghadapi pertempuran yang sangat, sangat parah di Suriah baru-baru
ini [Februari] antara pasukan kami dan pasukan Rusia dan itu sangat
menyedihkan. Banyak orang tewas dalam pertempuran itu," kata Trump,
seperti dilaporkan laman Fox News.
Trump berbicara
mengenai sanksi ini setelah sebelumnya terjadi pertikaian antara Duta
Besar AS untuk PBB Nikki Haley dengan Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS
Larry Kudlow. Pertikaian ini dimulai pada Ahad (15/4), ketika Nikki
Haley mengatakan kepada CBS News bahwa Menteri Keuangan AS Steven
Mnuchin akan mengumumkan sanksi baru yang ditujukan pada
perusahaan-perusahaan Rusia yang terkait dengan program senjata kimia
Suriah pada Senin (16/4).
Tiga pejabat senior Pemerintah AS
mengatakan kepada The Associated Press bahwa sanksi akan diumumkan pada
Jumat (13/4) malam. Di saat yang sama pasukan AS, Prancis, dan Inggris
melancarkan serangan rudal terhadap fasilitas senjata kimia Presiden
Suriah Bashar al-Assad. Namun sanksi tidak siap diumumkan pada waktunya,
sehingga ditunda.
Sebuah memorandum Dewan Keamanan
Nasional yang dikirim pada Jumat (13/4) malam mengatakan sanksi baru
akan diumumkan segera, tetapi tidak menentukan tanggalnya. Selama 36 jam
berikutnya, para pejabat mulai menyelidiki lebih dalam tentang sanksi
yang diusulkan dan memutuskan untuk menunda, tetapi Haley tidak
menyadari hal itu.
Setelah Haley memberikan pernyataan,
Gedung Putih menginformasikan Kedutaan Besar Rusia bahwa tidak akan ada
sanksi lagi, menurut sumber pemerintah yang mengatakan kepada Fox News.
Pada
Senin (16/4), memo baru keluar dari Dewan Keamanan Nasional yang
mengatakan sanksi tambahan sedang dipertimbangkan, tetapi belum ada
keputusan yang dibuat.
Pada Selasa (17/4), Kudlow
mengatakan kepada wartawan bahwa Haley telah mendahului pemerintah
karena menyebut sanksi baru akan diumumkan. Menurut Kudlow, sanksi
tambahan sedang dipertimbangkan tetapi belum dilaksanakan. Ia menyebut
Haley tengah kebingungan saat mengumumkan hal itu.
Haley kemudian mengeluarkan pernyataan singkat kepada Fox News: "Dengan segala hormat, saya tidak kebingungan."
Beijing (CB) - China pada Mei akan mengirim 395 tentara
penjaga perdamaian ke Mali selama satu tahun untuk bergabung dengan
sebuah misi Perserikatan Bangsa-bangsa.
Batalion tersebut secara resmi dibentuk pada Rabu dan akan menjadi
gelombang keenam penjaga perdamaian yang dikerahkan China ke Mali,
demikian seperti dilaporkan Xinhua.
Kesatuan tentara China itu terdiri atas sebuah unit penjaga berkekuatan
170 personel, 155 pemeriksa ranjau dan satu unit medis yang
beranggotakan 70 personel.
Mereka akan menjalankan berbagai tugas, seperti memperbaiki jalan,
jembatan dan landasan pacu pesawat di daerah-daerah tempat misi PBB
berada, melindungi markas di wilayah-wilayah perang serta merawat mereka
yang sakit dan luka-luka.
Di antara 395 personel penjaga perdamaian itu, satu brigade pertahanan
kimia pernah bergabung dengan misi penjaga perdamaian di Sudan Selatan
sebanyak lima kali serta hampir 100 perwira dan prajurit yang sudah
mengikuti misi penjaga perdamaian lebih dari dua kali.
15 pesawat tempur dari kapal induk China
Liaoning mengadakan latihan di sebuah wilayah di Laut Cina Selatan,
Senin (2/1/2017). Foto diambil tanggal 2 Januari 2017. (REUTERS/Mo
Xiaoliang )
Beijing (CB) - Kapal sipil sempat dilarang melintasi Selat
Taiwan pada saat pasukan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menggelar
latihan menembak di wilayah perairan itu, demikian peringatan otoritas
setempat.
Badan Keamanan Maritim (MSA) Fujian telah mengeluarkan peringatan bahwa
latihan menembak dengan menggunakan peluru di Selat Taiwan dimulai pada
Rabu (18/4) pukul 08.00 waktu setempat (07.00 WIB) hingga tengah malam.
Selama latihan tersebut berlangsung, kapal-kapal sipil dilarang
melintasi wilayah itu, demikian MSA Fujian sebagaimana dikutip Global
Times, Kamis.
Direktur Chinese Academy of Social Sciences Institute of Taiwan Studies
Yu Keli mengatakan bahwa latihan tersebut tidak hanya peringatan
terhadap kelompok prokemerdekaan Taiwan, melainkan juga terhadap Amerika
Serikat yang makin intensif menjalin komunikasi dengan pemerintahan
pulau berpenduduk 23 juta jiwa itu.
Rilis yang dikeluarkan MSA Fujian menyebutkan waktu latihan yang sangat
terbatas dan lokasi yang lebih dekat ke Fujian daripada Taiwan,
menunjukkan bahwa China tidak ingin memperkeruh situasi lintas-Selat
Taiwan.
China mendesak Taiwan mematuhi prinsip-prinsip Konsensus 1992 mengenai
kebijakan satu China. China menentang upaya kemerdekaan Taiwan dan
menganggapnya sebagai provinsi yang membangkang.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MOFA) Hua
Chunying mengecam kunjungan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ke Swaziland,
Selasa (17/4), yang merupakan kunjungan pertamanya ke Afrika sejak
menjabat.
"Kami berharap negara-negara di Afrika telah memahami tren yang
berkembang di dunia dan bergabung dengan keluarga besar kami dalam kerja
sama kemitraan China-Afrika," demikian Hua di laman MOFA.
Dua negara di Afrika yang sebelumnya menjalin kerja sama dengan Taiwan,
yakni Gambia dan Sao Tome and Principe, berpaling ke China sejak dua
tahun lalu.
Belakangan Panama di Amerika Latin juga menjalin hubungan diplomatik
dengan China dan mendirikan kantor kedutaan di Beijing setelah beberapa
tahun sebelumnya dengan Taiwan.
TAIPEI
- Angkatan Laut China menggelar latihan tembak di sekitar Selat Taiwan
pada hari Rabu (18/4/2018) di saat ketegangan antara Beijing dan Taipei
memanas. Kementerian Pertahanan Taiwan menuduh latihan militer tersebut
terlalu dibesar-besarkan Beijing untuk mengintimidasi Taipei.
"Latihan
militer hari ini bertujuan untuk menjaga kedaulatan dan integritas
teritorial China," kata Direktur Kantor Beijing untuk Urusan Taiwan Liu
Jieyi seperti dilansir kantor berita CGTN yang dikelola pemerintah.
Manuver
Beijing ini digelar hanya beberapa hari setelah armada tempur yang
dipimpin kapal induk China unjuk kekuatan di sekitar Laut China Selatan.
Administrasi
Keselamatan Laut Provinsi Fujian, China, sebelumnya menyatakan bahwa
latihan tembak angkatan laut berlangsung antara pukul 08.00 pagi hingga
tengah malam waktu setempat.
Setiap kapal diberitahu untuk
menghindari kawasan lepas pantai tersebut yang memicu spekulasi bahwa
armada tempur kapal induk Liaoning akan ambil bagian dalam latihan
militer. Namun, hingga Rabi sore tak ada kapal angktan laut China yang
bermanuver di Selat Taiwan.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan
Taiwan mengatakan bahwa latihan tembak militer China hanya melibatkan
artileri berbasis darat dan merupakan latihan tembak rutin.
Beijing
sendiri tidak memberikan rincian tentang peralatan militer atau
personel mana yang dilibatkan dalam latihan militer hari ini.
"China
dengan sengaja merilis informasi palsu untuk membesar-besarkannya,
untuk membuatnya terdengar besar padahal sebenarnya itu kecil," kata
juru bicara kementerian Pertahanan Taiwan Chen Chung-chi kepada AFP.
"Ini
adalah cara termudah untuk melakukan intimidasi verbal dan
saber-ratling," kata Chen, yang menambahkan bahwa latihan tersebut telah
diadakan setiap tahun sejak 2007, kecuali tahun lalu.
"Latihan
ini adalah bagian dari perang psikologis Beijing melawan Taiwan, dan
mungkin sarana untuk mengalihkan perhatian dari kunjungan (Presiden
Taiwan) Tsai (Ing-wen) ke luar negeri dengan memaksa media untuk
melaporkan latihan militer," kata J Michael Cole, seorang peneliti
senior di University of Nottingham’s China Policy Institute.
"Media
China telah memainkan signifikansi dari latihan ini, tetapi dalam
kenyataannya itu akan relatif terbatas, dan kali ini tidak mungkin
mereka akan menyeberang ke sisi garis median Taiwan di Selat Taiwan,"
kata Cole.
"China daratan harus menciptakan tekanan militer untuk
membiarkan pihak lain tahu bahwa tidak peduli apakah itu terjadi secara
bertahap atau mereka benar-benar menyatakan kemerdekaan, itu
benar-benar tidak dapat diterima," imbuh Song Zhongping, komentator
militer untuk Phoenix TV yang bermarkas di Hong Kong, kepada AFP.
Song,
mantan dosen di Universitas Tentara Pembebasan Rakyat, telah meramalkan
bahwa kapal induk Liaoning akan berpartisipasi dalam latihan hari Rabu,
karena memiliki banyak keuntungan untuk menyelesaikan masalah Taiwan.
Namun, faktanya tak ada kapal angkatan laut Beijing yang bermanuver.
"Secara efektif dapat menguasai wilayah udara, dan bahkan secara efektif
memblokir strategi aliansi AS-Jepang untuk campur tangan dalam rencana
China untuk menyelesaikan masalah Taiwan," katanya.
China hingga kini tak mengakui Taiwan sebagai negara dan tetap menganggapnya sebagai provinsinya yang membangkang.
WASHINGTON
- Ketika kapal induk Amerika Serikat (AS), USS Theodore Roosevelt,
berlayar melewati Laut China Selatan pekan lalu, seorang pilot jet
tempur Angkatan Laut AS menghadapi gangguan elektronik. Gangguan yang
dikenal dengan istilah jamming itu membuat peralatan jet tempur tersebut tak berfungsi.
"Fakta
bahwa (bila) beberapa peralatan Anda tidak berfungsi sudah merupakan
indikasi bahwa seseorang sedang mencoba untuk menjatuhkan Anda," kata
seorang pilot jet tempur EA-18G Growler kepada GMA News.
"Kami
memiliki jawaban untuk itu," kata pilot yang berbicara dalam kondisi
anonim itu mengonfirmasi gangguan elektronik tersebut. Growler adalah
varian dari jet tempur F/A-18 Super Hornet yang diangkut kapal induk USS
Theodore Roosevelt.
Menurut Omar Lamrani, seorang analis pertahanan di perusahaan konsultan Stratfor, menilai serangan jammers terhadap jet tempur tidak wajar. Gangguan elektronik seperti itu pada umumnya menyasar pada pesawat nirawak atau drone.
"Ini bukan sesuatu yang AS akan terlihat baik," katanya seperti dikutip Business Insider pada Rabu (18/4/2018).
Sumber-sumber intelijen AS mengungkap bahwa jamming dilakukan oleh militer China. Sumber tersebut kepada Wall Street Journal melaporkan bahwa para jammer militer telah dikerahkan di pos-pos China di Kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut China Selatan. Para jammer itu mampu mengganggu sistem komunikasi musuh.
Dalam
patroli di Laut China Selatan, kapal USS Roosevelt berlabuh di Manila.
Selama kunjungan tersebut jet-jet tempur AS bermanuver selama 20 menit
di atas kapal induk tersebut.
Pemerintah maupun militer China
belum berkomentar atas laporan serangan elektronik terhadap peralatan
jet tempur AS. Komandan kapal induk AS saat itu membenarkan bahwa
pihaknya melihat Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China berada
tak jauh dari lokasi patroli kapal USS Roosevelt. Namun, komandan
tersebut mengklaim militer Beijing saat itu bertindak profesional.
WASHINGTON
- Kepala Angkatan Udara Amerika Serikat (AS), Heather Wilson menyatakan
bahwa Moskow dan Beijing sedang mengembangkan sebuah teknologi yang
dapat mengganggu satelit AS. Teknologi ini diprediksi dapat membuat
satelit AS buta untuk beberapa waktu.
"Kami menghadapi lingkungan
keamanan internasional yang lebih kompetitif dan berbahaya daripada
yang telah kita lihat dalam beberapa dekade terakhir. Rusia dan China
mengembangkan kemampuan untuk menonaktifkan satelit kami," kata Wilson
pada Simposium Luar Angkasa di Colorado Springs.
Wilson, seperti
dilansir Sputnik pada Rabu (18/4), kemudian menuturkan, AS akan bekerja
dengan sekutu mereka untuk meningkatkan operasi, meningkatkan pencegahan
dan mempertahankan objek vital di luar angkasa.
Rusia dan China
sejatinya telah menyatakan komitmen mereka untuk menggunakan ruang
angkasa untuk tujuan damai dan juga merupakan anggota Komite PPBB
tentang Penggunaan Luar Angkasa yang Damai.
Sebagai bagian dari
BRICS, Cina dan Rusia juga telah menandatangani deklarasi Xiamen, yang
menyerukan kepada negara-negara dunia untuk melakukan eksplorasi damai
di luar angkasa dan sesuai dengan hukum internasional, menekankan bahwa
luar angkasa harus tetap bebas dari segala jenis senjata dan penggunaan
kekuatan.
Sementara itu, di kesempatan yang sama, Wilson
mengatakan bahwa AS berencana untuk meluncurkan satelit peringatan rudal
generasi tebaru empat tahun lebih cepat dari yang dijadwalkan semula.
"Kami
telah membatalkan satelit peringatan rudal ke-7 dan 8 dan sebaliknya
akan membangun alternatif yang lebih bisa bertahan," ungkapnya dalam
acara tahunan tersebut.
"Ketika kami mengembangkan
sistem baru ini, kecepatan menjadi lebih penting. SBIRS 7 dan 8
dijadwalkan memakan waktu sembilan tahun untuk dirancang dan diproduksi.
Jadwal penggantinya adalah lima tahun. Tujuan kami adalah untuk
mengurangi empat tahun dari pengadaan satelit peringatan rudal generasi
berikutnya," tukasnya.